Mengandung Benih Pria Tua

Beberapa bulan kemudian.

Perut Eileen semakin membesar seiringnya berjalan waktu, kini sudah mendekati kelahiran. Kenan selalu dengan sigap berada di samping Eileen. Begitu pun dengan Ketty, wanita itu bagaikan menjaga mutiara yang langka.

Eileen mengusap perutnya. Tangan kirinya berkacak pinggang dan tangan kanannya mengusap perutnya.

"Ei, ini jus untuk mu." Ketty memberikan sebuah jus di tangannya.

Eileen meminumnya dan menyisakan setengahnya. Beberapa hari ini ia merasakan perutnya dan pinggangnya terasa sakit.

"Ei duduklah," ucap Ketty.

Dia menarik sebuah kursi agar Eileen duduk. "Kau ingin sesuatu?" tanya Ketty.

"Tidak, aku merasa tidak nyaman." Eileen meringis.

Eileen menghubungi Kenan, setiap ada sesuatu yang menyangkut Eileen. Dia selalu sigap menghubungi Kenan. "Hallo Kenan kamu ada di mana? Eileen merasakan sakit. Sebaiknya kita ke rumah sakit."

Kenan tak menjawab, dia langsung mematikan ponselnya. Ketty beralih memperhatikan Eileen. Dia mengusap perut buncitnya.

"Bentar ya Sayang, Daddy akan pulang." Ia berharap Kenan cepat sampai. Butiran keringat terlihat jelas di wajah Eileen dan membuatnya khawatir. "Dimana Kenan? Kenapa lama sekali?" gerutunya.

Selang beberapa saat, terlihat mobil yang familiar. Kenan keluar dan berlari. "Sayang." Panggil Kenan. "Kita ke rumah sakit sekarang."

"Aduh sakit." Eileen perlahan melangkah, ia menangis karena sakitnya luar biasa.

Sedangkan Ketty masih diam di tempat. Dia tertegun mendengarkan panggilan Kenan pada Eileen.

"Ketty, kenapa masih diam?" Teriak Kenan.

Ketty tersadar, dua langsung berlari menghampiri mobil Kenan. Dia masuk ke dalam mobil Kenan. Sekarang bukan saatnya memikirkan hal yang tidak perlu.

....

Kenan menggenggam erat tangan Eileen. Air matanya mengalir sambil menatap wajah yang merasakan kesakitan, berjuang antara hidup dan mati. Dia tidak tau sesakit ini melahirkan, andaikan saja ia tau sesakit itu melihat Eileen bahkan mengeluarkan air matanya. Tentunya ia lebih memilih mengadopsi saja. "Sayang ..."

"Ya Tuhan ..." Dia berharap Eileen selamat.

"Ayo terus dorong Bu. Dorong yang lebih kuat lagi Bu." Seru seorang Dokter.

Eileen mengejan dengan kuat, bahkan urat-urat di tubuhnya seakan ingin keluar.

"Kepalanya sudah kelihatan Bu." Dokter wanita itu memberikan sebuah semangat.

"Eileen, Sayang kamu harus kuat, kamu harus bertahan, aku yakin kamu mampu..." Isak tangis dan dorongan terus menghiasi telinga Eileen. Dia terus berusaha menguarkan istrinya. Dalam hatinya selalu berdoa untuk Eileen. Rasa sayang dan cintanya tidak pernah di ukur oleh apa pun.

"Ehhh Aaakh ..." Eileen menggenggam erat tangan Kenan.

Kenan tak peduli jika ia harus merasakan sakit di lengannya akibat tusukan Eileen. Bahkan rasa khawatirnya melebihi rasa sakit tancapan kuku Eileen.

Oek Oek Oek

Dokter itu memperlihatkan seorang anak yang begitu nyaring tangisnya. "Selamat Bu, anaknya laki-laki."

Selang beberapa saat, Eileen kembali merasakan sakit. Bayi perempuan pun lahir dengan sehat.

Eileen menatap Kenan. "Jangan mengatakannya."

"Tidak Ei, kau tidak boleh kemana-mana." Kenan menggelengkan kepalanya.

Eileen menggenggam tangan Kenan. Air matanya mengalir. Ibu mana yang kuat berpisah dengan anaknya. "Aku mohon, tolong Kenan.. Jika kamu mencintai ku, tolong berkorbanlah demi kebahagian ku."

Kenan mencium tangan Eileen, kemudian mencium keningnya. Dia sebagai seorang ayah tidak mampu melindungi anak dan istrinya.

"Pergilah dan katakan pada Ketty, bahwa anaknya laki-laki."

Kenan menghapus air matanya, dia melangkah gontai. Rasanya ia tidak memiliki semangat. Dia menatap Ketty yang menghampirinya.

"Bagaimana anaknya Kenan?" tanya Ketty. Dia tidak sabar melihat anaknya.

"Dia laki-laki dan sehat, seperti yang kamu tau. Ketty, tolong belikan aku air minum. Aku haus, kau bisa kan?"

"Tapi Kenan, aku ingin melihat anak kita." Seru Ketty.

"Aku mohon Ketty."

Ketty tak bisa menolak, dia pun pergi seperti yang Kenan suruh.

"Hah." Air matanya kembali mengalir, ingin rasanya ia berteriak mengeluarkan kesedihannya walaupun tak bisa menghilangkannya.

Dia melihat kedua anaknya keluar. Dia mencium anak perempuannya. "Maafkan Daddy Sayang. Mafkan Daddy, tolong jangan membenci Daddy. Daddy mencintai mu."

Dengan hati pilu, ia menatap kepergian anaknya. Eileen pun di pindahkan ke ruangan rawat inap. Dia tak juga mengantarkan Eileen. Perpisahannya dengan Eileen semakin dekat. Ia sudah berusaha meyakinkan Eileen dalam waktu sembilan bulan ini, tapi istrinya tetap ingin pergi darinya.

...

Kenan masih terdiam, begitu pun dengan Eileen. Keduanya terasa tak ingin berbicara hingga Ketty datang membawa minuman.

"Kenan dimana anak kita?" tanya Ketty dengan penuh gembira.

"Dia berada di ruang bayi." Sahut Kenan dengan suara rendah. Dia tidak memiliki semangat.

Ketty bergegas pergi, namun Kenan tidak mengikutinya. Dia justru menatap Eileen.

"Eileen, apa kau yakin akan memisahkan seorang ayah dan anaknya?" tanya Kenan. "Bisakah kamu tetap tinggal Eileen?"

Eileen terdiam, dia mengusap air matanya. Dia sudah memantapkan hatinya.

Kenan mengusap air matanya. Dia akan menerima keputusannya. "Kau boleh pergi, tapi tidak untuk bercerai dan jangan pernah berkiat untuk kabur. Aku akan mengawasi mu. Satu hal lagi, kau tidak boleh melarang ku untuk bertemu dengannya."

"Baiklah, tapi tolong rahasiakan dari Ketty."

Kenan mengangguk, dia mencium bibir Eileen. Kemudian mencium keningnya. Sekalipun berjauhan, tapi ia masih bisa bertemu dengan Eileen dan putrinya.

Empat bulan kemudian.

Seorang pria memasuki sebuah ruangan. