Kanaya terdiam terpaku melihat pemandangan yang ada di seberang dia. Galan - lelaki yang sudah menjalin hubungan selama dua tahun dengan dirinya tengah menggandeng mesra seorang perempuan. Galan Farrabi Altezza, dia adalah lelaki yang sama sekali tidak memiliki cacat dalam mengkhianati kepercayaan apalagi dia selalu menghargai perasaan yang dimiliki oleh Kanaya.
"Kita nikah tahun depan ya setelah kamu lulus kuliah." ucapan Galan masih terngiang jelas dalam pikiran Kanaya.
Masa depan yang selalu dia ungkapkan hanya untuk membahagiakan dirinya dan impian memiliki anak-anak yang lucu. Tapi rasanya semua itu menjadi petaka mimpi buruk untuk seorang Kanaya Shanifah Galianna Lubov.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anyaaang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Putri Tidur
Hoam, hoam hoam...
Kanaya menguap-nguap sambil berjalan ke arah pintu. Jam setengah enam pagi tapi pintu apartemen dia sudah di ketuk-ketuk dan juga bunyi belnya yang ditekan berkali-kali.
Siapa sih yang pagi-pagi gini udah tamu ke tempat orang? Kanaya menggerutu kesal dalam hatinya sambil menggaruk-garuk rambut dia.
"Iya sabarrrrr ihhh." Kanaya membuka pintu apartemen dia. "Galannnnn???" Kanaya terbelalak kaget melihat Galan yang sudah bertengger manis di depan pintu apartemen dia.
"Hai sayang." Galan mengecup pipi Kanaya dan memeluknya. Merasakan kerinduan layaknya dia baru berjumpa lagi dengan Kanaya.
"Kamu nggak salah pagi-pagi banget kayak gini datengnya?" Kanaya melirik jam dinding dia yang memang masih menunjukkan pukul setengah enam pagi. Ini adalah jam paling pagi pertama buat Galan yang datang menemui Kanaya. Biasanya paling paginya Galan sekitar jam delapan atau jam sembilan. Pantas aja Kanaya masih mengantuk banget.
"Biarin! Mau gangguin kamu yang masih tidur." Galan meraih tangan Kanaya dan langsung menutup pintunya. Sekaligus dia mengunci rapat pintu apartemen Kanaya agar tidak ada sembarang orang yang masuk.
Kanaya hanya berjalan pasrah sambil setengah melek mengikuti langkah Galan yang membawanya masuk ke dalam kamar. Padahal tadi baru aja mimpi mau dicium sama pangeran. Cuma karena bel yang di tekan sama Galan berisik banget jadi bikin mimpi indah Kanaya menjadi buyar. Eh... tapi nggak buyar juga deh karena pangerannya Kanaya beneran hadir di apartemen.
***
"Aku masih ngantuuukkkk. Kamu pagi banget sih datengnya. Itu kartu aksesnya ada di meja rias aku ya." Kanaya menggerutu-gerutu sambil setengah sadar. Ingin melanjutkan tidurnya lagi.
Kanaya menarik selimut dan juga kembali memeluk gulingnya. Matanya masih terasa lengket untuk menghirup udara pagi. Apalagi diluar hujan deras. Bikin Kanaya pengen cepet-cepet tidur untuk bertemu pangeran lagi di dalam mimpinya.
Galan tertawa kecil melihat Kanaya yang udah memejamkan matanya. Dia berada di sebelah Kanaya sambil terus memperhatikan Kanaya yang memang sudah mulai pulas. Lucu banget rasanya melihat Kanaya yang memang masih ngantuk banget. Memang ini adalah pertama kalinya dia datang ke tempat Kanaya pagi-pagi kayak gini. Maklum aja, Galan sudah kangen banget sama Kanaya meski dia sudah seharian bersama Kanaya kemarin.
Kanaya adalah sosok perempuan yang selalu membuat Galan merasakan kerinduan setiap hari. Selalu membuat hari dia kurang jika dia tidak melihat Kanaya secara langsung. Perasaan yang dia rasakan pun semakin terus bertambah dalam menyayangi seorang Kanaya. Sifat dia yang manja dan juga manis sudah menjadi obat buat Galan dalam meredakan kecanduannya yang selalu meradang.
"Aku sayang kamu, Kanaya." ucap Galan dengan nada dia yang setengah berbisik di telinga Kanaya.
"Aku juga." Kanaya bergumam tanpa membuka matanya. Bikin Galan jadi semakin tersenyum geli melihat tingkahnya Kanaya. Rupanya dia mendnegar ucapan Galan meski dia lagi memejamkan matanya.
