NovelToon NovelToon
Aku Wanita Pendukung Di Era 70

Aku Wanita Pendukung Di Era 70

Status: tamat
Genre:Tamat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:68.4k
Nilai: 5
Nama Author: samsuryati

menurutmu apa yang akan terjadi jika aku tau, dirimu hanya seorang wanita pendukung dalam sebuah kisah cinta yang fenomenal.

mungkin seseorang akan memiliki beberapa pendapat berbeda tapi bagi wanwan dia akan menjauhkan diri dari pahlawan dan pergi sejauh mungkin.
Hanya saja semakin dia jauh maka pahlawan pria semakin dekat dan..

Pahlawan pria baru akan mendekat.

Ada jari emas tapi hampir tidak berguna.

ini karena dia hanya lah sosok peran pendukung.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon samsuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18

Sekarang ayah sudah kembali ke rumah ,Jadi aku bisa melakukan rutinitas seperti biasanya. kali ini aku berencana untuk melakukan tiga bab sekaligus untuk mengganti bab-bab bonus yang terlewati.

Terutama untuk mawar jingga yang memberikan tips penyemangat hidup.

**********

Wanwan sama sekali tidak tahu apa yang terjadi di tim pemuda pendidikan. Tapi yang jelas hari ini dia seperti mendapatkan pencerahan tentang apa yang harus dia lakukan di masa depan.

Alih-alih berpikir untuk mencari pasangan hidup yang tidak dikenal. Wanwan mulai meneliti tentang dunia hiburan di 70-an ini sesuai dengan ingatan nya sendiri.

Di era 70-an, seni dan hiburan sangat dipolitisasi dan dikontrol ketat oleh pemerintah melalui institusi seperti Departemen Propaganda dan Departemen Kebudayaan. Karakter seperti Wanwan yang berasal dari desa dan tidak memiliki pendidikan tinggi mungkin akan mengalami kesulitan besar untuk masuk ke dalam sistem formal ini.

Ini mungkin tidak bisa tapi ini juga bukan berarti wanwan akan menyerah setelah dia menemukan jalan yang dia pilih.

Malam itu ,pada saat suasana desa Bendera Merah semakin gelap. Semua warga Desa makan malam lebih awal demi menghemat minyak lampu. Sama seperti keluarga Han , sebelum jam 06.00 sore makan malam sudah pun berakhir.

Setelah menyelesaikan makan malam, Kakek dan Nenek Han duduk di depan rumah.Sementara Ayah Wanwan, Paman Pertama dan Paman Ketiga berbincang . Hari ini Paman pertama pergi untuk menemui cari Mak comblang dan ayah han ingin mengetahui apakah ada calon yang cocok untuk putrinya.

"Mak comblang memberikan sebuah brosur tentang calon-calon yang kira-kira cocok untuk wanwan Kita. Di antara beberapa kandidat Aku menyukai dua orang kan.Hei dia...bla..bla..bla..

Ayah han mendengar tentang dua kandidat yang menurut Kakak tertuanya ini adalah cocok. Ini sangat penting mengingat pernikahan adalah sebuah peristiwa seumur hidup bagi seorang gadis. Ayah han tidak ingin bersalah dalam menemukan pasangan yang cocok untuk putri-putrinya. Jadi dia membuka telinganya dan mendengarkan secara serius.

yang tidak diketahui oleh ayahan adalah paman pertama hanya asal-asalan menemukan pasangan untuk wanwan.

orang yang dipikirkan cocok oleh Paman pertama adalah orang-orang yang memberikan mahar paling banyak dan juga tidak memiliki beberapa permintaan yang rumit.

Tapi di sini jelas Paman pertama mengabaikan pihak laki-laki apakah mereka masih cukup muda atau cacat dan sebagainya. Yang penting di sini adalah mahar mahar dan mahar.

Ayah Han dengan bodohnya menganggap pilihan yang dipikir oleh Kakak tertuanya ini adalah memang yang terbaik.

 Sementara itu belakang rumah, para wanita masih sibuk membersihkan piring dan peralatan makan.Meimei kali ini berkesempatan untuk makan di rumah sesuai dengan jadwal. karena itu dia juga menyibukkan diri di belakang seperti yang lain.Begitu juga dengan Wanwan yang tampak tenang meski pikirannya melayang-layang memikirkan kejadian siang tadi.

Jelas dia memiliki bakat tertentu.Tapi bagaimana cara dia bisa mengembangkan bakat ini sekarang.

