Sebagai satu-satunya penerus keluarga Parker, Justin Midas Parker dikenal dengan sikap dingin dan kejamnya namun memiliki trauma terhadap sentuhan fisik. Haphephobia yang dialaminya sangat parah sehingga dia tidak bisa bersentuhan bahkan dengan keluarga nya sendiri.
Suatu hari, saat Justin sedang melakukan terapi pengobatan, ia tanpa sengaja bertemu dengan dokter wanita yang berhasil menyentuhnya tanpa membuat penyakitnya kambuh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NisfiDA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18-Tidak Ada Habisnya
Dua hari berlalu, kondisi Hazel kini sangatlah terpuruk karena Justin yang semakin dingin
Hazel masih berusaha untuk menyakinkan bahwa dia adalah Elle dimasa lalunya namun Justin selalu menolak tentang hal itu.
Tak jauh berbeda, keadaan Justin sekarang juga sangat menyedihkan. Begitu pula Joshua yang merasa frustasi karena tidak bisa mendapatkan informasi yang mendalam tentang keluarga Wilder. Yang Joshua dapatkan hanya sebuah tanggal pernikahan tuan dan nyonya besar Wilder, namun itu bukanlah sebuah petunjuk.
Justin menatap kearah kertas yang merupakan laporan yang Joshua berikan, dia memijat pelipisnya karena merasa sangat pusing.
" Apa tidak ada lagi selain ini?" tanya Justin dengan nada dinginnya.
Joshua menundukkan kepalanya dengan wajahnya yang terlihat begitu frustasi.
" T-tidak ada lagi tuan, hanya itu yang bisa saya dapatkan tentang informasi keluarga Wilder."
" Aarrghh.... " teriak Justin membuat Joshua terkejut.
Justin tidak pernah berhasil mendapatkan informasi tentang keluarga Wilder karena mereka sangat menutup rapat akses tentang informasi kehidupan mereka. Hal itu di lakukan agar orang-orang tidak bisa mengetahui identitas asli keluarga mereka.
" Kau boleh pergi. "
Joshua menundukkan kepalanya memberikan hormat kepada Justin setelah itu dia pergi, walaupun sebenarnya umurnya lebih tua dari Justin namun attitudenya Joshua sangatlah bagus dah sopan itulah mengapa Justin memilihnya untuk menjadi informan pribadinya.
" Kemana aku harus mencari dirimu Elle". Lirih Justin
*****
Keadaan didalam sebuah kamar mewah dengan warna yang begitu cerah terlihat sangat berantakan. Dan itu adalah kamar Hazel. Wanita itu mengurung dirinya di kamar sejak kemarin. Bahkan dia melewatkan makan malamnya semalam.
"Ju, aku benar-benar adalah Ellemu dimasa lalu". Lirih Hazel dalam tangisnya.
Karena pikirannya yang sangat kacau, Hazel turun dari kasur lalu mengambil sesuatu dari dalam laci nakas. Gunting.
Hazel menatap gunting yang ia pegang itu dengan tangan yang gemetar. Lalu tak lama dia mengangkat tangan kiri nya dan dengan gerakan cepat, wanita itu menyayat pergelangan tangan nya sendiri.
" Arghh... " pekik Hazel.
Darah mulai menetes dari pergelangan tangan nya. Hazel.kembali menangis, dia menatap nanar foto Justin yang ia pajang di dalam kamar nya.
"Hazel, apa yang terjadi?" Teriak Amelia karena ia mendengar jeritan Hazel saat melewati kamar putri nya itu.
Karena tidak mendapat jawaban, Amelia mengambil kunci cadangan yang ia simpan di buffet. Dengan cepat wanita itu membuka kamar Hazel.
Saat ia berhasil masuk, betapa terkejutnya Amelia melihat darah yang menetes dari pergelangan tangan Hazel.
"Elle, apa yang terjadi?" jerit Amelia yang berlari mendekati putrinya itu.
Hazel hanya menatap darah di pergelangan tangannya itu, wajahnya benar-benar sudah sangat frustasi sehingga membuatnya kehilangan akal sehatnya.
" Daddy". Teriak Amelia
Amelia benar-benar sangat panik dan khawatir melihat keadaannya Hazel.
" Elle, apa yang sedang kamu lakukan sayang?".
Selang beberapa menit akhirnya Caserio tiba dengan nafas yang terengah-engah.
" Ada apa Mom?".
" Daddy, ayo kerumah sakit".
" Kerumah sakit?". Ulang Caserio dengan wajah bingungnya
" Hazel melukai pergelangan tangannya Dad". Teriak Amelia
Hal itu membuat Caserio membelalakkan matanya saat medengar perkataan Istrinya. Caserio dengan cepat masuk kedalam kamar Hazel dan menggendong Putrinya itu untuk membawa kerumah sakit.
*****
Hanya memakan waktu 30 menit akhirnya mereka tiba tepat didepan IGD dengan cepat Caserio mematikan mesin mobilnya dan keluar dari mobil serta membuka pintu dimana Hazel berada dan menggendongnya.
Tatapan Hazel benar-benar kosong seakan-akan dia tidak merasakan apapun lagi, hatinya mungkin sangat terluka saat mendengar perkataan Justin dan perilakunya Justin kepada dirinya.
