bumi yang indah dan tenang seketika berubah menjadi zona tidak layak huni.
semua bermula dari 200 tahun lalu saat terjadi perang dunia ke II, tempat tersebut sering dijadikan tempat uji coba bom atom, sehingga masih terdapat radiasi yang tersisa.
selain radiasi ternyata itu mengundang mahluk dari luar tata Surya Kita yang tertarik akan radiasi tersebut, karena mahluk tersebut hidup dengan memakan radiasi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LiliPuy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
niat busuk sang jendral
Langit senja yang hangat menyinari danau Elips, tempat segelintir orang berkumpul di pinggirnya. Allan, pemuda berambut gelap dengan tatapan tajam, berdiri di tepi danau sambil mengamati air yang tenang. Di sampingnya, rekannya, Chris, pemuda berwajah serius dengan mata yang tajam, menatap ke arah yang sama.
"Kau yakin ini tempatnya?" tanya Chris, tanpa menolehkan kepala. "Tidak ada yang aneh dengan danau ini. Hanya air dan—"
"Tenang saja, aku yakin ini tempat yang kutunjukkan pada Toni," potong Allan sambil merogoh sakunya. "Dan lihatlah, ada sesuatu yang aneh dengan airnya."
Chris mengikuti arah pandangan Allan, yang kini menunjukkan permukaan danau yang halus seperti kaca. "Kau benar. Sepertinya ada lapisan tipis yang menutupi air. Tapi apa ini?"
Allan tersenyum sinis. "Ini yang ingin kupegangi. Aku yakin ada hubungannya dengan kejadian-kejadian aneh belakangan ini."
Dengan gerakan hati-hati, Allan meraih permukaan danau, seolah takut akan mengganggu sesuatu. Ketika jarinya menyentuh lapisan tipis itu, terjadi hal yang tak terduga. Lapisan itu seperti membran, meregang dan memancarkan sinar aneh, sebelum akhirnya pecah, menimbulkan gelombang kecil.
"Apa yang kau lakukan?" seru Chris terkejut. "Kita tidak tahu apa itu—"
"Tenang saja, tidak apa-apa," balas Allan, matanya memandang ke dalam air dengan antusias. "Ini sangat menarik. Sepertinya ada—"
Tiba-tiba, tanpa peringatan, danau itu seolah hidup. Gelombang besar naik dengan cepat, menyapu Allan dan Chris ke dalam air. Mereka berusaha bertahan, tetapi kekuatan yang tak terlihat seolah menarik mereka ke dalam.
"Allan!" teriak Chris putus asa saat ia berusaha melawan arus tak kelihatan itu. "Kita harus—"
Suara Chris tertelan oleh air saat ia terseret lebih dalam ke dalam danau. Gelap dan dingin mulai menyelimuti mereka, tetapi sebelum mereka hilang sepenuhnya, cahaya aneh muncul, seperti kilatan listrik di dalam air.
* * *
Malam yang panjang dan menegangkan. Chris terbangun di tepi danau, batuk-batuk karena air yang masih tersisa di paru-parunya. "Allan?" panggilnya pelan, mencoba fokus dalam cahaya redup.
"Di sini." Suara Allan terdengar dari dekat, dan Chris melihat bayangan rekannya itu duduk di atas batu, memandang danau yang kini tenang kembali.
"Kau baik-baik saja?" tanya Chris, duduk di samping Allan. "Apa yang terjadi?"
Allan menghela napas. "Aku tidak tahu. Sepertinya ada kekuatan misterius di danau ini. Aku pernah membaca tentang fenomena semacam ini, tetapi tidak pernah membayangkannya seperti ini."
Chris menatap danau dengan curiga. "Apakah ini berbahaya?"
"Aku tidak yakin," akui Allan. "Tapi kita harus berhati-hati. Ada sesuatu yang aneh terjadi di danau Elips ini, dan aku berniat menemukannya."
Chris menepuk bahu rekannya. "Kita bersama-sama dalam hal ini. Mari kita kembali ke kota dan membuat laporan. Mungkin ada orang lain yang pernah mengalami hal serupa."
Allan berdiri, matanya masih memandang danau dengan penuh pertanyaan. "Ya, mari kita cari jawaban. Tapi aku khawatir ini baru permulaan dari sesuatu yang lebih besar."
* * *
Kembali di kota Reksa, mereka menemui kekacauan. Penduduk berbondong-bondong ke jalan-jalan, bersiap menghadapi sesuatu yang tidak diketahui.
"Ada apa dengan kota ini?" seru Chris saat mereka berdesakan melewati orang-orang yang terburu-buru. "Sepertinya mereka bersiap untuk perang!"
Allan menggeleng, matanya memindai kerumunan dengan cemas. "Aku tidak tahu, tapi mari kita temukan Toni dan yang lainnya. Bersama-sama, kita mungkin bisa membantu."
