Kinan hanyalah gadis biasa, dirinya mengadu nasib pergi ke kota bersama temannya setelah mendapatkan informasi kalau ada yang membutuhkan pekerjaan sebagai asisten rumah tangga, demi kebutuhan dan juga ingin mengurangi beban keluarga Kinan akhirnya pergi ke kota jakarta, Di sana Kinan harus berhadapan dengan Daniel pria tampan yang bahkan tidak pernah terpikirkan dalam hidupnya. Mampukah Kinan bertahan di jakarta atau memilih pulang dan melanjutkan sekolah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon II, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sesuai Janji
Di ruang makan, Bu Tari dan pak Teo sarapan berdua tanpa ada Kinan dan Daniel, pasangan suami istri itu tidak mempertanyakan ketidak hadiran pasangan pengantin baru itu. Mereka merasa maklum terlebih dulu mereka juga pernah merasakan menjadi pengantin baru.
Bu Tari Diam-diam melirik anak tangga dengan wajah cemas. Melihat itu Pak Teo bertanya.
"Kenapa Bun?"
"Bunda khawatir sama Kinan." sahut Bu Tari,
Pak Teo menyeruput teh hangat kesukaannya sebelum bertanya lagi.
"Daniel bisa jagain Kinan,"
"Bukan itu maksud Bunda, Kinan masih sangat muda, usianya baru 17 tahun. sedangkan Daniel, anak kita udah dewasa, Bunda takut Daniel hanya -
"Bunda?" Pak Teo menggelengkan kepala meminta sang istri untuk tidak mempunyai pikiran seperti itu. Pikiran kalau Daniel tidak akan pernah mencintai Kinan.
"Buang jauh-jauh pikiran bunda, Ayah yakin Daniel tulus sama Kinan."
"Bagaimana kalau Daniel tidak bisa melupakan Sarah? Yang Bunda tau mereka masih pacaran, sampai saat ini Sarah belum mengetahui kalau Daniel sudah menikah dan itu dengan Kinan," kata Bu Tari dengan raut wajah cemas. Selama satu bulan terakhir ini Daniel nampaknya masih merahasiakan hubungannya dengan Sarah telah kandas kepada Bu Tari.
"Sarah yang mana?" Pak Teo menatap asal seolah mencari nama Sarah dalam ingatannya.
"Itu loh Yah, yang waktu itu di bawa ke rumah Tata, ayah cuma satu kali ketemu. Bunda mah udah sering."
"Oh iya, iya, Ayah inget." Pak Teo kembali menyeruput teh hangatnya. "Kalau Sarah ke sini nanti kita kasih tau baik-baik."
"Entahlah, Bunda juga bingung kenapa Daniel jadi seperti ini, Bunda tadinya berharap Daniel bisa nikah sama Sarah, Tapi mau gimana lagi, sekarang Daniel udah nikah sama Kinan." Terlihat wajah Bu Tari memendam rasa kecewa terhadap jalan hidup Daniel, tapi di lain isi pun Kinan tidak salah. gadis itu korban atas prilaku putranya.
"Udahlah Bun, ga baik juga menyesali keadaan, ini udah takdir Allah, kita mau bilang apa, kalau tolak ukur bunda karena Kinan hanya gadis dari kampung sedangkan Sarah anak kota dengan segala kelebihannya, ayah rasa ga pantes kita menilai antara kinan dan sarah, mereka anak baik, Kita doakan saja semoga pernikahan anak-anak kita langgeng, mau bagaimana pun Kinan sekarang dia menantu Kita. untuk Sarah, Kita doakan juga mudah-mudahan gadis itu bisa dapat jodoh lebih baik dari Daniel."
"Dan juga mudah-mudahan Sarah mau terima kenyataan kalau Daniel itu udah Menikah." Sambung Bu Tari.
"Apa? Menikah?"
Bu Tari dan pak Teo menoleh ke sumber suara. Menatap lekat gadis cantik tengah berdiri membawa paper bag.
"Sarah." cicit Bu Tari tak percaya melihat ada Sarah di sana. Mematung menatap dirinya dan sang suami.