Wanwan dipenuhi dengan pemikiran-pemikiran dan ketenangan malam itu ditakdirkan untuk terganggu oleh kedatangan sekelompok anak-anak yang berlarian menuju rumah keluarga Han.

 Mereka tampak antusias, dengan pipi kemerahan setelah seharian bermain dan bekerja di ladang. Di belakang mereka, beberapa orang dewasa turut mendampingi, di antaranya ada nenek Yue dengan cucu mereka serta kakak-kakak yang lebih tua yang nemenin adik kecil mereka.

Kakek Han yang tengah menikmati duduk tenang di depan rumah, melirik kedatangan tamu-tamu kecil itu. Dia tertawa kecil, bingung dengan semangat mereka. Kehidupan pedesaan memang seperti ini mereka sering bertemu di rumah tetangga tanpa pernah diajak . Namun kebanyakan dari mereka lebih cenderung menghindari bertamu di saat jam makan malam.

Tapi apa yang terjadi hari ini ,lalu alasan apa yang dipunyai oleh para tetangganya ini dengan datang tanpa tujuan. Yang pertama membuka mulut tentu saja adalah nenek Han.“Apa yang membuat kalian datang ke sini malam-malam begini?”

Salah satu nenek tua yang akrab dengan nenek Han juga membawa cucunya, dia tersenyum ramah dengan wajah agak risih. "Hei nyonya Han,Anak-anak ini bilang Wanwanmu pintar menyanyi. Mereka mendengar dia menyanyikan sebuah lagu tadi sore. Suaranya sangat bagus, jadi mereka ingin mendengar satu lagu lagi.”

Nenek Han tertawa mendengarnya. "Hahaha Ah, kalian pasti salah dengar. Wanwan Menyanyi? Hahaha Dia tidak pernah belajar hal-hal seperti itu, anak-anak itu bodoh dan sangat mudah dibodohi namun kalian sudah cukup tua untuk berpikir bodoh seperti mereka kan hahaha” katanya merasa lucu dengan cerita anak-anak.

Sebenarnya di era ini menyanyi juga dianggap sebagai sebuah talenta yang luar biasa bagi warga desa. Jika kamu memiliki suara bagus dan tidak pintar menyanyi, itu juga bisa diambil untuk menjadi penyiar khusus di Komune.

Siaran yang biasanya diperdengarkan adalah siaran-siaran propaganda mengenai negara yang mencuci otak rakyat agar mereka selalu memiliki jiwa patriotik.

Jadi ini mengandalkan suara yang bagus kan.

Karena itu wanwan juga dianggap memiliki talenta yang cukup mumpuni seandainya dia memiliki keahlian meskipun itu hanya sekedar sebuah suara.

Cucu perempuan yang tidak berguna itu dikatakan Pintar menyanyi . Hei lagu macam apa yang dia tahu ,apa lagu Nina Bobo hehehe.

Tapi anak-anak itu tetap gigih. Seorang anak perempuan dengan pipi merona berlari maju dan berkata, “Tidak, Nek! Suara Kakak benar-benar indah. Kami semua mendengarnya di gunung ! Dia bahkan lebih bagus dari penyanyi yang biasa kami dengar di acara pentas desa.”

Desa bendera merah adalah Desa miskin jadi mereka tidak memiliki hal bagus untuk dijadikan sebuah hiburan. Beberapa tahun yang lalu desa sebelah pernah mengundang sebuah pentas pertunjukan kecil. Meskipun sangat kecil tapi itu sudah mampu meraih antusias warga desa. Pada saat itu anak-anak juga sangat mengaguminya dan membicarakan masalah ini sampai berbulan-bulan lamanya.

Orang tua juga menyebutkan hal seperti itu tapi anak-anak sekarang mengatakan jika wanwan memiliki suara yang kualitasnya tidak kalah dengan seorang penyanyi profesional.

Hei hal ajaib macam apa ini.

Wanwan sendiri bahkan tidak pernah mendengar lagu manapun. Ketika Desa mereka bahkan tidak memiliki sebuah radio.

Para orang tua yang datang bersama anak-anak itu ikut tertawa kecil, mencoba menghibur Nenek Han dan meminta maaf karena mereka benar-benar dibutakan oleh anak-anak yang naif. Namun, anak-anak terus bersikeras, menguatkan cerita mereka satu sama lain. Nenek Han akhirnya merasa malu dengan sikap gigih mereka dan dengan tersenyum tipis, ia memanggil Wanwan yang masih sibuk di dapur.

