Dunia Luas. Tidak menyenangkan jika tidak di jelajahi.
Aku Xiao Wang. Sejak kecil telah mendapat predikat sebagai sampah klan. Tidak bisa berkultivasi membuat diriku kian menjadi sasaran latihan. Sampai di asingkan di Hutan Binatang Buas, namun aku selamat oleh tekad–ku.
Suatu saat nanti, aku akan berdiri di depan banyak orang. Membersihkan namaku dari orang-orang yang dahulu pernah menghinaku. membersihkan namaku dari orang-orang yang pernah mengucil–ku. Pun juga membersihkan nama kedua orang tuaku. Hingga menjadi seorang yang di akui oleh satu kekaisaran sekali pun.
Tidak! Satu Kekaisaran saja tidak cukup. Berkelana ke berbagai belahan dunia juga bukanlah ide buruk dan ya, harus aku laksanakan.
Tentunya, untuk melakukan itu semua, bukan melewati perkara yang mudah. Banyak tantangan yang akan aku hadapi nantinya. Entah itu berjalan di antara ribuan tubuh tak bernyawa, atau mungkin bermandikan darah dari musuh-musuhku... Maka nantikan perjalananku di kisah ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahmat Kurniawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 18 ~ Singa Api Emas
Tekanan energi arus angin menyebar luas, hingga membuat Pepohonan bergerak sebentar, namun memiliki arah gerakan yang sama.
Xiao Wang serta Lin Yun Mei berlari cepat, menuju suatu tempat dimana pemicu tekanan kuat itu menyebar. Tak butuh waktu lama bagi keduanya untuk sampai. Beberapa meter dari seekor Binatang Buas, keduanya berhenti dan bersembunyi di atas pohon. Terhalau oleh cabang-cabang pepohonan berdaun lebat. Pandangan keduanya menatap lurus ke depan.
Seekor singa berukuran abnormal saat ini tengah menggelinjang. Meraung-raung keras, melepaskan kekuatan energi yang dia lempar di sembarang arah.
Raawrrrr....
Gelombang suara keluar serta saat raungan dahsyat nan merinding kan itu keluar dari mulutnya. Rambut-rambut emas di lehernya berkibar ganas.
Whush...
Tak lama rambut-rambut emas tersebut menyalakan api-api emas yang bergejolak liar.
Tekanan di sekitar di rasa semakin ganas pula. Mendatangkan aura panas yang membakar pohon serta rumput liar di sekitaran Singa tersebut.
"Itu adalah Singa Api Emas. Melihat dari kondisinya, seharusnya dia akan menerobos ke ranah selanjutnya." Xiao Wang menghentikan perkataannya sejenak. Memperhatikan lebih jelas Singa Api Emas itu. "Tapi, sepertinya ada yang salah dengannya."
"Ya, gejolak yang terjadi pada tubuhnya itu menandakan dia akan menerobos ke ranah Ahli tahap 5. Namun dia kehilangan Mawar Api Emas yang dijaganya. Makanya saat ini dia tengah mencari-cari orang yang mencuri Mawar Api Emas itu!" Lin Yun Mei menjelaskan.
"Bagaimana kau tahu?" tanya Xiao Wang.
"Singa Api Emas selalu menjaga Mawar Api Emas di sisi mereka. Apabila sudah waktunya, maka mereka akan menyerap khasiat dari Mawar Api Emas itu untuk proses penerobosan ke ranah selanjutnya."
"Hmm, aku mengerti. Berarti selain kita berdua, ada orang lain yang juga diam-diam memperhatikan Singa Api Emas itu. Lonjakan energi yang terjadi pada tubuh Singa Api Emas akan menjadikannya dalam bahaya apabila dia masih berada dalam posisi ini. Harusnya Singa Api Emas itu fokus dengan penerobosan–nya karena itu bisa membahayakan dirinya sendiri apabila di paksakan. Aku yakin orang-orang yang mencuri Mawar Api Emas itu telah memperhitungkan hal ini dan berniat megambil keuntungan dari kelengahan singa itu!" terka Xiao Wang.
"Ya, kau juga tidak salah sepenuhnya. Saat ini, ada dua kelompok yang masing-masing kelompoknya berjumlah dua puluhan orang. Mereka tengah menunggui Singa Api Emas itu. Diantara mereka yang paling tertinggi berada di ranah Lanjutan tahap 8. Sementara yang lainnya berada di ranah Lanjutan tahap 5 ke bawah."
"Hmm, bagus. Dengan kekuatan itu, tidak susah bagi kita untuk merebut Singa Api Emas ini!" Xiao Wang menggosok-gosok kedua telapak tangannya, tak sabar untuk beraksi.
Di sisi lain, api yang bergejolak di tubuh Singa Api Emas mendadak menyebar luas.
Baamm....
Hingga radius jarak sepuluh meter, pepohonan langsung kehilangan daunnya. Hangus menjadi abu hitam.
Singa Api Emas menatap tajam ke satu arah.
Raawrrrr....
Melepaskan gelombang suara ke arah batu besar, hingga membuat batu tersebut hancur. Saat itulah tampak beberapa orang berpakaian orange yang panik, semula bersembunyi di balik batu tersebut, kini berhamburan menyingkir.
