Terbelenggu Masa Lalu

Terbelenggu Masa Lalu

Bab 1-Kenangan

" Elle, kau tau aku sangat menyukai permen. Tapi aku akan memberikan bagianku untukmu. " ucap seorang bocah laki-laki berusia sekitar 8 tahunan itu kepada anak perempuan yang duduk disamping nya.

Elle tersenyum senang, lalu menerima permen dengan rasa asam itu lalu memasukan nya ke dalam mulut mungil nya.

" Terima kasih, Justin. Kau memang sahabat terbaik ku. " ujar Elle sambil mengacungkan kedua jempol nya.

Bocah laki-laki itu tersenyum lebar.

" Aku akan memberikan apapun yang aku miliki untuk mu, Elle. "

Kedua nya menghabiskan waktu di taman sambil bercerita tentang banyak hal. Hingga tiba-tiba seorang wanita, datang memanggil Elle.

" Elle, kemari. Ada yang ingin bertemu dengan mu. " teriak wanita itu dari kejauhan.

Elle mengangguk, lalu melepas genggaman tangan nya pada Justin.

" Justin, aku pergi dulu. " ucap Elle yang langsung berlari menghampiri wanita itu.

Justin yang ingin menyusul, meneriakan nama sahabat nya itu, namun gadis kecil itu tidak menoleh sama sekali kearahnya.

" Elle.. Elle"..

Teriakkan Justin semakin menyaring, namun Elle tetap tidak menoleh kearahnya.

***

Seketika Justin terbangun dari mimpinya, dengan keringat dingin disertai nafas yang naik turun hal itu membuatnya sedikit menjadi susah bernafas.

Pria itu berusaha untuk menenangkan diri nya. Kenangan 20 tahun yang lalu kembali muncul lewat mimpi nya.

Setelah ritme nafasnya kembali normal, Justin mengambil sesuatu yang dia letakan dibawah tempat tidurnya, sebuah kotak kayu dengan ukiran indah.

Justin dengan perlahan membuka kotak berukuran kecil itu, lalu mengeluarkan selembar foto yang sesikit terlihat usang. Disana terdapat gambaran seorang bocah laki-laki dan anak perempuan yang sedang bermain ayunan sambil tertawa.

Pria itu pun tersenyum, mengingat kenangan nya dengan sahabat kecilnya dulu sewaktu di panti asuhan.

" Elle, aku sangat merindukan dirimu sekarang dimana kamu berada hm?".. Sambil mengelus-elus wajah Elle difoto itu yang masih umur 8 tahun

Justin terus tersenyum sambil menatap foto yang sedang ia pegang itu. Senyum manis gadis kecil bernama Elle itu membuat dirinya merasa tenang.

Setelah puas menatap foto yang berisi kenangan masa lalu nya itu, Justin kembali menyimpan nya ke dalam kotak. Setelah nya dia meletakan kotak itu di bawah ranjang nya.

Justin melirik jam yang terpasang di dinding, sudah pukul 6 pagi. Dia teringat jika pagi ini akan ada rapat internal bersama para pemegang saham. Akhirnya dengan sedikit memaksakan diri, pria berwajah tampan itu turun dari tempat tidurnya dan pergi menuju kamar mandi untuk bersiap berangkat ke kantor.

***

Hanya memakan waktu 30 menit, Justin sudah selesai membersihkan diri. Setelah keluar dari kamar mandi, pria berusia 28 tahun itu berjalan menuju walk in closet milik nya.

Disana terpajang berbagai barang dengan brand terkenal di dunia. Deretan jam tangan mahal yang tersimpan di dalam kotak kaca, sepatu-sepatu yang berjejer di rak dengan ketinggian hampir 1.5 m, lalu lemari pakaian nya yang membentuk letter U memenuhi ruangan ini.

Tanpa memikirkan nya terlebih dahulu, Justin langsung mengeluarkan satu stel jas mahal salah satu satu koleksi nya. Dia juga mengambil kemeja putih dan dasi berwarna senada dengan jas nya.