"Daniel udah nikah Tante? Sa-sama siapa?" Terlihat Sarah terpukul dirinya sedikit oleng. Melihat itu Bu Tari segera menghampiri Sarah di ikuti Pak Teo.
"Duduk dulu." Bu Tari menuntun Sarah ke ruang keluarga.
"Maaf Tante, Sarah tadi langsung masuk, kata Bibi masuk aja." Sarah meracau menatap Bu Tari tak enak..
"Ga papa, sekarang kamu duduk dulu." Bu Tari membantu Sarah duduk. "Bibi tolong ambilkan air bik," teriak Bu Tari.
.
Di kamar, Daniel dan Kinan baru keluar dari kamar mandi. Terlihat Kinan nampak kelelahan cara berjalannya saja sedikit menjinjit menahan rasa nyeri di area sensitifnya, Daniel begitu beringas dan ganas membuat Kinan menangis dan menjerit. Di kamar mandi mereka kembali melakukan aktivitas fisik itu, dalam benak Kinan apakah bayinya baik-baik?
"Udah, Aa ga akan minta lagi, nanti-nanti lagi mintanya." Seru Daniel sembari mengangkat Kinan, menggendongnya sampai meja rias.
"Kinan capek A," kata Kinan lemas. Menarik napas panjang dan meraba perutnya.
Mudah-mudahan ga papa ya.
"Aa juga capek." balas Daniel menggoda Kinan yang mana membuat Kinan memalingkan wajah.
Melihat Kinan mengelus perutnya Daniel berjongkok dan ikut mengelus perut Kinan yang tertutup baju handuk.
"Maaf ya dek, ayah sama bunda udah bikin kamu kaget, ayah puasa deh biar kamu sehat ya,"
Kinan tersenyum manis melihat bagaimana Daniel mengecup perutnya yang masih datar itu.
"A,?" panggil Kinan.
"Apa?" Sahut Daniel lembut.
"Apa Aa bisa nerima Kinan,?" pertanyaan yang sedari kemarin ingin Kinan utarakan, Mengingat Kinan hanya gadis kampung yang sebelumnya menjadi pembantu di rumah bunda Tata, Tante dari Daniel. Jelas Kinan merasa takut akan perbedaan yang begitu besar di antara mereka.
Daniel menatap manik Kinan tanpa bersuara.
Aku juga ga tau Kinan,
"Aa akan berusaha, maaf kalau ucapan Aa nyakitin hati kamu,"
Kinan menggelengkan kepala. " Ga papa, Kinan ga akan sakit hati."
Daniel mengangguk-anggukkan kepalanya. Beralih menarik tangan Kinan lalu mengelusnya.
"Kamu inget ga waktu aku ke rumah Tante Tata?"
"Inget," Sahut Kinan sembari mengangguk, otaknya kembali mengingat waktu itu di mana Daniel datang bersama gadis cantik. Malam sebelum kejadian di mana Daniel mabuk dan merebut kesuciannya.
"Kamu liat kan ada wanita bareng aku di dalam mobil?"
Kinan mengangguk lagi. "Pacar Aa?"
Aku udah tau kok, Sinta cerita kalau wanita itu Sarah, pacar Kamu.
Kinan membatin tanpa ada rasa sedih atau kecewa karena dirinya juga baru satu Minggu jadi istri Daniel kalau saja malam itu tidak terjadi Kinan tidak akan ada di sini bersama Daniel.
Daniel terpaksa mengangguk dengan wajah datar. Merasa tak enak dengan Kinan bagaimana pun Kinan sekarang istrinya.
"Tapi sekarang Aa udah ga ada hubungan apa-apa lagi sama dia, Aa mau hidup sama kamu, Aa tau kamu masih sangat muda, tapi Aa liat kamu lebih dewasa dari usia kamu,"
Kinan memberi ekspresi wajah datar seolah tidak paham dengan ucapan Daniel mengenai kata Sudah tidak lagi mempunyai hubungan dengan Sarah.
Tidak mungkin A Daniel sama pacarnya putus gitu aja. Ga mungkin juga gara-gara aku..
"Kenapa, kamu ga percaya kalau aku udah ga ada hubungan apa-apa lagi sama dia?" Daniel mencubit pipi Kinan membuat Kinan tersadar.
