Mencintai atau dicintai?
Tapi kenyataannya memang tidak seindah dalam khayalan.
Antara mementingkan perasaan atau ego yang didahulukan.
Tapi cinta memang tidak pernah salah. Karena cinta bisa hadir di hati siapapun , kapanpun , dan di manapun.
Entah itu di sengaja atau tidak disengaja , cinta akan bersemi walaupun terpaksa.
Tapi , bagaimana dengan cinta yang terpendam?
Ego yang tinggi itu apakah bisa terhempas oleh kekuatan cinta?
Let's go , follow my story...
Dan kamu akan tau , betapa rumitnya kisahku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErvhySuci, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 018
Gadis itu mendongakkan kepalanya untuk menatap lelaki itu. Apa yang sebenarnya ingin dia lakukan padanya ? Jantungnya pun kini sudah mulai tidak beraturan karena ulahnya.
"Kenapa ?" ucap lelaki itu tanpa menurunkan pandangannya.
"Ngapain tangannya di pundak saya kayak gini?" ucap Aera dengan heran.
"Nggak apa-apa. Ayo kita jalan lagi." ucap Derry dengan santainya dan mengajak Aera mulai melangkah perlahan.
Dengan begitu menurutnya Aera mengikuti ajakan lelaki itu. Mungkin orang lain yang melihatnya , mereka begitu romantis. Namun kenyataannya , entahlah bagaimana perasaan di antara keduanya itu.
"Orang-orang bakal ngira kalau kita itu lagi pacaran loh. Turunin deh tangannya!" ucap Aera dengan tegas.
Ucapan Aera sama sekali tidak membuat Derry takut , justru ia malah tersenyum.
"Biarin aja." ucap Derry dengan tersenyum.
"Derry!" ucap Aera menghentikan langkahnya dan entah kenapa ia reflek menyebut nama lelaki itu.
Derry menatap wajah cantik Aera yang kini tampak salah tingkah dan kesal bercampur aduk menjadi satu.
"Panggil aja namaku seperti itu." ucap Derry dengan tersenyum.
"Maaf deh maaf , tadi nggak tau. Tadi tuh reflek aja." ucap Aera dengan berusaha setenang mungkin.
"Tapi saya lebih suka." ucap Derry yang sukses membuat Aera terdiam seribu bahasa.
Sial sekali , jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Ia benar-benar merasa bahwa lelaki itu memang menyimpan sesuatu tentang perasaannya.
"Lepasin deh! Saya nggak bisa kayak gini." ucap Aera dengan kekeuh ingin melepaskan tangan lelaki itu dari pundaknya.
"Aera , udah." ucap Derry yang tampaknya tidak mau menurunkan tangannya.
"Jangan kayak gini dong , kita nggak pantas loh seperti ini. Saya itu padahal jomblo , kalau kamu bertingkah kayak gini yang ada nggak ada satupun cowok yang deketin saya." ucap Aera dengan ekspresi wajah cantik namun sepertinya benar-benar kesal.
"Itu justru bagus sih." ucap Derry dengan tenang yang membuat Aera semakin kesal.
"Maksudnya? Jangan-jangan..." ucap Aera menggantungkan ucapannya seolah sedang berfikir.
"Sepertinya perasaan kita memang sama kan?" ucap Derry dengan menatap gadis itu.
"Apa ? Perasaan kita ?" ucap Aera dengan ragu-ragu.
"Saya nggak mungkin berani menyentuh seorang perempuan tanpa adanya rasa suka. Seperti yang pernah kamu bilang." ucap Derry dengan santainya dan di akhiri dengan senyuman.
Aera susah sekali untuk menelan ludahnya sendiri. Jujur ia akui saat ini , ia sudah terlalu dalam jatuh pada pesona lelaki itu. Benar-benar mengacaukan otaknya.
"Apa itu bisa saya percaya ? Seorang bos muda sepertimu itu , bukannya lebih akrab sama dunia malam?" ucap Aera dengan beraninya seolah memulai memancing amarah.