“Wanwan! Kemarilah sebentar. Anak-anak ini bilang kau bisa menyanyi. Mereka ingin kau menyanyikan satu lagu lagi,” panggil Nenek Han dengan nada setengah ragu.

Wanwan mendengar teriakan nenek yang lebih mirip seperti suara toa. Tapi hatinya justru terguncang mendengar kata-kata terakhir dari nenek.

Nenek ingin dia menyanyikan sebuah lagu?

Hah, apa matahari sudah terbit dari barat?

"Wanwan lagu macam apa ya nenek ingin kau nyanyikan?"tanya Meimei pelan seraya menyikut adik perempuannya ini.

Meimei meminta adiknya meninggalkan cucian untuk diri sendiri dan menemukan nenek di depan.

Wanwan juga tidak mengerti tapi dia masih muncul dari belakang , tangan masih basah akibat mencuci piring. Dia berjalan mendekat dengan bingung, menatap kerumunan anak-anak yang tampak sangat antusias.

“Ada apa, Nek?” tanyanya dengan ragu.

Jika anda melihatnya dengan dekat mungkin aku ndak berpikir jika seseorang datang ke rumah untuk mengajukan keluhan kepada keluarganya.

Nenek Han menjelaskan dengan senyum kecil yang agak meremehkan. “Anak-anak bilang mereka mendengar kau bernyanyi tadi di gunung. Sekarang mereka ingin mendengarnya lagi. Kau berani?”

Wanwan tersenyum tipis, dia merasa perlu untuk menonjol jadi dia tidak malu tapi justru sedikit tersanjung. Dia mengangguk pelan dan berkata. “Baiklah, kalau kalian ingin mendengarnya, aku akan menyanyi satu lagu lagi. Apa kalian siap”

"Yey.. hebat...

Plok.. plok ....plok..

Anak-anak bersorak gembira, segera duduk di tanah seolah sedang bersiap untuk menonton sebuah pertunjukan. Orang dewasa pun ikut mendekat, penasaran apakah gadis ini benar-benar memiliki suara sebagus yang dikatakan anak-anak.

Nenek Han dan keluarga yang lain juga ikut menonton nama mereka tidak begitu antusias dan berpikir asal-asalan.

Nenek Han bahkan cenderung mendengung dan berpikir cucu perempuannya ini terlalu melebih-lebihkan kemampuannya sendiri.

Wanwan tidak peduli dengan apa yang dipikirkan oleh orang lain, dia berpikir sejenak, lalu memutuskan untuk menyanyikan sebuah lagu yang sangat terkenal di tahun ini.

Liuyang River” (*Liuyang He*) yang dipopulerkan oleh penyanyi terkenal Guo Lanying. Lagu itu berkisah tentang Sungai Liuyang yang mengalir dengan lembut di antara pegunungan, membawa keindahan dan kedamaian. Melodi lagu itu sangat familiar bagi semua orang di desa, bahkan mungkin bagi seluruh rakyat di ini.

......Sungai Liuyang, Sungai Liuyang,

Sungaimu yang bersih berkilauan dalam cahaya.

Air yang mengalir membawa salamku,

Membawanya ke tempat yang jauh,

Ke tempat bunga oranye sedang mekar, Ke tempat bunga oranye sedang mekar.

Ah, Sungai Liuyang, airmu begitu indah,

Membawa kisah cinta yang tidak bisa kulupakan.

Di tempat bunga oranye sedang mekar,

Di tempat bunga oranye sedang mekar,

Itu adalah kampung halamanku.

Ketika Wanwan mulai menyanyikan bait pertama, suasana di sekeliling rumah keluarga Han berubah drastis. Suara lembutnya mengalir begitu indah, memenuhi udara malam dengan nada-nada yang penuh emosi dan kedalaman. Anak-anak yang tadinya riang kini terdiam, terpesona oleh suara yang begitu kuat namun menenangkan. Mata mereka membesar, terpaku pada Wanwan seolah mereka sedang menyaksikan seorang penyanyi profesional di panggung besar.

Mungkin yang kurang di sini adalah sinar lampu sorot saja.

Oh untuk menunjang penampilannya wanwan mengambil dua kayu dan memukul-mukulnya di papan untuk mengatur ritme.

Dengan cara seperti itu ada sebuah melodi indah dan juga musik sederhana yang mengiringinya.

