NovelToon NovelToon
Rockmantic Of Love

Rockmantic Of Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Wanita Karir
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: @Hartzelnut

Seorang laki laki yang bekerja produser musik yang memutuskan untuk berhenti dari dunia musik dan memilih untuk menjalani sisa hidupnya di negara asalnya. dalam perjalanan hidupnya, dia tidak sengaja bertemu dengan seorang perempuan yang merupakan seorang penyanyi. wanita tersebut berjuang untuk menjadi seorang diva namun tanpa skandal apapun. namun dalam perjalanannya dimendapatkan banyak masalah yang mengakibatkan dia harus bekerjasama dengan produser tersebut. diawal pertemuan mereka sesuatu fakta mengejutkan terjadi, serta kesalahpahaman yang terjadi dalam kebersamaan mereka. namun lambat laun, kebersamaan mereka menumbuhkan benih cinta dari dalam hati mereka. saat mereka mulai bersama, satu persatu fakta dari mereka terbongkar. apakah mereka akan bersama atau mereka akan berpisah??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Hartzelnut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ep. 18

*****

Natalia berdiri di depan cermin toilet, tatapannya tajam, namun masih ada keraguan yang samar. "Aku harus tahu pasti," pikirnya. "Aku nggak boleh langsung percaya begitu saja..." Deg... deg... deg... Jantungnya berdetak lebih cepat ketika dia memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut. "Aku harus menyelidiki tentang dia... Siapa dia sebenarnya?" pikir Natalia lagi, mencoba menenangkan dirinya.

Srek... Dengan tangan yang gemetar, dia merapikan rambutnya sekali lagi dan mengusap sisa air mata yang masih mengering di pipinya. "Aku harus tau..." gumamnya pada dirinya sendiri, berusaha memantapkan hati. Setelah menarik napas dalam-dalam, dia membuka pintu toilet. Klik... Pintu terbuka, dan Natalia berjalan keluar dengan langkah yang mantap, meski hatinya masih dipenuhi dengan banyak pertanyaan.

Di dalam kafe, Natalia melihat ke arah meja tempat Julia, Jack, dan Brian sedang duduk. Ssst... Suasana kafe terasa sedikit lebih tenang sekarang, tak seramai sebelumnya. Matanya langsung tertuju pada Brian, yang masih duduk bersandar di sofa dengan wajah tertutup kemejanya. "Kalung itu..." pikir Natalia, pandangannya tertuju pada liontin pick gitar yang menggelantung di leher Brian. "Kalung yang sama... persis..."

Natalia menghampiri meja itu perlahan. Deg... deg... Setiap langkah terasa berat, tapi dia mencoba tetap tenang. Begitu tiba di meja, Julia yang sedang duduk di sebelah Jack menyadari kehadiran Natalia dan langsung menyapanya. "Gimana matamu? Sudah nggak apa-apa?" tanya Julia dengan nada perhatian, sambil tersenyum kecil.

Natalia tersenyum tipis, mencoba menutupi kegelisahannya. "Nggak apa-apa, kok. Cuma ada sesuatu yang masuk ke mata tadi," jawab Natalia pelan sambil menunduk sedikit. Ssst... Dia mencoba menutupi apa yang sebenarnya dia lihat dan rasakan. Belum saatnya dia memberitahu Julia-Natalia ingin mencari tahu sendiri dulu.

Setelah itu, Natalia duduk di sebelah Julia, matanya masih sesekali melirik ke arah Brian yang masih diam, terlelap atau mungkin hanya bersantai di sofa dengan wajah tertutup kemejanya. Liontin itu tetap terlihat jelas dari sela-sela kain kemejanya, menggantung dengan santai namun penuh makna. "Apakah benar dia..." pikir Natalia dalam hati, perasaannya bercampur antara ketakutan dan harapan. Deg... deg...

Sementara itu, Julia melanjutkan pembicaraan dengan Jack, penasaran dengan masa lalu mereka. "Jadi... sejak kecil kalian udah berteman?" tanya Julia sambil tersenyum, mencoba mencairkan suasana yang mulai tenang. Jack tertawa kecil, mengangguk. "Iya, kita memang berteman sejak kecil. Sejak aku bisa ingat, aku selalu bareng dia dan keluarganya."