"Ih, sakit," keluhannya, menghempas tangan Daniel dari pipinya yang mulai memerah padahal Daniel tidak memberi tekanan mungkin Kinan merasa malu.
"Percaya, Kinan percaya, mudahan-mudahan ucapan Aa bener,"
"Pegang ucapan Aa." Tantang Daniel yang di jawab anggukan kepala dari Kinan.
"Udah yuk sekarang kita pake baju, Aa mau ajak kamu jalan-jalan." Daniel beranjak meninggalkan Kinan. berjalan menuju lemari yang tidak jauh dari meja rias.
"Jalan-jalan? Ke mana?" tanya Kinan antusias. Satu Minggu ini dirinya hanya di dalam rumah tidak pergi menghabiskan waktu. Awal pindah hanya pergi ke butik dan juga pergi ke mall untuk mencari kebutuhannya selain itu pergi ke dokter kandungan untuk mengecek kondisi kehamilannya. Selebihnya Kinan memilih di rumah saja. Tapi lain sekarang dirinya mulai membuka hati. Matanya berbinar ketika Daniel mengajaknya keluar.
"Kan Aa udah janji mau beliin kamu hp." sahut Daniel yang mana sibuk mencari baju.
Kinan mengangguk-anggukkan kepalanya mengingat janji Daniel akan membelikan ponsel anggaplah upah karena sudah mau menemaninya di ranjang.
"Mau ga? Ayo pake baju." Kata Daniel sedikit kencang, pasalnya Kinan hanya diam tanpa ingin beranjak dari tempatnya.
"Iya mau," Kinan bergegas ke lemari dan juga sibuk mencari baju di sana.
Keduanya sibuk dengan urusan masing-masing. Sampai terdengar suara pintu kamar di ketuk. Kinan yang tengah menyisir melirik ke arah pintu.
"Kaya ada yang ketuk pintu A?" Kinan lantas bangkit dan berjalan untuk membuka pintu tapi Daniel mencegahnya.
"Biar Aa aja, kamu rapih-rapih aja dulu, kalau udah selesai Aa tunggu di bawah. Paling itu bibi, minta kita turun, kita kan belum sarapan."
Kinan mengangguk patuh dan kembali duduk di meja rias sedangkan Daniel membuka pintu.
Pintu di buka, tapi bukan bibi asisten rumah tangga yang berdiri melainkan Bu Tari.
"Bunda kenapa repot-repot ke sini?" tanya Daniel tak enak.
"Kinan mana?" Tanya Bu Tari alih-alih menjawab pertanyaan Daniel.
"Ada di dalam lagi siap-siap, Kakak mau bawa Kinan keluar sebentar. Kasian dia belum pernah kan jalan-jalan. Mumpung Kakak-
Kalimatnya menggantung manakala dirinya di seret oleh sang bunda untuk menjauhi pintu kamar yang sudah tertutup. Daniel terheran melihat sikap bundanya itu.
"Ada apa sih Bun? Kok aku di seret-seret." Keluh Daniel.
"Di bawah ada Sarah, dia udah tau kalau kamu udah nikah Kak." Bisik Bu Tari amat hati-hati, takut Kinan mendengar.
Daniel mengerutkan keningnya mendengar kalau ada Sarah di rumahnya.
"Ya ga papa, orang kakak sama dia udah putus."
Sontak jawaban itu membuat Bu Tari melongo. "Putus? Sejak kapan?" tanyanya kaget.
"Bunda inget waktu dia ke sini?"
Bu Tari mengangguk.
"Hari itu kita putus." Kata Daniel ketus. kembali mengingat itu dirinya jadi murka, Sarah sudah berkhianat.
"Kenapa kak?" Tanya Bu Tari lagi penasaran. Selama ini seingatnya Daniel tidak pernah cerita tentang hubungannya dengan Sarah.
"Pokoknya udah ga cocok, udah ah, kakak mau samperin dia."
Daniel berjalan meninggalkan Bu Tari yang teriak-teriak sembari mengikuti langkah lebar Daniel.
"Mau ngapain lagi sih dia, seenaknya datang ke sini."
