Bumiku

Bumiku

sore yang tenang mulai berubah

Chris bergegas di antara kerumunan orang yang sibuk di kota Reksa, berusaha menyusul sahabatnya, Toni. Sinar matahari sore membuat siluet bangunan-bangunan tinggi yang menjulang, membuat kerumunan orang tampak bagai bayangan yang bergerak tanpa henti. Suara klakson mobil dan desingan sepeda motor menambah keramaian kota yang sibuk.

"Toni!" teriak Chris, sambil meliuk-liuk di antara para pedestrian. Namun suara nya tenggelam oleh deru suara jalanan. Sahabatnya itu sepertinya tidak mendengarnya, terus berjalan ke depan dengan santainya, sementara Chris berjuang untuk mengejar.

Toni berhenti sebentar, memandang jendela toko yang dipenuhi berbagai barang, memberi Chris kesempatan untuk menyusul. Dengan cepat ia berlari menyusuri trotoar yang padat, menghindar di antara orang-orang, matanya tetap fokus pada sosok Toni yang tinggi dan kurus. Saat Chris hampir menyusul, Toni tiba-tiba belok ke dalam sebuah toko kelontong yang ramai, pintu bergeser menutup di belakangnya.

Chris mengumpat pelan. Ia mendorong pintu toko tersebut, masuk ke dalam ruangan yang dipenuhi aroma roti panggang dan rempah-rempah yang menggoda. Toko ini kecil dan sempit, dipadati oleh para pembeli. Chris memindai setiap lorong, mencari sosok Toni yang khas dengan rambut merah terangnya.

"Hei, hati-hati!" seru seorang wanita saat Chris hampir menabraknya saat berusaha menyusuri lorong.

"Maaf, Bu," kata Chris, sebelum melanjutkan pencariannya.

Akhirnya, di lorong paling belakang, ia melihat rambut merah Toni yang tidak mungkin salah lagi. Chris menghampiri dengan berhati-hati, meliuk-liuk di antara para pembeli, hingga berdiri tepat di belakang Toni.

"Toni!" panggilnya, meletakkan tangan di bahu sahabatnya.

Toni meloncat kaget dan berbalik, matanya melebar saat melihat Chris. "Chris? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya, alisnya berkerut bingung. "Aku pikir kamu akan menemuiku di danau."

Chris merasa sedikit bersalah karena lupa janji mereka sebelumnya. "Aku, ehm, aku hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja," katanya, berusaha bersikap santai.

Ekspresi Toni melunak, dan ia memberikan senyum kecil pada Chris. "Aku baik-baik saja, bro. Hanya membeli beberapa barang untuk perjalanan." Ia menunjuk keranjang di tangannya yang berisi beberapa makanan dan perlengkapan.

Chris mengangguk lega melihat sahabatnya ini aman. "Baiklah, kalau begitu biarkan aku membantu," katanya sambil meraih keranjang dari tangan Toni.

Toni ragu sebentar sebelum akhirnya menyerahkan keranjangnya. Bersama-sama, mereka menuju ke kasir, sementara rencana awal mereka untuk pergi ke danau sejenak terlupakan.

Saat mereka berdiri di antrean, Chris merasa gelisah. Ada sesuatu yang berbeda dalam sikap Toni, dan ia tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa sesuatu yang besar akan segera terjadi, mengubah hidup mereka selamanya.

"Kamu yakin kamu baik-baik saja?" tanya Chris, memperhatikan sahabatnya dengan saksama.

Toni mendongak, terkejut oleh pertanyaan itu. "Ya, aku baik-baik saja. Memang ada yang aneh?"

Chris menggeleng, mencoba mengabaikan perasaan tidak enaknya. "Tidak, tidak ada. Hanya saja, aku merasa seperti ada sesuatu yang ingin kamu katakan padaku."

Toni terdiam sejenak, matanya memandang ke bawah, sebelum akhirnya ia kembali menatap Chris. "Aku hanya berpikir tentang danau itu," katanya pelan. "Ada sesuatu yang tidak beres, Chris. Aku bisa merasakannya."

Chris merinding mendengar nada serius dalam suara Toni. "Apa yang kamu maksud?"

"Kau ingat saat kita memancing di Danau Elips minggu lalu?" Toni memulai. "Saat air mulai surut dengan aneh itu?"

Chris mengerutkan kening, mengingat kembali sore yang tenang itu. "Ya, aku ingat. Angin bertiup kencang dan kemudian air mulai surut, menunjukkan tanah lumpur di dasar danau."

"Ya, dan ingatkah kamu makhluk aneh yang kita lihat?" nada suara Toni menjadi lebih serius. "Makhluk itu terlihat seperti campuran antara ikan dan ular, sesuatu yang belum pernah aku lihat sebelumnya."