Setelah bersiap-siap kini Justin keluar dari kamarnya dan menuruni anak tangga. Wajahnya sangat terlihat dingin tanpa berekspresi..

Justin melangkahkan kakinya menuju meja makan, dimana sudah ada Antoni dan Ana.. Tanpa menyapa mereka berdua kini Justin duduk disebelahnya Antoni..

Ana hanya menatap kearah Putranya, hatinya sangat sedih ingin memeluk dan mencium Putranya namun dia mengurungkan niatnya tersebut karena dia tau bahwa Putranya tidak bisa disentuh..

Suasananya sangat hening, Antoni dan Ana hanya menatap kearah Justin yang sedang fokus dengan sarapannya itu.

Namun karena Antoni sangat ingin tau perkembangan Putranya dia pun melontarkan pertanyaan kepada Justin..

" Bagaimana tentang pengobatanmu?"..

" Tidak ada perubahan".. Dengan nada dinginnya Justin membuat pembicaraan itu terhenti

Hal itu membuat mereka sudah sangat paham dengan perilakunya Justin, dengan cepat Justin menghabiskan sarapannya hanya dalam waktu singkat.

Justin pun bangun dari duduknya, dan langsung membalikkan badannya..

" Aku berangkat"..

" Hati-hati dijalan ya sayang".. Ucap Ana dengan penuh perhatiannya

Justin tidak menjawabnya, Ana hanya tersenyum dan menghela nafas.

" Doakan saja Justin cepat sembuh dari penyakitnya Ma".. Kata Antoni agar membuat perasaan Ana merasa lebih baik

" Semoga saja pa"..

Antoni tersenyum kepada Ana sambil memegangi tangannya Ana, dia tau bahwa Istrinya benar-benar sangat sedih dengan keadaan Putranya..

***

30 menit kemudian tibalah Justin di perusahaan milik keluarga Parker.. Justin berhenti tepat didepan halamannya dimana Asistennya Justin membukakan pintu mobilnya dan Justin turun dari mobil..

" Selamat pagi tuan, hari ini setelah selesai dari rapat kita akan melakukan pertemuan dengan Penerus Perusahaan Dawson"..

" Atur saja jadwalnya"..

" Baik tuan"..

Justin dan Asistennya masuk kedalam lobby perusahaan Parker itu, dimana semua karyawan berbaris menyambut kedatangan bos mereka..

Mereka semua membungkukan badan memberikan salam kepada Bos mereka yang lewat itu, namun tidak ada balasan dari Justin..

Wajahnya masih saja tetap dingin dan fokus menatap kedepan, tibalah mereka dilift dengan cepat Justin dan Asistennya masuk serta menekan tombol ke lantai 6 untuk melakukan rapat yang diadakan hari ini..

Setibanya dilantai 6, semua karyawan yang akan ikut rapat hari ini sudah menunggu Justin didepan ruangan rapat tersebut..

Namun kali ini rapat yang akan diadakan mengundang penerus keluarga Dawson, Joanne Rose Dawson. Yang mana tatapan wanita itu terus tertuju pada Justin. Terlihat dengan begitu jelas ketertarikan nya pada pria itu.

Justin dan asistennya pun masuk kedalam ruangan rapat disusul oleh seluruh peserta rapat, termasuk Joan yang berjalan dengan gaya yang begitu menggoda.

Namun, Joan harus menelan pil pahit, karena seberusaha apapun dia menunjukan kemolekan tubuhnya, tidak akan bisa menarik perhatian Justin. Pandangan pria itu hanya tertuju pada layar besar yang nantinya akan menunjukan pembahasan tentang kerja sama antara Perusahaan Parker dan Perusahaan Dawson.