"Aera , dengar baik-baik ya. Saya nggak pernah menyentuh perempuan seperti ini , selain kamu. Kamu adalah perempuan pertama yang masuk ke kehidupan saya." ucap Derry dengan tenang sembari menatap gadis itu dengan tersenyum.
"Tapi , malam ini saya ngerasa banyak sesuatu yang memang jelas berbeda sih." ucap Aera yang tampaknya membalas tatapan matanya.
"Saya nggak pernah pergi ke club atau semacamnya , saya juga nggak main perempuan. Saya tinggal di apartemen itu karena saya nyaman hidup mandiri bukan karena pengen hidup bebas." ucap Derry dengan tenang.
"Heumm... Begitu ya ?" ucap Aera dengan santainya yang kemudian menyedot jusnya lagi.
Derry menatap wajah cantik itu yang sedang menikmati minumannya. Sia sekali , suasananya sangat mendukung untuk ia melakukan sesuatu. Bibir ranum gadis itu kembali membuat otak lelaki itu blank seketika.
"Astaga , anak muda jaman sekarang nggak kenal tempat ya kalau mau berbuat sesuatu. Heran deh." ucap Aera dengan suaranya yang terdengar seperti orang berbisik.
"Kenapa ?" ucap Derry dengan bingung.
"Lihat aja disana." ucap Aera dengan menunjuk ke arah samping .
Derry tersenyum setelah pandangannya berhasil menangkap dua orang disana sedang berciuman mesra. Apa dia juga akan melakukannya ?
" Romantis sekali ya mereka." ucap Derry dengan tersenyum.
"Namanya juga cinta." ucap Aera dengan santainya , namun jujur saja dilubuk hatinya ia takut jika lelaki itu akan melakukan hal yang sama.
"Kamu mau ?" ucap Derry dengan tenang saja tanpa memikirkan bagaimana perasaan Aera saat ini.
"Apa ?" ucap Aera.
"Kita juga bisa melakukan hal yang sama seperti mereka." ucap Derry yang sukses membuat Aera tersipu.
"Ini tempat umum ! Gak boleh sembarangan." ucap Aera dengan tegas.
"Tapi saya mau." ucap Derry yang semakin menggoda Aera dengan kata-kata yang tampak begitu memabukkan.
"Apaan sih jangan aneh-aneh ya!" ucap Aera dengan menatap lelaki itu dengan tatapan mata yang tajam.
"Kalau saya menginginkan sesuatu , saya nggak bisa nerima penolakan. Kamu tau kan ?" ucap Derry dengan tersenyum.
"Nggak ya , kita itu nggak bisa melakukan apapun. Kita cuma sebatas rekan kerja. Ingat itu." ucap Aera dengan tegas mengatakannya.
"Ck , apa semua belum jelas ?" ucap Derry.
"Ya karena nggak ada penjelasan apapun kan. " ucap Aera yang tampak tidak menghiraukan ucapan Derry.
"Biar saya perjelas." ucap Derry yang kemudian menghentikan langkahnya tepat di depan gadis itu.
Aera mendongakkan wajahnya menatap lelaki itu yang tampak sangat menggoda.
"Mau ngapain ?" ucap Aera dengan setenang mungkin sembari melirik kanan dan kiri.
"Apa semua yang saya lakukan itu nggak terlihat sama sekali ? Apa saya harus menjelaskan secara detail ?" ucap Derry dengan menatap gadis itu yang tampak salah tingkah sendiri.
"Saya cuma bingung aja , kayak masih nggak ngerti harus respon gimana." ucapan Aera membuat Derry memandangnya penuh dengan senyuman manisnya.
Gadis itu tampak begitu menggemaskan. Derry benar-benar tidak bisa menahan dirinya lagi. Di depan matanya terpampang jelas gadis yang sedang menahan hatinya yang ia rasa mulai luluh.