Jack kemudian menoleh ke arah Brian sambil tersenyum tipis, "Dia itu udah kayak keluarga sendiri buat aku. Kemanapun keluarganya pergi, aku selalu ikut. Rasanya kadang aku kayak benalu di keluarganya," kata Jack sambil bercanda, tertawa kecil. Hehe...

Julia tertawa kecil mendengar candaan Jack, tapi dia penasaran. "Kalau boleh tahu... sejak kapan kalian pindah ke Amerika?" tanyanya lagi, tatapannya serius kali ini.

Jack berpikir sejenak, lalu menjawab sambil mengingat-ingat, "Kami pindah ke Amerika sekitar 24 tahun yang lalu. Sejak itu, kami tinggal di sana."

Mendengar pernyataan itu, Natalia yang diam-diam mendengarkan percakapan mereka, menghela napas dalam-dalam. Matanya fokus pada gelas yang dia pegang, sementara pikirannya melayang. "24 tahun di Amerika... lalu kenapa mereka kembali ke sini sekarang?" pikir Natalia, hatinya semakin penasaran. Klik... Suara gelas yang dia pegang beradu pelan dengan meja.

Julia tampak terkejut mendengar cerita Jack, "Jadi selama 24 tahun itu... kalian nggak pernah balik ke China?" tanyanya memastikan, matanya melebar sedikit.

Jack tertawa lagi, kali ini lebih santai. "Ini kali kedua kami balik ke China selama 20 tahun terakhir," jawabnya sambil menyandarkan diri di kursi, "kami balik ke China itu sekitar... hmm... mungkin 15 atau 16 tahun yang lalu. Tapi cuma sebentar, terus langsung balik ke Amerika."

Deg! Mendengar jawaban Jack, Natalia langsung tertegun. "15 atau 16 tahun yang lalu..." gumamnya dalam hati, perasaannya mulai bergejolak. Tatapan Natalia langsung berubah, dan tanpa sadar dia memandang Jack dengan ekspresi kaget. "Waktu itu... aku bertemu anak laki-laki itu... 15 tahun yang lalu..." pikirnya, ingatannya kembali pada pertemuan singkatnya dengan anak laki-laki yang memberinya kalung. Deg... deg... deg...

Julia yang sedang duduk di sebelah Natalia tidak menyadari reaksi sahabatnya, dia terus melanjutkan percakapan dengan Jack. "Jadi... setelah 15 tahun, baru sekarang kalian kembali lagi?" tanyanya lagi, masih belum percaya dengan cerita Jack.

Jack mengangguk, "Ya, setelah 15 tahun lebih, kami akhirnya kembali. Hanya sebentar, dan kali ini kami berencana tinggal lebih lama," jawabnya dengan tenang.

Natalia terdiam, dia menunduk lebih dalam, tetapi pikirannya kini dipenuhi berbagai spekulasi. "15 tahun yang lalu... Apakah mungkin dia... Brian adalah anak itu?" pikirnya sambil sesekali melirik ke arah Brian yang masih duduk diam, wajahnya tertutup kemeja. "Apa mungkin... dia yang selama ini aku cari?.... Tapi apakah benar?" Deg... deg... deg... Hatinya berdebar kencang.

Matanya kembali tertuju pada kalung di leher Brian, liontin berbentuk pick gitar yang sama persis dengan miliknya. "Dia sangat berbeda dengan anak itu..... Aku harus tahu... tapi aku nggak bisa terburu-buru. Aku harus menyelidikinya dengan hati-hati..." pikir Natalia dengan tekad yang semakin kuat. Deg... deg... Namun, perasaan haru dan syok yang tadi muncul dalam dirinya masih terasa jelas, membuat pikirannya terus berkecamuk.

Meskipun begitu, Natalia berusaha keras untuk tetap tenang. Dia menggenggam gelasnya dengan sedikit lebih kuat, menahan gemetar yang hampir tidak bisa dia kendalikan. sementara tatapannya masih terfokus pada Brian yang tampak begitu misterius.

