Mandalika, gadis Indonesia dari keluarga berkecukupan, mengalami trauma masa kecil setelah diculik gurunya. Akibat dari penculikan tersebut, Ia dikurung selama bertahun-tahun lamanya. Tepat saat usianya memasuki 23 tahun, Mandalika dibebaskan, namun perilakunya membuat Kedua orangtuanya mengirim paksa putri tunggalnya ke Korea Selatan.
Di sana, Mandalika menjadi bintang kampus dan menarik perhatian Kim Gyumin. Bertemu dengan perundung berhati dingin bernama Park Ji Young, mahasiswi angkuh, mengancam Ia dengan bukti kejam, memaksa Mandalika meninggalkan Korea dengan rasa trauma yang membekas.
Sebelum kepergiannya, Mandalika mendapat dukungan dari Hwang In Yeop, pekerja di Apartemen tempatnya tinggal. Perasaan Kim Gyumin terungkap dan melalui malam terakhir mereka bersama.
Sekembalinya ke Indonesia, Mandalika memulai hubungan dengan Zoo Doohyun setelah tiga tahun berlalu. Dan kembali ke Korea menghadapi cinta segi empat yang rumit dengan Kim Gyumin, Zoo Doohyun, serta Hwang In Yeop
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lalarahman23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17: Aku kembali.
"Berhati-hatilah. Ingat apa kata Mama... jangan membuat masalah lagi!" Titah Mama Manda penuh peringatan.
"Iya, Ma. Manda pergi dulu ya, Pa... Ma," pamitku, lalu melambaikan tangan ke arah mereka.
...***...
Di dalam Pesawat.
"Aku sudah tidak sabar untuk menemuinya," Gumamku sembari tersenyum ke arah luar jendela.
Setelah beberapa jam kemudian, setibanya di Korea.
Aku menghirup udara penuh kenangan. "Aku merindukan suasana ini," gumamku.
Saat aku berjalan keluar, tanpa sengaja aku melihat sepasang kekasih yang sedang berpelukan. Senyumku terhenti sejenak, teringat pada perpisahan tiga tahun lalu yang masih meninggalkan bekas di hatiku. Aku mengatur napas dan melanjutkan langkahku.
Beberapa saat kemudian, aku kembali ke Apartemen yang dulu pernah kutempati. Ruangan ini masih sama seperti yang ku ingat, dengan segala kenangan manis dan pahit yang terpatri di dalamnya. Aku mengambil ponsel dari dalam tas, melihat layar yang menampilkan beberapa panggilan tak terjawab.
"Haruskah aku menghubunginya sekarang? Tidak, sekarang bukan waktu yang tepat," gumamku dalam hati dan tersenyum.
Malam itu, di pusat perbelanjaan, aku sedang sibuk memilih pakaian baru ketika suara dari belakang memanggil namaku.
"Permisi," sapa seorang wanita.
Aku berbalik dan tersenyum. "Ya?" ucapku singkat.
"Apa kau masih mengingatku? Kita pernah berbicara tentang kerjasama," ujar wanita itu ramah.
Aku merenung sejenak. "Oh, ya, tentu saja. Maaf, waktu itu aku tidak bisa menghubungimu," aku menjawab dengan jujur.
Wanita itu tersenyum. "Tidak apa-apa. Bagaimana kalau kita menandatangani kontraknya sekarang? Aku sangat berharap bisa bekerja sama dengan anda!" kata wanita itu sembari menyerahkan kartu namanya.
"Saya akan menghubungimu," jawabku sembari menerima kartu tersebut.
"Terima kasih," ucap Hwang Ryu na dengan senyum.
Aku mengangguk, tersenyum balik, lalu melanjutkan belanjaanku.
Di sebuah club malam, suasana semakin larut.
"Ini akan membahayakanmu, Gyumin! Kamu harus berhenti!" ujar In woo, mencoba membujuk temannya yang terus menenggak minuman.
Gyumin menarik tangannya, mengambil minuman kembali. "Biarkan aku sendiri! Aku harus melupakan semuanya!" ucapnya dengan nada yang semakin histeris.
In woo menghentikan tangannya.
"Ayo pergi dari sini sekarang juga!" serunya sembari berusaha menyeret Gyumin keluar dari club.
Tetapi sebelum mereka pergi, seorang wanita penghibur mendekati Gyumin. "Manda mu datang," godanya sembari tersenyum cabul.
Gyumin menoleh dan melihat wanita itu dengan tatapan kosong. "Manda, jangan tinggalkan aku!" ucapnya dengan lirih.