Joan duduk di sisi meja sebelah kanan Justin. Dia menarik blouse yang dia kenakan ke bawah, agar belahan dada nya semakin terlihat jelas. Tentu saja itu adalah salah satu siasat nya agar bisa menarik perhatian pria dingin di dekatnya itu.

" Kita mulai rapat nya sekarang. " ucap Justin dengan nada tegas khas seorang pemimpin.

Jonas, asisten pribadi sekaligus sekretaris Justin, langsung berdiri. Dia yang akan membuka rapat kali ini.

Sambutan demi sambutan Jonas berikan, lalu dilanjutkan dengan pembahasan kerja sama dengan perusahaan Dawson.

Justin menyimak dengan wajah tanpa ekspresi nya. Sedangkan Joan dia terus melirik ke arah pria itu. Pikiran nya berkelana memikirkan bagaimana cara nya agar dia bisa dekat dengan Justin.

" Nona Dawson, anda bisa memulai presentasi keuntungan dari kerja sama ini. " ujar Jonas yang mengejutkan Joanne.

Dia yang dari tadi tidak fokus pada rapat, sedikit merasa gugup karena tidak tau harus memulai dari mana. Untung saja sekretarisnya langsung mengambil alih, dan Joan bisa menghembuskan napas lega.

Bukan nya memfokuskan diri pada rapat, Joanne justru menyenggol kaki Justin dengan kaki nya.

Justin hanya melirik sekilas, namun setelah nya dia kembali fokus mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh sekretaris Joanne.

Joanne tidak berhenti, dia terus menyenggol kaki Justin, hingga akhirnya pria itu menoleh ke arah nya.

" Apa yang kau lakukan, nona Dawson? " tanya Justin yang membuat seluruh peserta rapat menatap kearah pria itu.

" Ah, maafkan aku tuan Parker, aku tidak sengaja. " jawab Joanne dengan nada yang dibuat-buat lembut.

" Tidak sengaja, tapi kau terus menyenggol kaki ku? Tujuan mu datang kesini sebenarnya untuk bekerja sama atau untuk menjadi wanita penggoda? " tanya Justin dengan nada mengintimidasi.

Joanne mulai mendengar suara bisik-bisik di sekitarnya. Sedangkan sekretaris Joanne hanya bisa menghela napas lelah, dia sudah mengira pasti akan terjadi seperti hal ini sebelum nya.

" Tuan Parker, maafkan nona saya. Dia mungkin benar-benar tidak sengaja. " pria itu berdiri lalu membungkuk hormat kepada Justin.

" Seharusnya keluarga Dawson mengirimkan orang yang lebih kompeten. Jika seperti ini, aku menjadi kehilangan minat untuk bekerja sama dengan kalian. "

Sekretaris Joanne menelan kasar air liurnya. Jika Justin menolak kerja sama ini, maka hancurlah reputasi keluarga Dawson.

" Tuan, maafkan kesalahan kami. Tolong dipertimbangkan lebih dulu kerja sama ini. Saya akan menjamin, nona Joanne tidak akan mengganggu anda lagi. " ucap pria itu dengan keyakinan penuh.

Joanne menatap nyalang sekretarisnya itu. Dia merasa pria itu sudah lancang karena berbicara seperti itu tentang diri nya.

" Ben, apa yang kau katakan? " ucap Joanne tak terima.

" Nona, tolonglah untuk tenang. Biar saya yang mengambil alih. " jawab Ben dengan tatapan tenang namun dibalik itu terdapat kekesalan yang sangat luar biasa dari pria itu.

Joanne hanya mendengus kasar, lalu bersandar di kursi nya seraya melipat kedua tangan di depan dada. Wajah nya terlihat kesal, namun tidak ada yang memperdulikan hal itu.

" Maaf atas ketidaknyamanan nya, saya yang akan mengambil alih mengenai pembahasan kerja sama ini. " ucap sekretaris Joanne.

Terpopuler

Comments

Dewi Anggya

Dewi Anggya

mampiiir doonk 😘😘

2024-09-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!