Mereka akhirnya menemukan Toni di dekat gedung pemerintahan, berdebat dengan seorang perwira militer.
"Toni!" teriak Chris saat mereka mendorong jalan mereka melalui kerumunan. "Ada apa dengan kota ini?"
Toni, dengan rambutnya yang acak-acacan dan wajah yang serius, berpaling kepada mereka. "Ada laporan tentang makhluk aneh yang muncul dari danau Elips. Militer mengambil alih dan menyiapkan evakuasi ke kamp tentara di luar kota."
"Makhluk aneh?" ulangi Allan, alisnya terangkat. "Apakah ada hubungannya dengan fenomena di danau tadi?"
Sebelum Toni bisa menjawab, perwira militer itu melangkah maju. "Anda semua harus segera menuju ke titik evakuasi. Kami tidak bisa menjamin keselamatan Anda di sini."
Chris melangkah maju, wajahnya tegas. "Kami ingin membantu. Kami memiliki keterampilan yang bisa berguna—"
Perwira itu memotongnya. "Anda akan membantu dengan mengikuti instruksi. Kami tidak punya waktu untuk argumen. Sekarang bergerak!"
Dengan enggan, mereka mengikuti perintah, bergabung dengan aliran orang-orang yang menuju ke luar kota. Saat mereka berjalan, Allan bisik pada Chris, "Kita harus menemukan cara untuk terlibat. Aku yakin ada hubungannya dengan danau Elips, dan aku ingin tahu apa yang terjadi."
Chris mengangguk, matanya tajam. "Kita akan menemukan jawaban, bahkan jika kita harus melakukannya di balik punggung militer ini."
Nampak jelas bahwa sesuatu yang besar sedang terjadi, dan Allan serta Chris terperangkap di tengah-tengahnya. Hanya waktu yang akan menjawab apakah mereka bisa menemukan jawaban dan menghentikan apa pun yang muncul dari danau Elips yang misterius itu.
Meninggalkan kota Reksa di belakang mereka, Allan, Chris, dan Toni bergabung dengan kerumunan orang-orang yang menuju ke kamp tentara yang jauh. Ketegangan memenuhi udara saat matahari terbenam, mewarnai langit dengan warna merah keemasan.
"Kita tidak bisa hanya duduk dan menunggu," desah Allan, matanya memindai cakrawala yang gelap. "Ada sesuatu yang sangat salah terjadi di kota, dan aku yakin danau Elips adalah kunci dari semua ini."
Chris mengangguk, wajahnya serius. "Kita harus menemukan cara untuk menyelidiki. Mungkin ada orang di kamp yang bisa membantu kita, seseorang yang memiliki pengaruh."
Toni, dengan rambutnya yang berantakan, menambahkan, "Aku mendengar kabar burung tentang sebuah proyek rahasia yang dilakukan militer di dekat danau. Mungkin ada hubungannya dengan hal-hal aneh yang terjadi."
Allan tersenyum sinis. "Oh ya? Dan bagaimana kita bisa mendapatkan informasi tentang proyek rahasia ini?"
Chris melempar tatapan kepada Toni, yang kemudian menghela napas. "Kita mungkin harus berbicara dengan seseorang yang tidak sepenuhnya menyukai militer ini."
* * *
Kamp tentara, dengan tenda-tendanya yang rapi dan api unggun yang berkedip, tampak sibuk dengan aktivitas saat matahari terbenam. Tentara berlarian, mempersiapkan pertahanan dan mengatur pengungsi yang terus berdatangan.
"Di mana kita harus mencari informasi ini?" bisik Chris saat mereka bergerak melalui kamp, mencoba tidak menarik perhatian. "Sepertinya semua orang sibuk."
Toni menyela, "Aku mendengar tentang seorang perwira yang tidak setuju dengan cara militer menangani situasi ini. Mungkin dia bisa membantu kita."
Allan mengerutkan kening. "Apa dia tidak takut akan konsekuensinya?"
Toni tersenyum samar. "Katanya dia lebih peduli pada kebenaran daripada karir militernya. Namanya Letnan Hasan."
Mereka bertiga menyusuri jalan-jalan kamp, mencari Letnan Hasan di antara kerumunan tentara dan pengungsi. Akhirnya, mereka menemukan seorang pria berwajah tegas, dengan tatapan mata yang tajam, berdiri di dekat tenda komando.
"Letnan Hasan?" panggil Allan, mendekati perwira itu dengan hati-hati.
Letnan Hasan menoleh, wajahnya menunjukkan kecurigaan. "Ya, siapa kalian?"
Chris melangkah maju, suaranya rendah. "Kami ingin membantu, Letnan. Kami percaya ada sesuatu yang penting yang terjadi di danau Elips, dan kami ingin menyelidikinya." Namun itu tak di hiraukan oleh mereka