Disisi IGD semua Dokter sedang sibuk semua, satu perawat sangat bingung harus bagaimana karena dia tidak bisa menangani terlebih dahulu sebelum Dokter.
Elora yang baru saja masuk kearah lobby, tiba-tiba satu perawat itu menarik Elora membuat wanita itu terkejut.
" Dokter Elora tolong, ada pasien masuk namun semua Dokter sangat sibuk tidak ada lagi Dokter yang tidak bekerja"
Elora merasa bingung, namun saat tiba di IGD wanita itu merasa asing dengan wanita yang ada dibrankar.
" Nona Easton?".
Seketika Hazel menoleh saat mendengar yang sangat familiar bagi dirinya.
" Sedang apa kau kemari?". Teriak Hazel
Caserio dan Amelia terkejut mendengar teriakkannya Hazel kepada Dokter tersebut. Perawat itu menenangkan Hazel.
" Nona, Dokter ini akan mengobati lukanya Nona dikarenakan Dokter IGD semuanya sedang sibuk"
" Aku tidak ingin diobati oleh dia". Teriak Hazel
Elora hanya diam saja menatap kearah Hazel, pergi pun tidak dia masih saja berdiri tetap disana setelah itu Elora menatap kearah Caserio dan Amelia.
" Maaf Tuan dan Nyonya, jika Putri anda menolak saya untuk mengobati dirinya maka itu akan membuatnya semakin banyak kehilangan darah, setidaknya harus cepat menjahit luka yang ada dipergelangan tangannya, keputusan hanya ada dikalian berdua"
Caserio dan Amelia saling bertatapan mereka juga sangat bingung dengan Putrinya. Namun pada akhirnya mereka berdua memutuskan untuk cepat mengobati lukanya Hazel.
" Lakukan yang terbaik Dokter untuk Putri saya". Ujar Caserio
Hazel menggelengkan kepalanya dia masih menolak karena tidak ingin diobati oleh Elora.
" Aku tidak ingin dia mengobatiku Dad Mom". Teriak Hazel
Elora yang masih memasang sarung tangan dan setelah itu menyiapkan semuanya. Elora mendekat kearah Hazel dan ingin melakukan pengobatan kepadanya namun Hazel menepisnya.
" Sudah aku katakan, aku tidak mau". Teriak Hazel
Elora menghelakan nafasnya.
" Diam dan tenang Nona Easton, jika kamu tidak diobati maka kamu akan mati".
" Biarkan saja aku mati, itu semua karena kamu juga yang membuat Justin menyalahkan diriku atas apa yang kemarin terjadi".
" Cukup Nona Easton". Bentak Elora
Hazel terdiam saat Elora meninggikan suaranya, Elora sudah benar-benar tidak bisa lagi menahan emosi didalam dirinya karena disalahkan oleh Hazel tentang dimana Justin tidak memperdulikan dirinya
" Sudah berkali-kali bukan, aku mengatakan bahwa aku tidak ada hubungan apapun dengan Tuan Parker dimasa sekarang ataupun dimasa lalu, aku sudah benar-benar muak selalu dituduh tanpa ada bukti yang jelas seperti ini jika seharusnya kamu memang ingin mengambil hatinya Justin jangan seenaknya juga kamu mengakui dan menyentuh dirinya itu yang membuatnya menjadi tidak memandangmu". Teriak Elora
Hazel hanya terdiam saja saat mendengar semua perkataan Elora, wanita sudah merasa sangat muak dengan sikap Easton. Tanpa disadari mereka pada akhirnya Elora tidak jadi mengobati Hazel dan menyuruh perawat itu menggantikannya untungnya saja ada Dokter lainnya sehingga bisa menghandle Elora.
Elora pergi begitu saja tanpa berpamitan lagi kepada Caserio dan Amelia dalam hati Elora untuk apa berpamitan kepada mereka.
Saat keluar dari IGD, Elora merasakan sakit dikepalanya karena dia terlalu emosi. Tetapi tanpa disadarinya seseorang menarik lengannya membuat terkejut.
" Dimana Jacob?". Tanya Jessica
Seseorang itu adalah Jessica yang menarik lengannya Elora, hal itu membuat Elora merasa muak mengapa tidak ada habisnya sekali orang mendatangi dirinya.
Elora menepisnya dengan sangat kasar dan menatap kearah Jessica dengan tatapan tajam.
" Aku tidak tau Jacob dimana".
" Kau jangan berbohong, setelah berdebat dengan dirimu Jacob sama sekali tidak ada kabarnya dan tidak ada dirumahnya". Bentak Jessica
Elora hanya menghelankan nafasnya merasa lelah dengan semuanya.
" Sudah aku katakan, aku tidak tau Jacob dimana". Teriak Elora
Jessica terkejut saat mendengar teriakannya Elora, nafasnya naik turun secara dia benar-benar sudah sangat emosi.
Elora masih menatap kearah Jessica penuh emosi.
" Sekali lagi aku katakan, aku tidak tau Jacob dimana dan aku juga sudah memutuskan Jacob jadi sekarang dia bukan urusanku lagi paham". Bentak Elora
Belum sempat Jessica menjawab, Elora pun pergi begitu saja wanita itu memijat pelipisnya merasakan sangat pusing kepalanya.
Elora mengambil obat didalam sakunya dan meminum satu pil agar kepalanya tidak terlalu sakit.