Serra Valentino. Gadis itu tidak pernah menduga jika hidupnya akan berubah 180° setelah dijebak oleh kakaknya. Serra melewati satu malam bersama pria asing dan kehilangan mahkotanya yang paling berharga. Namun Serra berada di kamar yang salah. Dia tidur bukan dengan pria hidung belakang yang telah disiapkan oleh kakaknya, melainkan seorang penguasa.
"Menikahlah denganku, aku akan membantumu untuk balas dendam!!"
Serra kemudian menikah dengan laki-laki asing itu. Dan dia membantunya untuk membalas dendam pada keluarganya. Lelaki itu membantu Serra menghancurkan orang-orang yang telah menghancurkan hidupnya. Namun seiring berjalannya waktu, rahasia besar pun terungkap jika sebenarnya Serra bukanlah putri kandung dari mereka yang selama ini dia anggap sebagai orang tuanya. Melainkan putri dari seorang wanita yang sangat kaya raya dan berpengaruh.
Lalu bagaimana hidup Serra setelah menikah dan menjadi istri seorang penguasa? Kebahagiaan atau penderitaan yang akan dia dapatkan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keributan
Suasana hening di ruangan itu membuatnya terlena dan hampir terpejam sepenuhnya, sebelum ketukan pintu menyadarkannya. Lalu pandangannya bergulir pada pintu yang terbuka lebar itu. Seorang pelayan mengayunkan kedua kakinya bergantian menghampirinya.
"Ada apa, Bibi?" Tanya Serra pada pelayan itu setibanya dia di depannya.
Pelayan itu membungkuk pada Serra sebelum menyampaikan maksud kedatangannya."Nyonya, ada tamu untuk Anda." Ucapnya.
Serra menautkan alisnya dan menatap si pelayan penuh tanya. "Tamu untukku? Siapa?" Tanya wanita itu memastikan.
"Saya juga tidak tau, tapi wanita itu mengaku sebagai ibu Anda." Jawabnya.
"Ibuku?" Serra mengulang apa yang dikatakan oleh pelayan itu. Pelayan itu mengangguk membenarkan. "Usir dia pergi, dan katakan saja padanya jika aku sedang sibuk dan tidak bisa diganggu!!"
Pelayan itu mengangguk paham. "Baik, Nyonya. Kalau begitu saya permisi dulu." Ucapnya dan berlalu.
Serra berani bersumpah jika kedatangan Ibunya ada hubungannya dengan konferensi pers pagi ini. Serra mengenal betul wanita seperti apa ibunya itu, dia adalah wanita yang tamak dan gila harta. Jadi Nyonya Amber tidak akan tinggal diam saat tau jika ternyata Serra dinikahi oleh pria kaya raya.
Nyonya Amber terlihat bangkit dari duduknya saat melihat kedatangan pelayan. Dia hanya sendiri dan tak tampak sosok Serra datang bersamanya.
"Dimana, Putriku? Apa kau sudah memberitahunya akan kedatanganku?" Tanya Amber pada pelayan tersebut.
"Maaf, Nyonya. Sebaiknya Anda pergi saja, Nyonya Serra sedang sibuk dan tidak bisa diganggu. Sebaiknya Anda kembali lain waktu saja, silahkan pergi." Perintah Pelayan tersebut pada Nyonya Amber.
Mata Nyonya Amber memicing dan menatap pelayan tersebut tak percaya. "Apa?! Kau berani mengusirku?! Apa kau tidak tau siapa aku ini, aku adalah Amber Valentino. Ibu kandung dari Nyonya-mu, apa kau ingin dipecat?!" Bentak Nyonya Amber. Dia tidak terima diminta pergi oleh pelayan tersebut.
Mendengar ada suara keributan Anita dan putrinya keluar dari kamar masing-masing dan mendapati keberadaan wanita asing yang sedang berdebat dengan salah seorang pelayan di ruang keluarga.
Keduanya lalu menghampiri mereka berdua.
"Ada apa ini?" Tegur Nyonya Anita.
Pelayan itu membungkuk pada Anita dan putrinya. "Dia adalah ibu, Nyonya Serra. Nyonya Serra tidak mau bertemu dengannya, dia malah marah saat saya memintanya untuk pergi, bahkan mengancam akan memecat saya." Jelasnya.
Nyonya Anita menyeringai sinis. "Pantas saja putrinya sampah, ternyata ibunya juga sampah. Aku beritahu padamu ya, putrimu disini tidak memiliki hak apapun. Cepat atau lambat, dia juga akan dilempar keluar dari rumah ini!!" Terang Anita.
Nyonya Amber yang tidak terima disebut sebagai sampai oleh nyonya Anita tentu saja tak tinggal diam. Dengan kasar dia menarik rambut wanita itu membuat Nyonya Anita berteriak dan berteriak kesakitan.
"Aaahhh... Rambutku...! Yakk!! Apa yang kau lakukan, hah?!" Bentak Nyonya Anita marah.
Dan keributan yang terjadi di luar sampai ke telinga Serra. Wanita itu keluar dari kamarnya dan mendapati Ibu serta Bibi dari suaminya sedang berkelahi di ruang tamu. Ada Andien dan beberapa pelayan yang berusaha melerai mereka berdua, tapi tidak berhasil.
Serra mendengus berat. Dia kemudian turun dan melerai mereka berdua. Tak lupa Serra memanggil satpam untuk membantunya.
