Kim Tae-min, seorang maniak game MMORPG, telah mencapai puncak kekuatan dalam dunia virtual dengan level maksimal 9999 dan perlengkapan legendaris. Namun, hidupnya di dunia nyata biasa saja sebagai pegawai kantoran. Ketika dunia tiba-tiba berubah akibat fenomena awakening, sebagian besar manusia memperoleh kekuatan supranatural. Tae-min yang mengalami awakening terlambat menemukan bahwa status, level, dan item dari game-nya tersinkronisasi dengan tubuhnya di dunia nyata, membuatnya menjadi makhluk yang overpower. Dengan status dewa dan kekuatan yang tersembunyi berkat Pendant of Concealment, Tae-min harus menyembunyikan kekuatannya dari dunia agar tidak menimbulkan kecurigaan.
Di tengah kekacauan dan ancaman baru yang muncul, Tae-min dihadapkan pada pilihan sulit: bertindak untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran, atau terus hidup dalam bayang-bayang sebagai pegawai kantoran biasa. Sementara organisasi-organisasi kuat mulai bergerak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ex, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pintu Es dan Raja Salju
Setelah berjam-jam berputar seperti orang gila, akhirnya aku menemukannya. Sebuah pintu besar yang hampir tersembunyi di sudut terdalam dungeon ini. Ukirannya terlihat aneh, seperti terbuat dari tangan seniman yang punya waktu luang terlalu banyak atau mungkin seorang seniman es yang sudah mati beku, karena ukirannya... ya, semuanya membeku. Bahkan gagangnya dingin seperti pantat orang tanpa celana di tengah badai salju.
Aku mendekat, merasakan hawa dingin yang semakin menusuk. Pintu ini jelas bukan pintu sembarangan. Ukirannya menggambarkan makhluk besar dengan gigi tajam dan bulu putih tebal, sangat pas untuk melengkapi kesan seram. Oh, tentu saja, seperti semua tempat ini kurang angker. Tapi yang bikin aku makin curiga adalah suhu yang langsung drop drastis begitu aku melangkah lebih dekat.
"Aku yakin ini pintu bos...," gumamku. "Semoga bosnya nggak salah kostum. Jangan sampai pakai baju renang di ruangan es begini."
Kudorong pintu besar itu. Suara gesekan es terdengar seperti kripik yang remuk, dan perlahan pintu terbuka. Di balik pintu itu, ada sebuah ruangan yang semuanya terbuat dari es. Dindingnya, lantainya, bahkan langit-langitnya mengilap dengan kristal es yang memantulkan cahaya redup dari torches yang hampir padam.
Dan di ujung ruangan itu, duduklah dia. White Snow Monkey King—si raja monyet salju yang tampaknya sudah menungguku. Sosoknya besar, kira-kira setinggi dua meter lebih, dengan bulu putih tebal yang membuatnya tampak seperti raksasa salju. Ia duduk di atas sebuah takhta yang terbuat dari es murni, seolah menantang siapa pun yang berani mendekat. Kedua matanya bersinar biru, mencerminkan kematian beku yang siap menyerang.
"Hah, seramnya pas, tapi tempat duduknya terlalu keren buat seekor monyet. Apa dia raja atau cuma penjaga freezer?" gumamku sambil melangkah masuk.
White Snow Monkey King menggeram pelan. Suaranya seperti badai salju yang datang tiba-tiba, dan matanya menatapku tajam. Kayaknya dia siap menghancurkan siapa pun yang berani mengganggunya.
"Baiklah, Bos Es, ayo kita mulai acaranya. Tapi gue sih maunya yang cepat aja, ya? Soalnya dinginnya bikin gue pengen buru-buru pulang makan ramen panas."
Tanpa aba-aba, White Snow Monkey King berdiri dari tahtanya. Badai es tiba-tiba menyelimuti seluruh ruangan, dan aku hanya bisa tersenyum.
"Akhirnya, pertunjukan dimulai..."