"Ya, aku ingat," kata Chris, perasaan tidak enak dalam perutnya semakin kuat. "Tapi para ilmuwan masih menganalisis sampel DNA-nya, kan? Mungkin itu hanya mutasi lokal atau sesuatu seperti itu."

Toni menggeleng, ragu. "Aku tidak tahu, Chris. Ada sesuatu yang tidak beres. Aku bisa merasakannya dalam tulangku. Dan sekarang, semua penduduk kota sepertinya mempersiapkan diri untuk sesuatu."

Chris memperhatikan sahabatnya, melihat ketegaran dalam matanya. "Kamu pikir akan terjadi sesuatu yang buruk?"

"Aku tidak tahu," jawab Toni, suaranya terdengar putus asa. "Tapi aku tidak bisa mengabaikan perasaan ini. Dan aku tidak berpikir kita harus menunggu para ilmuwan untuk memberi tahu kita apa yang terjadi. Kita harus mengambil tindakan, Chris."

Chris merasa jantungnya berdebar kencang saat ia menyadari keseriusan situasi ini. "Ya, mungkin kamu benar. Kita harus waspada dan mempersiapkan diri juga. Tapi mari kita tidak melompat ke kesimpulan yang buruk, ya?"

Toni tersenyum tipis, mengangguk. "Ya, kita harus tetap tenang dan rasional. Tapi tetap waspada."

Saat mereka melanjutkan perjalanan pulang, matahari mulai tenggelam, mencelupkan langit dalam jingga dan ungu yang indah. Sinar hangat memantul dari jendela-jendela gedung-gedung tinggi, memberikan kilasan kehidupan yang sibuk di dalam.

"Kamu pikir para penduduk mempersiapkan diri untuk apa?" tanya Chris, memecah keheningan di antara mereka.

"Aku tidak tahu," jawab Toni, suaranya terdengar khawatir. "Tapi aku mendengar desas-desus tentang persediaan makanan dan air, dan beberapa orang bahkan mulai berkemas untuk meninggalkan kota."

Chris merasa kakinya melemah saat membayangkan skenario terburuk. "Kamu pikir kita dalam bahaya?"

"Aku harap tidak, bro. Tapi kita harus siap untuk segala kemungkinan. Mari kita pastikan kita memiliki persediaan yang cukup dan tetap waspada terhadap berita terbaru."

Saat mereka berbelok ke jalan yang menuju apartemen mereka, Chris menyadari betapa cepatnya sore itu berubah. Yang awalnya hanya rencana santai untuk pergi memancing, kini telah berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih serius dan mengkhawatirkan.

"Kita harus tetap bersama-sama," kata Chris, merasa lebih baik saat mengatakan hal itu dengan tegas. "Kita akan saling menjaga dan menghadapi apa pun yang terjadi."

Toni tersenyum padanya, ekspresi penuh kasih sayang. "Ya, kita akan saling menjaga. Apa pun yang terjadi, kita akan menghadapinya bersama."

Matahari telah sepenuhnya terbenam saat mereka tiba di gedung apartemen mereka, meninggalkan langit dalam bayangan biru malam yang gelap. Kota Reksa terlihat hidup, jutaan cahaya berkedip seperti bintang-bintang di langit buatan.

"Kita harus mencari tahu lebih banyak tentang danau itu," kata Chris, sementara mereka naik ke apartemen mereka di lantai sepuluh. "Ada sesuatu yang terjadi di sana, dan kita tidak bisa mengabaikannya."

Toni mengangguk, matanya dipenuhi tekad. "Besok kita akan memulai penyelidikan kita sendiri. Kita akan menemukan jawaban, apapun risikonya."

Dengan hati yang berat, mereka memasuki apartemen yang nyaman, cahaya hangat dari lampu menerangi ruangan. Malam itu, ketika mereka bersiap untuk menghadapi hari esok, tidak ada dari mereka yang tahu bahwa hidup mereka akan berubah selamanya, dan rahasia Danau Elips akan mengancam tidak hanya kota mereka, tapi juga seluruh dunia.Chris terbangun dari tidurnya, sinar pagi menembus jendela, membuat pola cahaya di dinding kamarnya. Ia memandangi langit-langit sebentar, pikiran-pikiran tentang hari sebelumnya kembali padanya. Perasaan gelisah masih ada, mengganjal di dadanya.

"Kamu sudah bangun?" suara Toni terdengar dari kamar sebelah, membawa secangkir kopi ke dalam kamar Chris. "Aku membuat kopi. Aku pikir kita akan membutuhkannya hari ini."

Chris duduk, menerima cangkir dari sahabatnya. "Terima kasih," katanya, merasakan kehangatan menyenangkan di tangannya. "Aku tidak bisa tidur semalam. Terlalu banyak hal-hal aneh yang terjadi."