Galan tersenyum jahil melihat Kanaya yang sangat berat membuka matanya. Dia mendekatkan dirinya ke sisi Kanaya. Mencium leher Kanaya yang selalu tercium wangi segar membuat dia selalu tidak sabar untuk memangsanya. Galan terus mencium leher Kanaya tanpa henti. Bahkan dia mulai memainkan lidahnya di setiap lekukan leher Kanaya.
Kanaya mulai menggeliat dengan mata yang masih terpejam. Merasakan desiran hawa nafsu Galan yang sedang dia lampiaskan untuk menaikkan sebuah gairah menjadi kenikmatan di balik derasnya hujan di kala pagi hari itu. Tangan Galan mulai meraba halus tangan Kanaya dan menjalar ke bagian dada dia.
Galan menurunkan tali baju Kanaya sehingga dia mudah merasakan dada Kanaya yang lembut dan juga kenyal. Desahan Kanaya sedikit terdengar dengan geliatannya. Galan kembali kembali mencium leher Kanaya tanpa melepaskan remasan tangannya yang berada di dada dia. Gigitan-gigitan kecil Galan membuat Kanaya terus mendesah dan juga menggeliat karena merasakan tangan Galan yang memainkannya tanpa henti.
Mulut Galan kini hinggap di bibir Kanaya dan menghisap bibir atas bawahnya secara bergantian. Meski Kanaya sama sekali belum membalas ciuman Galan karena dia masih setengah tidur tapi itu tidak membuat Galan menghentikan aksinya. Galan menyingkirkan guling yang berada di pelukan Kanaya sehingga tubuh Kanaya semakin mudah dia gapai.
Tangan Galan yang asik meremas dada dia kembali menjalar ke bagian tubuh Kanaya yang lain. Galan mulai memasukkan tangannya ke dalam celana Kanaya dan...
"Ahhhhhh!" Kanaya mendesah cukup keras merasakan satu jari tangan Galan yang menerobos masuk tanpa aba-aba. Memutar-mutar dan memainkannya di dalam.
Kanaya membuka matanya. Dia melihat Galan yang tersenyum hangat kepada dirinya. Jari tangan Galan yang semakin dalam dan memutar-mutar membuat Kanaya setengah membenamkan kepalanya ke sisi kanan bagian bantal. Tangan Kanaya mulai meremas sprei karena merasakan getaran yang dia rasakan di dalam tubuh dia. Raut muka Kanaya yang seperti meringis membuat Galan sedikit memainkan jari dia dengan cepat.
Gerakan cepat dari tangan Galan jadi membuat kepala Kanaya yang menggeleng ke kanan dan juga ke kiri. Mulut Kanaya menganga terbuka dengan nafas yang seperti tercekik merasakan cairan yang dia keluarkan. Badan dia setengah terangkat dan kepala dia mendongak merasakan keluar pertama kali di pagi hari dengan hujan yang sangat deras.
Kanaya membanting tubuhnya ke tempat tidur setelah merasakan keluar pertama yang dibuat oleh Galan. Nafas dia masih setengah terengah-engah dengan mata yang masih terpejam. Galan tersenyum melihat kenikmatan yang dirasakan oleh Kanaya. Selalu merasa senang setiap dia menyalurkan kepuasannya pada Kanaya yang sangat dia nikmati.. Kenikmatan yang Kanaya alami sudah cukup membuat dirinya merasakan kenikmatan juga.
Kanaya membuka matanya dan mengatur nafas dia yang masih sedikit tersendat. Ditatapnya Galan dari jarak yang sangat dekat. Dia adalah sosok yang sangat Kanaya sangat sayangi sampai kapan pun. Galan menjadi alasan Kanaya dalam menyerahkan semuanya pertama kali dalam hidup dia. Keyakinan dia dalam menjalani hidup bersama Galan sama sekali tidak pernah dia sesali. Makanya Kanaya rela memberikan semuanya. Sikap yang Galan miliki dalam menaruh kepemilikan atas dirinya sudah cukup membuat dia tidak akan berhenti menyayangi seorang Galan.
Kanaya tersenyum melihat Galan. Tangannya mendekap wajah Galan dan membawa ke sisinya lebih dekat. Memberikan kehangatan satu sama lain di tengah derasnya hujan yang menyingkirkan matahari pagi.
***
Galan merapihkan pakaian dia setelah mandi dan juga bersih-bersih. Di dekatinya Kanaya yang masih mengumpat manja di balik selimut tanpa mengenakan apa-apa. Kanaya meringkuk dan memeluk guling. Sepertinya dia sangat lelah dan juga kembali mengantuk mengingat tidur dia yang sempat diganggu oleh Galan dengan permainannya selama satu setengah jam.