Wanwan bahkan memejamkan mata dan membayangkan hal-hal yang terkait dengan lagu dan dia bahagia.

Uh kau tahu ketika dirinya menjadi populer di era modern kebahagiaan itu jarang terjadi meskipun dia berdiri diantara jutaan bahkan ribuan pasang mata sekalipun.

Rupanya bahagia Itu sederhana.

Nenek dan Kakek Han, yang tadinya merasa ragu, kini ikut terkejut. Mereka saling melirik, tak percaya bahwa suara indah ini berasal dari cucu perempuan mereka. Ayah Wanwan dan para Paman yang awalnya hanya mengobrol santai di sudut, kini terdiam dan memandang Wanwan dengan tatapan takjub.

Wanwan sebenarnya....bisa bernyanyi..??

Ketika Wanwan menyelesaikan lagunya, keheningan melingkupi halaman rumah keluarga Han. Tak ada yang bergerak, seolah semua masih terbuai oleh melodi yang baru saja terdengar. Dan kemudian, tiba-tiba, tepukan tangan pecah dari segala arah.

Plok plok plok...

"Kakak...huh kau hebat...

"Kakak wanwan...plok plok plok...

Ada juga beberapa orang yang tidak bisa bersuara sama sekali sangking takjubnya. Getaran suara yang dihasilkan oleh warn begitu mengena di dalam hati sanubari dan mereka seolah-olah terpanggil dan masuk dalam suara dan sensasi yang dia buat.

 Anak-anak bersorak keras, sementara orang dewasa saling melirik, terkejut dan terpesona.

“Ya ampun,” kata salah satu nenek dengan mata berbinar, “Suaranya seperti Guo Lanying sendiri! Siapa yang mengira gadis desa seperti Wanwan bisa bernyanyi seperti itu?”

Anak-anak mulai berteriak, membandingkan Wanwan dengan penyanyi terkenal. “Aku suka versi Wanwan lebih dari yang di radio!” teriak salah satu anak laki-laki.

“Benar! Wanwan lebih bagus daripada penyanyi aslinya!” seru anak-anak lainnya serempak.

Nenek Han yang masih terkejut, tersenyum tipis namun penuh kebanggaan. “Siapa sangka, ya? Wanwan yang biasanya pendiam ternyata punya bakat sebesar ini.”

Kakek Han, yang biasanya sangat pendiam juga mengangguk pelan. “Suaranya... tidak ada yang menyangka dia bisa bernyanyi begitu baik.”

Sementara itu Ayah Wanwan sekarang bahkan memiliki mata yang berkaca-kaca. “Kapan dia belajar bernyanyi seperti itu?”

Paman Pertama menggelengkan kepala, masih takjub. “Mungkin ini bakat yang dia simpan selama ini.”

Paman pertama memang takjub tapi dia tidak akan pernah mengakui hal yang tidak dimiliki oleh putrinya sendiri. Ketika dia menyebutkan tentang bakat itu sebenarnya adalah hal yang sudah dia tolerir.

Sebaik apapun keponakan ini pernikahannya hanya akan berakhir di tangannya sebagai seorang paman.

Wanwan sendiri tersenyum sekaligus merasa sedikit tersipu oleh semua perhatian yang kini tertuju padanya. Dia merasa seolah-olah sedang kembali ke era kegemilangan di mana dia dipuja dan dipuji oleh begitu banyak orang. Dia sendiri tidak menyadari bahwa suara indahnya telah memukau bukan hanya anak-anak dan orang dewasa di sekitarnya, tapi juga seorang pria di kejauhan.

 Song An, yang sedang berjalan melewati rumah keluarga Han, berhenti di tempatnya begitu mendengar nyanyian Wanwan. Suaranya memikatnya, membuatnya tak bisa bergerak.

Ketika tepukan tangan berakhir, seorang anak perempuan kecil dengan pipi kemerahan dan hidung meler berlari ke arah Wanwan dan memohon dengan mata berbinar, “Wanwan, bisa kau nyanyikan satu lagu lagi untuk kami?”

Wanwan tersenyum lembut, lalu berkata, “Baiklah. Tapi hanya satu lagu lagi, ya.Hahaha ada ada mangkuk dan panci yang menungguku di dapur hahaha”

Gadis kecil itu sangat senang dan dia langsung duduk di tempatnya semula serta meletakkan kedua tangannya di dagu seolah-olah sedang menanti sesuatu yang istimewa.

