Kamala Jayanti, gadis malang yang terlahir dengan tanda lahir merah menyala di kulit pipinya dan bekas luka di bawah mata, selalu menyembunyikan wajahnya di balik syal putih. Syal itu menjadi tembok penghalang antara dirinya dan dunia luar, membentengi dirinya dari tatapan penuh rasa iba dan cibiran.
Namun, takdir menghantarkan Kamala pada perjuangan yang lebih berat. Ia menjadi taruhan dalam permainan kartu yang brutal, dipertaruhkan oleh geng The Fornax, kelompok pria kaya raya yang haus akan kekuasaan dan kesenangan. Kalingga, anggota geng yang penuh teka-teki, menyatakan bahwa siapa yang kalah dalam permainan itu, dialah yang harus menikahi Kamala.
Nasib sial menimpa Ganesha, sang ketua geng yang bersikap dingin dan tak berperasaan. Ganesha yang kalah dalam permainan itu, terpaksa menikahi Kamala. Ia terpaksa menghadapi kenyataan bahwa ia harus menikahi gadis yang tak pernah ia kenal.
Titkok : Amaryllis zee
IG & FB : Amaryllis zee
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amaryllis zee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Khawatir
Tiara lebih suka menatap layar televisi daripada menatap Sandiga yang ada di sampingnya. Matanya berkaca-kaca, marah masih membara di hatinya. Ia masih teringat kejadian tempo hari, ketika ia melihat Sandiga bersama perempuan lain di apartemennya.
Sandiga memegang tangan Tiara, tatapannya mencucurkan kesedihan. "Sayang, bicara!"
"Aku gak mau bicara!" ketus Tiara, menarik tangannya dari genggaman Sandiga.
"Perempuan yang di apartemen waktu itu, bukan kekasihku, tapi... dia adikku," ucap Sandiga, mencoba menjelaskan pada Tiara. Namun, nyatanya Tiara masih memasang wajah jutek.
"Adik ketemu di jalan terus kalian pacaran gitu!" protes Tiara, suaranya terdengar cemas dan sedih.
"Mana mungkin aku pacaran sama adik aku sendiri," timpal Sandiga, nada suaranya mencoba menenangkan Tiara.
"Apa buktinya jika dia adik kamu, dan jika kamu punya adik, kenapa gak pernah cerita?" tanya Tiara, suaranya sedikit meninggi.
Selama berpacaran, Sandiga tidak pernah memberitahu jika ia memiliki adik perempuan. "Kamu sendiri gak pernah tanya, aku punya adik atau gak," jawab Sandiga, suaranya terdengar lesu. Ia merasa lelah menjelaskan kebenaran yang sulit diterima Tiara.
Sandiga mengambil ponselnya, lalu ia memperlihatkan isi percakapannya dengan Gea, adik perempuannya. Tiara diam membisu, matanya menelusuri setiap baris percakapan Sandiga dan adiknya.
"Bego. Kenapa lo gegabah!" gumam Tiara dalam hati, menyesali kecurigaannya yang membuatnya terburu-buru menilai Sandiga. Ia merasa bodoh, telah menyakiti hati Sandiga tanpa mendengar penjelasannya.
******
Malam hari tiba, dua sahabat menghabiskan waktu bersama di cafe.
Aroma kopi dan kue yang baru dipanggang memenuhi ruangan cafe, membuat suasana terasa nyaman. Kamala menikmati secangkir cappucino kesukaannya, sambil menatap layar ponselnya.
Tiba-tiba, pandangannya tertuju pada sosok yang sedang berjalan melewati meja mereka. Davina, dengan kekasihnya, Dirga, berjalan dengan mesra, menarik perhatian Kamala. Davina, kakak angkatnya, yang selalu mencari kesempatan untuk menjatuhkannya.
"Tunggu, Sayang. Aku gak mau makan disini," ucap Davina, bergelayut manja pada Dirga.
"Kenapa?" tanya Dirga, keheranan.
"Disini ada gadis buruk rupa, aku gak nafsu makan," jawab Davina, menyindir keras pada Kamala.
Tiara, yang duduk di samping Kamala, mengepalkan tangan, tidak terima sahabatnya dihina. Ia berdiri, lalu menatap tajam pada Davina. "Jika lo tidak berselera makan, pergi sana!" pekiknya.
"Tanpa lo suruh juga, gue akan pergi!" timpal Davina, lalu ia melangkah diikuti oleh Dirga. Dirga tampak bingung, tidak mengerti maksud perkataan Davina.
Tiara kembali duduk lagi, "Perkataannya dia jangan lo ambil hati," ucapnya, mencoba menenangkan Kamala.
"Tenang saja, gue gak selemah itu," seru Kamala, mencoba menunjukkan kekuatannya. Ia mencoba terlihat tegar, meskipun hatinya terluka.
Pandangan Kamala tertuju pada pojok cafe, di mana Ganesha sedang asyik berbincang dengan Camelia. Mereka tampak begitu akrab, Ganesha terlihat sangat perhatian pada Camelia. Seketika, perasaan iri menyergap hati Kamala. Kenapa dunia ini begitu sempit, sampai harus bertemu Ganesha di cafe ini?
"Kita pulang yu, gue gak enak badan," ajak Kamala, suaranya terdengar lesu.
"Lo gak enak badan?" ulang Tiara, menatap Kamala dengan khawatir.
"Iya, bawel," seru Kamala, mencoba menutupi rasa sedihnya dengan gurau.
"Oke, kita pulang. Gue antar lo, ya," ujar Tiara, mencoba menenangkan Kamala.