Melihat beberapa orang tersebut, Singa Api Emas semakin ganas. Berlari cepat seolah-olah tak ingin melepaskan mereka begitu saja. Mulut terbuka lebar, memperlihatkan taring panjang nan runcing miliknya.
Salah seorang dari orang berpakaian orange itu tak bisa untuk mengelak saat cakaran tajam mencabik-cabik tubuhnya.
Yang lain melihat itu langsung mengambil sikap waspada sekaligus ketakutan.
"Semuanya, bentuk formasi ... halau pergerakan Singa ini!" ucap salah seorang yang merupakan Tetua dalam kelompok tersebut.
Orang-orang berpakaian orange itu tanpa menolak, segera mengambil bagian tempat. Mengelilingi Singa Api Emas. Masing-masing dari mereka melakukan segel tangan.
"Dinding Penghalang Semesta!" ucap Tetua tersebut.
Mendadak energi orange merembes keluar dari tubuh mereka semua. Mengarah lurus ke satu arah, menciptakan dinding persegi transparan orange yang mengurung Singa Api Emas tersebut.
Raawrrrr...
Singa Api Emas meraung. Gelombang suara yang terbentuk dari raungan tersebut menggetarkan Dinding transparan yang mengurungnya itu. Tapi tidak sampai menghancurkannya.
Singa Api Emas tampak emosi.
Whush...
Baammm...
Melepaskan kekuatan hingga membuat formasi yang dibuat oleh orang-orang itu hancur seketika. Pun juga dengan mereka yang dibuat terpental ke segala arah.
Singa Api Emas menatap tetua kelompok itu. Dia kemudian berjalan perlahan ke arahnya.
Melihat Singa Api Emas berjalan ke arahnya, Tetua refleks termundur. Posisinya yang saat itu masih dalam keadaan terduduk saat terhempas tadi.
"Sialan... Sampai kapan kalian akan terus menonton di sana. Cepat bantu kami!" teriak kesal tetua tersebut.
Tak lama setelahnya, muncul beberapa orang lain mengendarai pedang di bawah kakinya, mereka lantas mengelilingi Singa Api Emas, menyerangnya secara bergantian tanpa henti.
"Tetua Hei, apakah tetua baik-baik saja?" Seorag lelaki tua datang membantunya berdiri.
"Apakah kau memang sengaja tidak membantu kami tadi?" marah Tetua Hei.
"Bukan begitu Tetua–!"
"Sudahlah, kau tidak perlu banyak alasan. Cepat serang Singa Api Emas itu."
"Umm–" Lelaki itu mengangguk, sembari juga sedikit membungkukkan badannya. "Cih, dasar pria sialan. Kalau bukan karena aku masih membutuhkan tenaganya untuk mengalahkan Singa ini, mungkin sudah aku tendang dia." Batin lelaki itu yang juga merupakan Tetua dari sekte lain.
Sebenarnya alasan lain dari dia bersikap sopan pada tetua Hei tadi adalah karena Mawar Api Emas berada di tangan Hei Feng.
Dua kelompok ini sendiri merupakan sama-sama sekte Menengah. Dimana Kelompok yang di ketuai oleh Tetua Hei itu berasal dari Sekte Bukit Senja. Sementara untuk yang satunya berasal dari sekte Pedang Halilintar.
"Sekte Pedang Halilintar. Buat Formasi Serangan Petir Tanpa Henti!" seru Wang En.
"Baik Tetua!"
Sekte pedang Halilintar yang ada di sana pun lekas menyerang Singa Api Emas. Serangan bertubi-tubi dengan mengandalkan pedang yang terbalut energi listrik. Menyerang tanpa henti.
Di sisi lain, Hei Feng juga tidak ingin ketinggalan. Dia juga bersama dengan pasukan yang dia bawa juga menyerang Singa Api Emas.
Pertarungan itu berlangsung cukup lama. Singa Api Emas tidak diam saja. Gempuran serangan mendatangi di berbagai sisi, Singa Emas lantas melakukan perlawanan. Dan itu lebih dari cukup untuk membuat Dua kelompok tersebut kewalahan.
Xiao Wang menonton mereka dari jauh, mengeluarkan suaranya. "Singa ini terlalu kuat bagi mereka yang hanya berada di ranah Lanjutan!"
"Menurut kamu, apakah mereka bisa mengalahkan Singa Api Emas itu?" tanya Lin Yun Mei, hendak mengetes Xiao Wang.
Tak lantas menjawab, Xiao Wang masih memperhatikan Singa Api Emas yang tengah bertarung dengan Dua kelompok dalam keadaan tubuh yang masih menyalakan api emas.
"Hmm, sepertinya tetap saja Singa Api Emas itu menang mudah melawan mereka. Kecuali apabila Singa Emas itu telah berada di ambang penerobosan."
"Pengamatan mu cukup jeli. Mari kita tunggu sebentar lagi!" puji Lin Yun Mei.
Mereka kembali menonton pertarungan berat sebelah itu. Menunggu saat-saat yang pas sebelum mereka bergerak untuk menjarah.
baru tau...