Wanita itu hanya tersenyum dan mengajukan permintaan yang membuat In woo terkesiap. "Ya, sayang...," jawabnya lembut, lalu melirik ke arah In woo.
"Kali ini, tambahkan bayarannya untukku!" kata wanita itu kepada In woo dengan ekspresi genit.
In woo meraih ponselnya dan mengirimkan uang ke rekening wanita itu dengan cepat. "Apakah lima juta Won sudah cukup?" tanyanya sembari menghisap rokok dengan kesal.
Wanita itu hanya tersenyum. "Sering-seringlah memanggilku!" ujarnya sembari melangkah pergi menuntun Gyumin keluar dari club.
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Ji young, Gyumin terombang-ambing dalam kehidupan malam yang semakin tak terkendali. Pagi itu, di kamar hotel yang gelap, Gyumin terbangun dengan kepala yang terasa berat.
"Aduh, kepala ini!" keluh Gyumin sembari meremas pelan kepalanya yang sakit.
Ponselnya berdering, menampilkan panggilan masuk dari Ji young.
"Kau di mana lagi?! Pulang sekarang juga!" bentak Ji young dari seberang telepon.
Gyumin hanya menatap layar ponselnya dengan ekspresi kosong, lalu memutuskan panggilan itu tanpa berkata apa-apa.
"Lelaki sialan!" teriak Ji young frustasi, menggebrak meja rias di kamar dengan kedua tangannya.
...Beberapa hari kemudian, Apartemen Manda....
Manda mengenakan masker seperti biasanya, melangkah dengan semangat yang menggebu-gebu. Cahaya pagi menyoroti jalanan yang masih sepi, menciptakan bayangan-bayangan tipis di trotoar. Dia memperhatikan setiap detail di sekitarnya dengan penuh kegembiraan.
Tiba-tiba, rumah Panti Jompo tempat tinggal Nenek Gyumin muncul di hadapannya. Manda terhenti, tatapan haru melintas di matanya. "Wah, panti ini masih ada. Sudah lama tidak menyapa, setidaknya aku harus memberi salam pada Nenek," gumamnya pelan.
Dia memasuki panti itu dengan langkah hati-hati, bertanya pada petugas yang berjaga tentang Nenek Kim. Dipandu ke sebuah ruang rawat, Manda memasuki ruangan itu dengan hati yang berdebar.
Di dalam, Nenek Kim duduk sendiri di kursi dekat jendela, memandang keluar dengan pandangan kosong. Manda mendekat perlahan, tidak ingin mengganggu lamunannya yang tenang.
"Nek, bagaimana keadaanmu?" suaranya lembut memecah keheningan ruangan.
Nenek Kim memalingkan wajahnya, matanya memancarkan kejutan dan kegembiraan. "Kau?" desisnya, tersenyum lebar.
"Kau sudah kembali?"
"Penantian Nenek tidak sia-sia," lanjut Nenek dengan penuh haru.
"Gyumin harus mengetahuinya!"
Manda menggenggam erat tangan Nenek. "Nek, Maafkan Manda karena tidak berpamitan. Manda harap Nenek mengerti, situasinya tidak memungkinkan seperti dulu. Manda tidak ingin mengganggu kehidupannya lagi. Biarkan Gyumin bahagia dengan keluarganya tanpa kehadiran Manda. Tolong, jangan ceritakan kepada siapapun tentang pertemuan kita ini."
Tak disadari Manda, Gyumin telah memperhatikannya dari belakang. Nenek Kim memandang ke arahnya dengan ekspresi campuran antara kejutan dan kebingungan. Manda, merasa ada yang tidak beres, berbalik dan menatap ke arahnya.
Ketika Manda melihat Gyumin tiba-tiba muncul dari belakangnya, dia terkejut bukan main. Mereka saling bertatapan, suasana menjadi tegang seketika sebelum Manda akhirnya mengalihkan pandangannya kembali ke arah Nenek.
"Nek, Manda harus pergi sekarang. Jaga kesehatanmu!" ucapnya sembari menyalami tangan Nenek dengan penuh kesopanan, lalu berbalik untuk pergi, berusaha menghindari tatapan tajam Gyumin yang menatapnya tanpa henti.
Namun, sebelum Manda berhasil melangkah jauh, Gyumin menangkap tangannya dengan erat.
"Lepaskan!" desis Manda tanpa menatapnya.
Gyumin memandang Manda dengan penuh keputusasaan. "Tidak akan."
"Jangan seperti ini, Gyumin..."
"Tidak," potong Gyumin tegas, menarik tangan Manda lebih dekat. Mata mereka bertemu, memancarkan emosi yang rumit.