White Snow Monkey King berdiri dari tahtanya dengan gerakan lambat namun menakutkan. Udara di sekelilingnya semakin mendingin. Es di bawah kakinya retak setiap kali dia melangkah, dan nafasku berubah menjadi uap putih. Setiap gerakannya membuat lantai es berderak, seolah-olah ruangan ini sudah tidak sanggup lagi menahan kekuatannya.
Aku menatapnya tanpa berkedip. "Oke, Bos, tunjukkan yang terbaik yang lo punya."
Tiba-tiba, secepat kilat, White Snow Monkey King melompat dari tahtanya. Kukunya yang tajam melesat ke arahku, membawa angin beku yang membuat tulangku menggigil. Refleksku langsung aktif, dan aku melompat ke samping. Serangan cakar raksasa itu hanya menghantam udara di tempatku berdiri beberapa detik sebelumnya, tetapi es di lantai terbelah seperti kaca yang pecah, menimbulkan gemeretak memekakkan telinga.
"Ah, nyaris aja," gumamku sambil meluruskan badan. “Lumayan cepat buat ukuran badan segede itu.”
Tapi ini baru permulaan. Dengan sekali raungan, White Snow Monkey King memanggil badai es besar. Angin berputar makin kencang, menciptakan pusaran salju dan serpihan es tajam yang beterbangan di udara. Setiap serpihan es berukuran sebesar pisau dapur. Tanpa ragu, ia melemparkannya ke arahku.
"Lo beneran lagi marah ya?" tanyaku sambil menyeringai, menghindari hujan serpihan es itu. Tubuhku bergerak lincah, berputar ke kiri dan kanan, setiap gerakanku membelah serpihan es yang menghujani ruangan.
Salju dan es melayang-layang dalam angin badai. Suara retakan es dan raungan White Snow Monkey King membuat telingaku berdering. Di bawah badai es yang semakin brutal, aku mulai menyusun rencana.
"Kayaknya udah saatnya gue nunjukin sesuatu yang lebih menarik."
Aku mengangkat tangan kiriku, menyulut api hitam yang membakar udara di sekitarku. Hellblaze segera membakar es yang melayang-layang, menciptakan uap panas saat api hitam itu melawan dinginnya badai.
"Lo suka main es, ya? Gue ada sesuatu yang lebih panas."
Dengan cepat, aku menembakkan Hellblaze langsung ke arahnya. Api hitam itu mengiris udara, meluncur menuju tubuh White Snow Monkey King. Dia meraung saat api mulai membakar bulu-bulu putih tebal di tubuhnya. Suara raungannya mengguncang seluruh ruangan, menggetarkan dinding-dinding es yang mengelilingi kami. Api hitam itu menjalar cepat, membakar bulu tebalnya sampai mengeluarkan bau gosong.
Namun, belum sempat aku puas dengan seranganku, sesuatu yang aneh terjadi. Bulu-bulunya yang terbakar mulai mengelupas, memperlihatkan sesuatu di bawahnya — lapisan kulit batu yang kokoh dan keras.
“Ah, sial. Masuk fase kedua, nih.” Aku mengerutkan dahi. “Kenapa semua bos punya fase kedua, sih? Bisa nggak sekali aja, selesai di satu ronde?”
Tubuhnya kini berubah total. Bulu putih yang sebelumnya menutupi tubuh besarnya kini menghilang, memperlihatkan kulit keras seperti batu yang berkilauan di bawah cahaya es. Matanya yang tadinya biru pucat kini bersinar terang dengan kilatan es yang lebih dingin. Tubuhnya juga tampak lebih besar, lebih kokoh, seolah-olah es dan batu menyatu menjadi bagian dari dirinya.
White Snow Monkey King yang sekarang adalah monster yang benar-benar berbeda.
"Ayo, Great Sage, tunjukkan semua yang lo punya!" Aku mengayunkan tanganku ke udara, bersiap meluncurkan Full Counter jika serangan sihir datang lagi.
Dengan raungan yang lebih mengerikan, si monyet raksasa itu menghantam tanah dengan kedua tangannya. Lantai es di bawahnya pecah menjadi ribuan pecahan besar, dan dari bawah lantai yang hancur, pilar-pilar es besar muncul, menyembur dengan kekuatan yang membuat ruangan terasa semakin sempit.