*****

Julia memandang Brian yang masih diam di sofa, wajahnya tertutup kemeja. Alisnya sedikit berkerut, rasa penasaran dan cemas bercampur di dalam dirinya. "Apakah dia akan baik-baik saja?" pikir Julia sambil menggigit bibirnya pelan. Sstt... Dia menoleh ke arah Jack, mencoba memastikan keadaan. "Jack, Apakah dia akan baik-baik saja?" tanyanya dengan suara rendah, tapi jelas menunjukkan kekhawatiran.

Jack, yang tengah berbicara dengan Natalia, menoleh ke Julia sejenak lalu memandang Brian. Sst... Dia tersenyum tipis sambil mengangguk kecil, mencoba menenangkan Julia. "Tenang aja, dia baik-baik saja kok," katanya santai. "Dia hanya tidur biasa," tambahnya sambil tertawa pelan, membuat suasana sedikit lebih ringan. Hehe...

Natalia, yang sejak tadi diam, akhirnya memberanikan diri untuk bertanya. Tangannya sedikit gemetar saat dia menyentuh gelas di depannya, mencengkeramnya lebih erat dari biasanya. Klik... "Kalian sering main musik bareng?" tanyanya pelan, suaranya terdengar ragu, namun ada rasa penasaran yang besar.

Jack menoleh ke Natalia dan tersenyum tipis. Dia mengusap lehernya dengan tangan, seolah mengingat sesuatu. Ssst... "Nggak sering, sih," jawabnya santai. "kalau kita lagi pengen aja," lanjutnya, nada suaranya mulai merendah seolah mengingat kenangan lama yang mendalam. Jack tersenyum kecil, tetapi ada kesedihan yang tak terlihat dalam pandangannya.

Natalia memperhatikan perubahan ekspresi Jack, tapi dia tak bisa menahan rasa penasaran yang terus menggelitik pikirannya. "Kenapa kalian ga bentuk band aja?" tanyanya, suaranya lebih pelan, namun penuh dengan rasa ingin tahu. Deg... deg... Jantung Natalia berdetak lebih kencang saat menunggu jawaban Jack.

Ekspresi Jack berubah seketika, senyumnya memudar. Dia menunduk sedikit, menghela napas panjang. Hff... "Kebetulan kami sangat sibuk, jadi kami tidak sempat untuk membuat band," jawabnya dengan nada datar, seolah menutupi alasan sebenarnya.

Natalia merasakan bahwa ada sesuatu yang disembunyikan, tapi dia memilih untuk tidak memaksa. Namun, hatinya tetap penuh dengan berbagai pertanyaan. "sepertinya dia berbohong" pikir Natalia, tangannya mulai melonggarkan cengkeraman pada gelas di depannya. Sstt...

Tiba-tiba, Brian mulai bergerak. Ssst... Tangan kanannya perlahan terangkat, memegang kemeja yang menutupi wajahnya. Srek... Dengan gerakan lambat tapi pasti, dia menyingkirkan kemeja itu dari wajahnya, memperlihatkan mata merah yang tampak lelah, seperti habis mabuk. Deg... Namun, meski tampak mabuk, Brian masih sadar sepenuhnya. Dia menggosok wajahnya dengan tangan, mencoba menghilangkan sisa kantuk. Sstt...

Jack memperhatikan gerakan Brian, lalu tertawa kecil sambil berkata, "kau sudah bangun?" tanyanya sambil bersandar ke kursi. Brian tidak menanggapi, tatapannya kosong. Dia hanya mulai mengancingkan kemejanya perlahan, sementara Natalia terus memandangnya dengan hati berdebar-debar. perhatian Natalia masih tertuju pada kalung yang tergantung di leher Brian. "Apakah dia tidak mengingatku?" pikirnya lagi, matanya tak lepas dari liontin pick gitar yang perlahan dimasukkan oleh Brian ke dalam kaosnya sebelum melanjutkan mengancingkan kemejanya.

Natalia terus menatap Brian dengan tatapan yang semakin intens. Pandangannya seakan terpaku pada setiap gerakan kecil yang Brian lakukan. perasaannya bercampur aduk antara rasa lega dan kebingungan. Sstt...

Brian, yang mulai merasa terganggu dengan tatapan Natalia, akhirnya menoleh. Ssst... Matanya yang tajam bertemu dengan tatapan Natalia, membuatnya tertegun. "Wanita itu......?" pikir Brian, wajahnya tetap datar. Natalia tersentak, segera mengalihkan pandangannya ke arah lain, meskipun jantungnya masih berdetak kencang. Deg... deg...