Toni duduk di tepi ranjang, matanya tajam. "Ya, aku juga merasakannya. Seperti ada sesuatu yang besar akan terjadi, dan kita tidak bisa hanya duduk dan menunggu."

Chris mengangguk, mengambil minum dari kopinya. "Kita harus mulai mencari tahu tentang danau itu. Mungkin ada laporan atau penelitian yang bisa kita akses, sesuatu yang mungkin tidak tersedia untuk masyarakat umum."

"Ya, dan kita harus mulai berbicara dengan penduduk setempat," sambung Toni. "Mereka mungkin memiliki informasi atau rumor yang bisa membantu kita. Kita tidak bisa bergantung hanya pada sumber resmi."

Chris tersenyum, merasa lebih baik saat mereka mulai mengambil tindakan. "Baiklah, mari kita mulai. Kita akan menjadi detektif dan ilmuwan sipil."

Toni tertawa, sebuah suara yang hangat dan menenangkan. "Ya, tim penyelidik paling hebat yang pernah ada! Tidak ada misteri yang bisa tersembunyi dari kita."

Mereka menghabiskan pagi itu dengan mendalami semua informasi yang mereka kumpulkan tentang Danau Elips. Mereka menyelidiki laporan ilmiah, berita lokal, dan bahkan mencari tahu tentang legenda dan mitos yang terkait dengan daerah tersebut. Petunjuk-petunjuk mulai bermunculan, mengungkapkan kisah yang lebih gelap dan lebih misterius dari yang mereka duga.

"Lihat ini," kata Toni, menunjuk ke layar laptopnya. "Ada laporan tentang aktivitas seismik aneh di sekitar danau beberapa bulan yang lalu. Beberapa ilmuwan menduga ada hubungan dengan perubahan tingkat air."

Chris membulatkan matanya. "Aktivitas seismik? Kamu pikir ada hubungannya dengan makhluk aneh yang kita lihat?"

Toni mengerutkan kening. "Mungkin. Laporan ini menyebutkan bahwa ada beberapa pembacaan aneh, tapi tidak ada yang bisa menjelaskan penyebabnya. Kita harus menyelidiki lebih lanjut."

Mereka memutuskan untuk mengunjungi perpustakaan kota, tempat yang menyimpan banyak arsip dan laporan ilmiah. Di tengah tumpukan buku dan manuskrip yang berdebu, mereka mencari petunjuk yang bisa membantu memecahkan misteri Danau Elips.

"Ini menakjubkan," kata Chris saat mereka menemukan laporan lama yang mendetail tentang ekspedisi ilmiah ke danau beberapa dekade yang lalu. "Laporan ini mendokumentasikan berbagai temuan aneh, termasuk spesies tumbuhan dan hewan yang tidak diketahui."

Toni menyela, "Dan lihat ini, ada peta danau dengan beberapa lokasi yang ditandai. Mungkin ini tempat-tempat yang dianggap penting oleh tim ilmiah."

Mereka menghabiskan berjam-jam mengorek informasi, membuat catatan, dan menandai petunjuk potensial. Semakin banyak mereka gali, semakin jelas bahwa ada sesuatu yang sangat misterius dan mungkin berbahaya yang terkait dengan Danau Elips.

"Kita sepertinya sedang menyelidiki sebuah novel misteri," komentar Chris saat mereka istirahat sebentar untuk makan siang.

Toni tersenyum tipis. "Iya, dan aku merasa kita baru mengupas lapisan pertama. Ada sesuatu yang besar di sini, Chris. Sesuatu yang mungkin mengubah pemahaman kita tentang dunia ini."

Siang hari, mereka keluar untuk berbicara dengan penduduk setempat, berharap bisa menemukan informasi yang tidak ada dalam arsip resmi. Mereka mulai dengan pemilik warung kopi kecil yang selalu ramah kepada mereka.

"Toni, Chris! Apa kabar, anak-anak?" sapa pemilik warung, seorang wanita berusia pertengahan lima puluhan bernama Bu Ratih. "Dengar, aku rasa kalian berdua mahasiswa pintar, mungkin bisa membantu menjelaskan sesuatu untukku."

Toni dan Chris saling bertukar pandang, mengetahui ini mungkin petunjuk. "Tentu, Bu. Ada apa?" kata Toni.

"Nah, aku dengar banyak desas-desus belakangan ini tentang Danau Elips," kata Bu Ratih, menurunkan suaranya seolah berbagi rahasia. "Orang-orang berbicara tentang perubahan aneh, dan beberapa nelayan yang melihat hal-hal yang tidak bisa dijelaskan."

Episodes
Episodes

Updated 50 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!