Saat Gyumin hendak memeluknya, Manda tiba-tiba menggigit tangan Gyumin dan berlari keluar ruangan, meninggalkan kebingungan dan kesedihan di belakangnya. Pertemuan itu sangat singkat, namun membuat Gyumin memiliki harapan untuk memperbaiki hubungannya bersama dengan Manda.
...***...
Dengan nafas yang tidak beraturan, aku pun meraih ponsel dari saku celanaku dan menghubungi Doohyun.
"Hei, bagaimana kabarmu?" Sapa Doohyun dari dalam telepon.
"Mari bertemu!" Tukasku.
Doohyun mengerenyitkan dahinya. "Aku belum bisa berpergian ke luar Negeri, apa kau ingin sekali bertemu denganku?" Godanya.
"Datanglah ke Apartemenku!"
"Apa maksudmu?" tanya Doohyun kebingungan.
"Datanglah!"
Beberapa saat kemudian, Bell pun terdengar dari arah pintu Apartemen Manda.
Aku membuka pintu tersebut, dan menyambut kedatangannya dengan senyuman.
Tanpa basa-basi, Doohyun memelukku dengan sangat erat, seakan melepaskan rasa rindunya yang mendalam.
Doohyun melepas pelukannya dengan menatap matanya yang cantik, "Kapan kau tiba?"
"Aku menghubungimu untuk memastikannya!" Tukasku dengan wajah serius.
"Apa?" Doohyun bertanya sembari menaikkan alisnya.
"Apa Gyumin menikahi Park Ji young?"
Doohyun mengerenyitkan dahi. "Kenapa menanyakan hal itu? Terjadi sesuatu?"
Manda menggelengkan kepalanya. "Hari ini aku bertemu langsung dengannya. Aku tidak ingin Gyumin melakukan hal yanga nekat, dan membuat Ji young melakukan hal buruk lagi denganku!"
Doohyun menghela nafas. "Aku akan memikirkannya, tenanglah."
"Aku tidak berniat untuk memperlihatkan diriku di hadapannya lagi. Ini salahku, mengapa aku harus berada di tempat itu." gumamku khawatir.
"Jangan menyalahkan dirimu seperti ini." ujar Doohyun, tersenyum.
Aku perlahan mengalihkan pandanganku ke arahnya dan menganggukkan kepala dengan senyuman.
Setelah pertemuan mereka di Indonesia, Doohyun dan Manda saling memberi kabar dan bergurau bersama. Seiring berjalannya waktu, Doohyun pun mengungkapkan isi hatinya dan menjalin cinta bersama dengan Manda.
...***...
"Kau akan tinggal lama di sini?" tanya Doohyun sembari melihat wajah cantik kekasihnya.
"Belum ku putuskan. Aku benar-benar merindukanmu. Apa kau tidak merindukanku?"
Doohyun bangun dari pangkuan Manda. "Hei, Aku sangat-sangat merindukanmu. Dan berharap kau tetap tinggal disini bersamaku."
"Benarkah?" godaku, tersenyum.
"Tentu saja!" tegas Doohyun, menatap mata Manda dan menciumnya. Manda membalas ciumannya dengan hati yang berdebar.
Hingga malam pun tiba.
"Aku akan menjumpaimu nanti. Jangan khawatirkan apapun lagi." ujar Doohyun sembari mengelus rambut Manda.
Manda memeluknya dengan tubuh mungil di badan Doohyun yang tinggi. "Datanglah secepatnya!"
Doohyun membalas pelukan Manda. "Secepatnya! Jadi, kumpulkan rindumu itu untuk pertemuan selanjutnya."
Aku melepaskan pelukanku dan mengangguk. "Berhati-hatilah!"
Doohyun pun melangkah pergi meninggalkan Manda.
Saat aku sendiri di kesunyian malam ini, dengan menatap bintang-bintang di langit. Tiba-tiba terpikirkan olehku untuk pergi menuju atap Apartemen.
Tanpa menunggu waktu yang lama, aku pun berjalan menuju ke arah atap, tanpa menggunakan masker dan dengan setelan baju tidurku.
Sesampainya di atap Apartemen ini, mataku langsung tertuju ke arah Pria yang sedang menatap bintang-bintang di langit tersebut.
Perlahan aku melangkahkan kaki ke arah Pria tersebut dan duduk di sampingnya.
Manda melihat ke arah Bintang di langit. "Aku kembali...," Ucap aku dan mengalihkan pandanganku ke arahnya dengan senyuman.
Hwang in yeop pun seketika terkejut mendengar suara tersebut, dan perlahan Ia melihat ke arah sampingnya.
"Ka-kau, kembali?" Tanya In yeop dengan melebarkan matanya.
...To be continued....