Sementara itu, Brian meraih botol wine di atas meja, mengambilnya lagi tanpa ragu. Glug... glug... Dia meneguknya dengan cepat, tanpa memperhatikan ekspresi di sekitarnya. Jack, yang duduk di sampingnya, segera menegur dengan nada ringan. "Kau tidak perlu menghabiskannya sekarang," ucapnya sambil tertawa kecil, meski dalam hatinya ada kekhawatiran.

Julia, yang duduk di sebelah Natalia, hanya bisa mengangkat alisnya. "Orang ini... apakah dia seorang peminum," pikirnya, sambil menelan ludah dengan canggung. Matanya melirik ke arah Natalia, yang wajahnya mulai menunjukkan rasa tidak nyaman dan marah. "dia begitu keras kepala....?" gumam Natalia dalam hati, menahan perasaannya yang semakin gelisah.

Sst... Tanpa berpikir panjang, Natalia bangkit dari duduknya dengan cepat. Deg! Langkahnya mantap, dan tanpa banyak bicara, dia berjalan ke arah Brian. Jack dan Julia hanya bisa memandang dengan terkejut, bingung dengan apa yang hendak dilakukan Natalia. "Nat?" bisik Julia, namun dia tidak berani menghentikan sahabatnya itu.

Srek! Dengan gerakan cepat, tangan kanan Natalia langsung meraih botol wine yang dipegang oleh Brian. Jack dan Julia terdiam, mulut mereka terbuka karena kaget. "Apa yang sedang dia lakukan?" pikir Jack, mencoba memahami situasi yang mendadak berubah canggung.

Brian menatap Natalia dengan ekspresi dingin, tidak ada kemarahan dalam matanya, hanya ketenangan yang menyeramkan. Ssst... "kenapa?" tanyanya dengan nada yang pelan namun menusuk. Klik... Botol wine yang dipegang Natalia masih ada di tangannya, namun dia tak bisa berkata apa-apa.

Natalia terkejut dengan nada suara Brian. "Kenapa... dia nggak marah?" pikirnya dalam hati, tatapannya berubah menjadi bingung. Jantungnya masih berdetak kencang. Deg... deg... deg... Dia tak tahu harus bereaksi bagaimana.

Julia dan Jack, yang tadinya merasa tegang, kini juga ikut terkejut. Mereka saling bertukar pandang, tak menyangka bahwa Brian tidak marah sama sekali. Julia bahkan menghela napas lega, meskipun masih ada ketegangan yang tersisa.

Brian akhirnya berdiri perlahan, tubuhnya tegap dan tinggi, membuat suasana semakin tegang. Sstt... Dia memandang Jack dengan dingin, dan tanpa banyak bicara, dia berkata, "Ayo, kita pulang." Suaranya rendah, hampir tanpa emosi. Jack, yang masih bingung dengan apa yang terjadi, hanya bisa mengangguk. "Baiklah...... aku balik dulu ya.....," jawabnya singkat, sebelum bangkit dari kursinya.

Ssst... Brian mulai berjalan menuju pintu keluar, postur tubuhnya yang besar dan tenang membuat ruangan terasa lebih sunyi. Jack tersenyum canggung kepada Natalia dan Julia, merasa sedikit bersalah atas kejadian yang baru saja terjadi. "Terima kasih untuk malam ini," katanya dengan nada pelan, sebelum mengikuti Brian keluar dari kafe.

Natalia hanya bisa memandang mereka berdua pergi, sementara hatinya dipenuhi kebingungan. matanya masih mengikuti setiap langkah Brian hingga pintu kafe tertutup di belakang mereka. Deg... deg... deg...

*****

1
Jennifer Impas
Bikin ketawa ngakak. 🤣
hartzelnut: Terima kasih telah membaca novelku. jangan lupa episode selanjutnya ya /Smile//Smile/
total 1 replies
Kei Kurono
Thor, aku butuh fix dari obat ketagihan ceritamu! 🤤
hartzelnut: terima kasih telah menyukai novel saya. /Smile/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!