Lelaki itu tampak meneguk kopinya yang tinggal sedikit itu sampai habis. Lalu ia pergi membuang sampahnya.
Derry tidak menghiraukan keadaan sekitar . Ia kembali ke hadapan gadis itu dengan posisi yang sangat menguji kekuatan hatinya.
"Jangan berulah." ucap Aera dengan raut wajahnya yang tampak kikuk sendiri melihat Derry yang berdiri di hadapannya.
"Aera , ayolah. Sebentar aja." ucap Derry dengan secepat kilat ia meraih tubuh gadis itu membawanya ke dalam pelukannya.
"Derry , jangan seperti ini." ucap Aera yang kemudian ia merasa bahwa lelaki itu melonggarkan pelukan eratnya.
Tidak sampai disitu saja , tidak cukup untuk seorang Derry bila tidak mendapatkan apa yang sebenarnya di inginkan. Ia mengecup perlahan bibir ranum itu namun hanya sesaat. Hanya berupa kecupan manis , ia tidak bisa bermain terlalu lama.
Keadaan tidak mendukungnya untuk melakukan itu lebih lama. Namun setidaknya ia sudah berhasil membuat wajah cantik itu merona kembali.
"Ini sebenarnya belum cukup. Kita lanjutkan nanti aja ya." ucap Derry dengan santainya berbicara di depan telinga Aera seperti orang yang sedang berbisik.
"Awas aja kalau sampai macem-macem." ucap Aera.
Aera tidak mampu menyembunyikan perasaannya. Ia benar-benar takut jika sudah seperti ini. Takut terbawa oleh suasana.
"Tenang aja , saya nggak sebodoh itu. Saya melakukan apapun itu dengan kesadaran penuh." ucap Derry dengan tenang.
Derry melepaskan pelukannya dari tubuh Aera dan membiarkan gadis itu bernafas lega.
"Jujur aja saya sebenarnya berat sekali izinkan kamu ambil cuti. Entah kenapa , rasanya saya seperti nggak bisa lihat kamu pergi begitu aja." ucap Derry dengan tersenyum.
Aera memandangnya sesaat setelah mendengar ucapan dari lelaki itu. Rupanya ia sudah menyadari bahwa lelaki itu sebenarnya sedang jatuh cinta kepadanya.
"Tapi kan saya pulang itu karena saya bener-bener kangen sama orangtua saya. Saya juga pulang tuh nggak ada maksud lain kok." ucap Aera dengan mencoba menenangkan dirinya kembali setelah apa yang mereka lakukan.
"Saya percaya sama kamu. Tapi kamu harus janji dulu , di hari ke lima cutimu , kamu harus kembali ke sini." ucap Derry dengan beralih menggenggam jemarinya dengan erat.
Aera menatap jemari tangannya yang berada di genggaman tangan lelaki itu. Sungguh ia tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi.
Lelaki itu benar-benar mengutarakan perasaannya yang sempat tertahan beberapa waktu.
"Untuk apa saya harus cepat-cepat kembali?" ucap Aera.
"Ya pokoknya kamu harus kembali , kalau nggak saya akan menjemputmu kerumah." ucap Derry.
Aera tersenyum mendengar ucapan Derry yang terdengar begitu menyeramkan itu.
"Besok saya belikan tiketnya , saya akan antar kamu ke bandara." ucapan Derry membuat Aera menatapnya dengan terkejut.
"Saya bisa sendiri. Nggak usah repot-repot kayak gitu." ucap Aera.
"Jangan nolak saya untuk melakukan apapun." ucap Derry yang membuat Aera diam-diam tersenyum.
Entah kenapa , di dalam hatinya bertanya-tanya. Apakah lelaki itu benar-benar menginginkannya ? Jika benar begitu , betapa beruntungnya ia di cintai oleh lelaki yang sangat ia inginkan sejak pertama kali bertemu.
Ah , bahagianya gadis itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Next......