“Aww, shit! Ini jadi makin seru!” aku tertawa kecil di tengah-tengah serangan pilar-pilar es itu. Mereka muncul dengan kecepatan luar biasa, mencoba menghancurkanku dari segala arah. Aku terus bergerak, melompat di antara puing-puing es, menghindari serangan yang datang tanpa henti. Setiap kali pilar itu menghantam tanah, getarannya terasa sampai ke tulangku.
White Snow Monkey King berdiri di tengah ruangan, mengangkat tangannya dan memanggil badai es baru. Serpihan-serpihan es raksasa beterbangan, dan aku tahu saatnya untuk mengeluarkan jurus pamungkas.
"Alright, lo mau main keras? Kita main keras." Aku menatapnya dengan senyum bengis, dan kemudian, tanpa berpikir dua kali, aku menyalakan Full Counter. Cahaya hitam keunguan melingkari tubuhku, memantulkan badai es yang dia lemparkan ke arahku.
Badai es itu berbalik, menghantam tubuhnya dengan kekuatan dua kali lipat. White Snow Monkey King meraung kesakitan saat badai itu menghancurkan lapisan es di tubuhnya. Aku segera mengambil kesempatan ini.
Dengan cepat aku mengaktifkan Hellblaze di tangan kiriku dan melompat ke arahnya, memanfaatkan kesempatan saat tubuhnya masih terhantam balik oleh sihirnya sendiri. Api hitam menyala-nyala di tanganku, dan aku menebaskan tangan itu tepat ke tubuhnya.
Ledakan besar terjadi saat Hellblaze menghantam dada White Snow Monkey King. Api hitam itu menjalar ke seluruh tubuhnya, membakar es dan batu yang melindunginya. Monyet raksasa itu mengerang kesakitan, tubuhnya menggeliat di tengah kobaran api.
Namun, ini belum selesai. Meskipun tubuhnya terbakar, dia masih hidup. White Snow Monkey King berlutut, dan dengan raungan terakhir, tubuhnya mulai berubah lagi.
Dari tubuh es dan batu yang tersisa, muncul sosok yang lebih mengerikan. Kulitnya kini terbuat dari lapisan batu yang lebih keras, dengan urat-urat es yang mengalir di seluruh tubuhnya. Matanya yang bersinar biru semakin tajam, dan kekuatan baru tampak memancar dari dirinya.
“Ya ampun, nggak selesai-selesai!” Aku mengeluh sambil bersiap menghadapi fase terakhirnya.
Bos ini memang pantang menyerah, tapi aku juga nggak akan kalah mudah. Pertarungan baru saja dimulai.
White Snow Monkey King yang kini berevolusi ke fase terakhirnya terlihat jauh lebih mengerikan. Tubuhnya yang sebelumnya terbuat dari batu kini berubah menjadi campuran es kristal dan logam, dengan cahaya biru terang yang keluar dari matanya seperti lampu neon. Setiap langkahnya mengguncang lantai es, membuat serpihan-serpihan kecil berjatuhan dari langit-langit ruangan yang dingin ini.
"Wow, lo serius bener-bener upgrade kayak gini? Apa karena lo tersinggung sama gue?" aku berkata sambil menyeringai.
Dia langsung melompat ke arahku, tinju besarnya siap menghantam. Aku hanya berdiri di tempat, sengaja tidak bergerak.
BANG!
Tinju besarnya menghantam tubuhku dengan kekuatan penuh. Aku terlempar beberapa meter ke belakang, tubuhku membentur dinding es yang keras, dan beberapa retakan kecil muncul di sekitarku.
"Aduh... itu tadi kena banget," aku bergumam sambil berdiri, menepuk-nepuk baju yang sedikit kotor karena es yang hancur.
Aku menoleh ke arah White Snow Monkey King yang sudah siap menyerang lagi.
“Cuma segini doang?” tanya aku sambil tertawa kecil. "Seriusan, gue kira bakal lebih gila dari ini."
Dia meraung keras, tampaknya tidak suka dengan reaksiku. Dengan cepat dia melemparkan serangan lain, kali ini dengan kedua tangannya. Dua pukulan cepat menghantam tubuhku secara berurutan, melemparkanku ke arah pilar es besar di samping.