"Cukup kalian berdua!! Kalian nenek-nenek kenapa malah berkelahi seperti bocah?!" Bentak Serra sambil menatap keduanya bergantian.
"Nenek-nenek, siapa yang kau sebut nenek-nenek?!" Bentak Nyonya Anita marah. Dia tak terima disebut nenek-nenek oleh Serra.
"Tentu saja kalian berdua, memangnya siapa lagi?" Jawab Serra dengan santainya.
Nyonya Amber melepaskan diri dari satpam yang memeganginya lalu menghampiri Serra. Dia mencoba mencari perlindungan dari putrinya. "Serra, tolong Mama. Wanita gila itu tiba-tiba menyerang Mama dengan brutal."
Serra menyeringai sinis. "Mama, memangnya sejak kapan kau mengakuiku sebagai putrimu? Ahh, atau jangan-jangan sejak kau melihat konferensi pers tadi pagi ya? Sungguh kau tidak punya rasa malu ya, bukankah kau sendiri yang sebelumnya mengusirku keluar dari rumah, menganggapku sebagai pembawa sial. Lalu tiba-tiba kau datang dan mengakuiku sebagai putrimu, kau sungguh lucu!!" Ujar Serra panjang lebar. Seringai masih tampak dibibir tipisnya.
"Serra, kenapa kau bicara seperti itu padaku? Aku ini ibumu, ibu kandungmu dan orang yang sudah melahirkanmu. Tapi kenapa kau malah berkata sekasar itu padaku?"
"Berhenti mendrama, Ma. Aku sudah muak dengan semua dramamu!! Pergilah, dan jangan coba-coba datang kembali ke rumah ini, karena pintu rumah ini akan selalu tertutup untuk orang-orang seperti kalian!!"
Sreggh...
Plakkk...
Andien menarik lengan Serra lalu menampar keras wajahnya. "Dasar anak durhaka. Dia itu ibumu, kau malah bersikap kurang ajar padanya. Seharusnya kau itu tau balas budi pada orang tua!! Dasar anak durhaka!!" Ujar Andien seolah-olah dia yang paling benar. Padahal apa yang Andien lakukan hanyalah sebuah pencitraan supaya dia terlihat baik di depan orang lain.
Serra menyeringai sinis. Dia memegangi pipinya yang baru saja ditampar oleh Andien. Andien bergidik melihat perubahan pada sorot mata Serra yang berubah tajam dan berbahaya.
Plakkk...
Plakkk...
Plakkk...
"Serra, apa yang kau lakukan pada putriku?!" Bentak Anita.
Serra membalas tamparan Andien dengan tak kalah keras, bukan satu kali saja, tapi berkali-kali. "Yakk!! Kau!!" Teriak Andien sambil memegangi pipinya yang baru saja ditampar oleh Serra.
"Jangan merasa paling benar, Nona. Trik murahanmu itu tidak berlaku padaku. Kau pikir dengan bersikap menjadi pahlawan kesiangan untuk orang lain, maka kau merasa hebat. Dan jangan sekali-kali menyentuhku, satu tamparan yang kau berikan padaku, maka akan aku kembalikan berkali-kali lipat. Jadi jaga sikapmu mulai sekarang!! Segera bereskan sampah itu dan usir dia dari sini!!"
"Baik, Nyonya."
Serra meninggalkan ruang tamu dan kembali ke kamarnya. Hanya kamar satu-satunya tempat paling nyaman untuknya, karena hanya di-sana dia bisa menemukan sebuah ketenangan.
-
-
Cklek...
Suara decitan pada pintu memecah keheningan di dalam ruangan bernuansa elegan tersebut. Membuat perhatian Serra teralihkan seketika. Wanita itu menoleh dan mendapati Lucas berjalan memasuki ruangan.
"Kau sudah pulang," seru Serra seraya bangkit dari duduknya.
"Aku dengar ada keributan hari ini. Apa yang terjadi?"
Serra berdiri di depan Lucas dan membantu pria itu melepas jas dan dasinya. Wajahnya lalu mendongak dan mengunci sepasang biner mata hitam milik lelaki tampan di depannya.
"Hari ini ibuku datang dan membuat keributan, lalu aku mengusirnya. Bibi Anita dan Andien kemudian ikut campur, selanjutnya kau bisa menebak sendiri apa yang terjadi." Terang Serra.
"Lalu untuk apa Ibumu datang?"
Serra mengangkat bahunya. "Aku tidak begitu tau, tapi untuk apa lagi jika bukan karena dia sudah melihat Konferensi Pers pagi ini. Putrinya yang selama ini dia anggap tidak berguna ternyata bisa menikah dengan pria kaya raya, tentu saja dia tidak akan melewatkan kesempatan itu untuk mendapatkan keuntungan." Jelas Serra.
"Ibumu sungguh mengerikan, bersiap-siaplah. Aku akan membawamu makan malam di luar. Setiap hari selama kau disini, sekalipun tidak bisa makan malam tepat waktu karena ulah kakek dan yang lain. Segera bersiap, aku mandi dulu."
Serra mengangguk. "Baiklah," ucapnya.
Serra menoleh dan menatap punggung Lucas yang semakin menjauh. Sudut bibirnya tertarik keatas. Meskipun Lucas sangat dingin, tapi dia selalu memberikan perhatian padanya, melindunginya dari orang-orang yang ingin menindasnya.
-
-
Bersambung.