Wanwan langsung termotivasi dan Dia lalu memilih lagu anak-anak yang populer di Cina pada tahun 70-an,

Judulnya “Twelve Zodiac Signs”, yang bercerita tentang binatang-binatang zodiak Cina.

.....Ada tikus kecil, cepat dan lincah,

Kerbau besar, kuat dan tangguh.

Harimau yang gagah berani,

Dan kelinci yang lembut dan anggun.....

Ketika Wanwan mulai menyanyikan lagu yang ceria dan penuh semangat itu, anak-anak mulai bernyanyi bersama, beberapa di antaranya bahkan berdiri dan menari kecil mengikuti irama.

Bahkan mereka yang tahu lagu itu langsung berteriak dan mengiringi dengan suara chorus.

......Shí èr shēng xiào, dua belas binatang,

Setiap satu dengan kisah uniknya,

Tikus, kerbau, harimau, kelinci,

Dua belas zodiak melengkapi tahun.,...

 Orang dewasa yang mendampingi mereka tertawa, jarang sekali ada kejadian istimewa di desa. Mereka juga bertepuk tangan dengan gembira dan kembali mendengar alunan suara Wanwan.

....Naga terbang tinggi di langit biru,

Ular yang gesit dengan gerakan yang halus.

Kuda yang gagah dengan langkah yang besar,

Kambing yang tenang makan di bukit hijau....

Chorus anak anak....

Shí èr shēng xiào, dua belas binatang,

Setiap satu dengan kisah uniknya,

Naga, ular, kuda, dan kambing,

Dua belas zodiak melengkapi tahun.

.....Monyet yang pintar dan penuh akal,

Ayam yang bangga dengan ekor berwarna.

Anjing yang setia menjaga malam,

Dan babi yang bahagia dengan hidupnya....

Suara anak anak bergema di langit dengan nada Chorus lagi.

...Shí èr shēng xiào, dua belas binatang,

Setiap satu dengan kisah uniknya,

Monyet, ayam, anjing, dan babi,

Dua belas zodiak melengkapi tahun....

Plok .... plok... plok...

Saat lagu selesai, tepukan tangan kembali menggema di sekitar rumah, diikuti oleh pujian-pujian dari anak-anak dan orang tua. Malam itu, semua orang sepakat bahwa Wanwan bukanlah gadis desa biasa.

Dia memiliki suara emas.

Sejak itu, setiap malam ada saja beberapa tetangga yang datang untuk mendengarkan Wanwan menyanyi.

Mereka datang dengan sesuatu, paling tidak dengan sebotol acar atau segenggam biji bunga matahari .Nenek juga tidak menolak bahkan bergegas ketika ada sepotong ubi jalar dan sepotong jagung manis.

Lumayan.

1
Lestari Andrian
/Good//Good//Good/
Jovena Gadung
akhirnya happy ending,truskan berkarya thor..Saya paling suka cerita yg sprti ini,bnyk plajaran yg Bisa d ambi..
Lala Kusumah
ceritanya bagus menarik dan seruuuuuu, teruslah berkarya dengan karya-karyanya yang bagus dan seruuuuuu lagi ya... semangat sehat 💪💪💪
Lala Kusumah
akhirnya happy ending... makasih ceritanya yang bagus ya, teruslah berkarya dengan karya-karyanya yang baru dan bagus lagi, semangat sehat
Lala Kusumah
rasain Lo Ayin ...
Musdalifa Ifa
seru banget
Etty Rohaeti
terima kasih Thor
Salsabila Arman
lanjut
palupi
terimakasih 🙏💕
Lala Kusumah
rasain Lo Ayin hatimu busuk sih .. lanjuuuuuuuuuuutttt
sahabat pena
makanya jangan sekate2 itu berucap ayin. tah di penjara kan? nikmati lah apa yang kau tabur itu kau tuai
Salsabila Arman
lanjut
Etty Rohaeti
terima kasih Thor sudah up
Aryanti endah
lah entek, thor
Etty Rohaeti
lanjut Thor
semangat
Wi Tan
kok belm up thor
Salsabila Arman
lanjut
Ummy kalsum Ummy
bonus update nya thoor 🙏🙏🙏🤭
Lala Kusumah
syukurlah akhirnya masalah Wan Wan berakhir juga... lanjuuuuuuuuuuutttt
Ummy kalsum Ummy
update nya jgn cuma 1 bab aja thoor 🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!