KRAK!
Pilar itu hancur, dan aku jatuh di bawah reruntuhan, dengan serpihan es bertebaran di sekelilingku.
Aku tertawa kecil lagi sambil mengusap rambut. "Bro, ini bener-bener nggak ada rasanya. Kayak lo ngebanting bantal ke muka gue."
White Snow Monkey King tampak semakin marah. Matanya bersinar lebih terang, dan dari kedua tangannya muncul energi es yang berputar-putar seperti badai mini. Dengan cepat, dia melancarkan serangan itu ke arahku.
“Ah, yang ini mungkin bakal seru.” Aku sengaja berdiri diam, menunggu serangan es itu datang menghantam.
BOOM!
Badai esnya meledak tepat di tubuhku. Aku lagi-lagi terlempar ke belakang, menabrak lantai es, tergelincir beberapa meter sampai akhirnya berhenti.
"Aduh, dingin banget... serasa dipukul kulkas," gumamku sambil berdiri kembali.
Aku menepuk bajuku yang sekarang tertutup es, tapi seperti biasa, nggak ada rasa sakit. Hanya efek dramatis doang.
“Oke, cukup main-mainnya,” kataku sambil mengangkat tangan, siap memulai serangan balasan.
White Snow Monkey King melompat lagi ke arahku, tinjunya yang lebih besar kini tertutup lapisan es kristal tajam. Aku menyeringai, lalu mengaktifkan Hellblaze di tanganku. Api hitam berkobar, menyelimuti tanganku yang siap untuk balas menghantam.
Dengan sekali tebasan, aku menghantam tinjunya menggunakan api hitamku. Ledakan es dan api bertabrakan, dan White Snow Monkey King terlempar ke belakang.
“Nah, rasain tuh panasnya,” kataku sambil menatap api yang masih menyala di tinjuku.
Dia berdiri lagi, meski beberapa bagian tubuhnya sudah terbakar dan meleleh karena Hellblaze. Tapi masih belum cukup. Aku tahu fase terakhir ini belum selesai.
“Lo mau lanjut? Ayo!” Aku berteriak sambil mengarahkan Shotgun ke arahnya. Serangan beruntun energi biru melesat dari kedua tanganku, menghantam tubuh White Snow Monkey King tanpa ampun.
Ledakan demi ledakan terjadi setiap kali seranganku mengenai tubuhnya. Tapi meski dihajar terus-menerus, dia masih berdiri tegak, semakin marah.
Dengan satu raungan besar, dia mengumpulkan semua energinya. Dari tangannya, bola energi es yang lebih besar muncul, siap menghantamku dengan kekuatan penuh.
“Oke, sekarang gue beneran harus serius,” gumamku.
Aku mengaktifkan Full Counter lagi, siap memantulkan serangan terkuatnya. Begitu bola energi es itu meluncur ke arahku, aku membalasnya dengan mengarahkan tangan kananku tepat ke arahnya.
Serangan itu berbalik dan menghantam White Snow Monkey King dengan keras. Namun, kali ini dia tidak terjatuh. Tubuhnya semakin berubah, lapisan es yang menutupi tubuhnya retak dan mulai meleleh, memperlihatkan wujud baru yang lebih kuat.
“Ah, fase kedua, nih,” kataku sambil tersenyum. “Lo bener-bener nggak gampang nyerah, ya?”
Aku menggenggam tangan, energi biru berkumpul di telapak tanganku. “Oke, lo siap buat yang terakhir?”
Aku mengaktifkan Spirit Gun, energi biru itu semakin besar dan terang, siap menghantam lawanku.
“Selamat tinggal, Raja Monyet Salju,” aku tersenyum sambil menembakkan serangan itu.
dah gitu aja.
kecuali.
dia punya musuh tersembunyi. demi nemuin musuhnya ini dia tetep low profile gitu. atau di atas kekuatan dia masih ada lagi yang lebih kuat yang membuat dunianya berubah makannya untuk nemuin harus tetep low profile dan itu di jelasin di bab awal. jadi ada nilai jualnya.