"Gak perlu. Gue pulang naik taxi aja," tolak Kamala. Jika sampai Tiara mengantarnya pulang, ia akan bingung sendiri, karena Tiara masih mengira jika ia tinggal bersama ibu angkatnya.
"Masa gue biarin lo pulang sendiri saat lagi sakit," cemas Tiara.
"Gak apa-apa, Tiara. Gue masih dalam mode aman, dan tidak mungkin pingsan di jalan," gurau Kamala, mencoba menenangkan Tiara. Namun, dalam hatinya, ia merasa sedih dan kesepian.
****
Ganesha berdecak pinggang ketika akan pergi ke kantor. Ia menatap meja makan yang terlihat sepi, suasana rumah terasa sunyi. Biasanya, Kamala sudah duduk di sana, menikmati sarapan pagi sebelum berangkat kuliah. Senyum Kamala saat menikmati sarapan pagi selalu membuat hatinya hangat. Tapi pagi ini, meja makan terlihat kosong.
"Bi Mina," panggil Ganesha. Suaranya terdengar sedikit cemas.
Bi Mina, yang sedang sibuk di dapur, bergegas menghampiri majikannya. "Iya, kenapa Tuan?”
"Bi, apa Kamala sudah sarapan?" tanya Ganesha. Suaranya terdengar sedikit cemas.
"Maaf, Tuan, saya tidak melihat Non Kamala sarapan," jawab Bi Mina jujur.
Ganesha berjalan menuju kamar Kamala. Ia ingin memastikan apakah Kamala ada di kamarnya. Langkahnya terasa berat, seolah menyeret rasa khawatir yang semakin membesar. Namun, saat ia membuka pintu, kamar Kamala terlihat sepi. Hanya terlihat kasur yang masih berantakan, menandakan bahwa Kamala memang tidak ada di kamar.
"Kemana anak itu? Apa dia sudah pergi ke kampus?" gumam Ganesha, kebingungan.
Rasa penasaran menggerogoti pikirannya. Ia berjalan keluar rumah, menanyakan Kamala pada satpam. Namun, satpam menjawab bahwa Kamala belum pulang dari semalam. Ganesha merasa gelisah. Kemana perginya Kamala?
“Dibilangin jangan pulang malam, malah gak pulang sampai pagi!” gerutu Ganesha sambil melangkah ke garasi. Ia masih kesal dengan kelakuan Kamala yang sering pulang larut malam. Semalam, ia melihat Kamala pergi makan dengan temannya di cafe. Apa mungkin Kamala menginap di rumah temannya?
"Menyusahkan saja!" gumam Ganesha, sambil menutup pintu mobilnya. Ia bertekad untuk menemukan Kamala dan memberinya peringatan keras.
Ganesha sedang melaju di jalanan, mencoba menenangkan pikirannya yang masih dihantui kecemasan. Tiba-tiba, ponselnya berdering. Ia mengangkat panggilan menggunakan earphone yang otomatis tersambung ke ponsel.
"Iya, saya saudaranya," ucap Ganesha.
"Kamala kenapa?" tanya Ganesha. Suaranya terdengar sedikit tegang. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres.
Setelah mendengarkan penjelasan dari seseorang dibalik telepon, Ganesha mempercepat melajukan mobilnya. Ia merasa geram dengan Kamala yang sudah menyusahkannya. Jika dibiarkan, bagaimanapun juga ia bertanggung jawab atas keselamatan Kamala.
Ganesha menginjak pedal gas, mobilnya melaju kencang di jalanan. Ia merasa geram dengan kelakuan Kamala yang sering membuatnya khawatir.
Tiba-tiba, ponselnya berdering. Nama Camelia tertera di layar. Ganesha mencoba mengabaikannya. Untuk saat ini, ia harus mengurusi Kamala terlebih dahulu. Ia akan memastikan, jika Kamala akan menyesal karena sudah tidak mendengar peringatannya.
"Kamala sialan …!" Ganesha mengumpat sambil mengebut menuju lokasi dimana Kamala berada. Ia berharap Kamala baik-baik saja. Namun, rasa marah dan kecewa masih menyelimuti hatinya. Ia berjanji akan memberi pelajaran pada Kamala agar tidak lagi membuatnya khawatir.
Rasa khawatir yang diartikan Ganesha, sebatas tanggung jawabnya yang sebagai suami Kamala diatas kertas. Namun, ia merasa seperti punya adik perempuan yang nakal, membuat kepalanya pecah.
Ganesha berjanji tidak akan jatuh cinta pada gadis yang bernama Kamala Jayanti. Ia akan menjaga jarak dengan Kamala, menjaga pernikahan mereka hanya sebatas formalitas.
*****
Camelia menatap layar ponselnya dengan kesal. Ia baru saja menghubungi Ganesha, namun panggilannya tidak diangkat. "Kemana sih, tumben sekali gak di angkat!" gumam Camelia kecewa. Ia mencoba menghubungi Ganesha lagi, namun tetap tidak diangkat. Rasa cemas mulai menyergap hatinya. Apa yang terjadi pada Ganesha? Biasanya Ganesha selalu menjawab teleponnya.
Camelia mencoba menenangkan dirinya. Mungkin Ganesha sedang sibuk atau ponselnya sedang bermasalah. Namun, rasa cemas itu terus mengusik pikirannya. Ia merasa tidak nyaman jika tidak mendengar suara Ganesha. Ia ingin tahu keadaan Ganesha saat ini.
Terimakasih sudah suka dengan cerita ini
kalo bisa 2 atau 3🙏
jangan lama lama up nya dan banyakin up nya pls😭