Muahhh! Galan mengecup kepala Kanaya. Dia juga mengecup leher, bahu dan punggung Kanaya. Posisi Kanaya membelakangi Galan yang tadi menghampiri dia dan duduk di belakang punggung dia. Kanaya tersenyum dan menoleh ke arah Galan. Dia setengah membalikkan badannya sehingga mudah membuat dirinya melihat lelaki tampan yang sangat wangi itu.
"Aku nanti mau ke toko buku ya. Mau cari-cari buku buat referensi nanti aku skripsi sekalian aku mau cari novel." Kanaya membenarkan kerah kemeja Galan yang sedikit terlipat.
"Nggak usah. Kamu disini aja. Nanti kalo kamu mau cari sama aku atau aku yang cariin buat kamu. Tinggal kamu bilang aja mau judulnya apa."
"Aku belom tau judulnya apa makanya aku mau liat-liat sekalian cari ide aku mau buat skripsi apa nantinya."
"Nggak sayang. Perginya harus sama aku oke?" Galan sedikit memberikan nada ketegasan sama Kanaya. Dia sama sekali nggak mau Kanaya pergi sendiri apalagi dia mau meeting dan akan sibuk. Takutnya dia jadi nggak bisa memantau Kanaya jika dia pergi nanti.
Kanaya menghela nafas dan beranjak dari tidurnya. Dia bersandar di sandaran tempat tidur sambil membawa selimut yang menutupi setengah badannya. Padahal memang cuma mau ke toko buku aja tapi Galan langsung melarangnya. Kanaya mulai merasakan Galan yang menambahkan sisi keposesifannya dalam berhubungan. Biasanya Galan nggak pernah mempermasalahkan Kanaya jika dia mau pergi meski Galan akan menghubunginya terus. Tapi sekarang mau pergi aja udah nggak dikasih ijin sama Galan.
"Aku cuma mau ke toko buku loh padahal." Kanaya setengah cemberut karena Galan yang sepertinya tidak akan merubah keputusannya.
"Iya tapi sama aku aja nanti perginya. Bisa kan tunggu aku sayang kalo aku udah selesai kerja hari ini dan kita pergi ke toko buku sama-sama?" Galan berusaha memberikan pengertian pada Kanaya agar dia tidak keras kepala untuk pergi sendiri.
Dia tidak mau jika Kanaya pergi ke toko buku apalagi sendiri. Pasti Kanaya akan menghabiskan waktu seorang diri dalam mencari buku. Membuat mata-mata liar para lelaki yang kemungkinan bisa mengajak dia kenalan. Apalagi dia hanya melihat Kanaya seorang diri. Beda kalau Kanaya ingin membeli sesuatu yang pasti. Dia tidak akan berlama-lama di dalam sebuah store. Karena Galan tahu kalau mencari buku sangat membutuhkan waktu yang lama apalagi Kanaya bilang kalau dia juga tidak tahu mau membeli buku apa. Hanya sekedar mencari referensi atau ide buat skripsi dia nanti.
"Kamu nyusul aja ya nanti. Kamu kan kerja jadi aku nggak ada kerjaan hari ini. Makanya aku mau..."
"Nggak, Kanaya! Kamu ngerti kan aku bilang apa tadi? Kalo aku bilang nggak ya nggak sayang." Galan memotong ucapan Kanaya dengan sedikit lebih tegas lagi. Biar Kanaya paham dia harus mengeluarkan sedikit ketegasan dia seperti biasa.
"Aku kan nggak akan ngapa-ngapain juga, Galan." Kanaya berusaha meredakan kecurigaan Galan yang dia pikirkan. Sudah hafal betul pasti Galan akan mengira kalau dirinya akan berkenalan dengan orang asing di toko buku. Lagian Kanaya juga nggak akan menanggapi siapapun. Emang dasar Galan!
"Kamu susah ya dibilangin sekarang, Nay. Kamu mau ketemu siapa emangnya nanti?" Galan jadi semakin curiga melihat Kanaya yang tetap keras kepala ingin ke toko buku.
"Aku nggak mau ketemu siapa-siapa tau! Orang aku juga kesananya sendiri."
"Yaudah sama aku titik!" tatap Galan tajam.
Kanaya mendengus kesal melihat Galan yang jadi posesif entah kenapa. Dia kembali tidur dan menarik selimut sampai menutupi kepalanya. Galan hanya menggeleng-geleng kepala melihat Kanaya yang sudah membungkus dirinya dengan selimut. Ngambek dia...
...***...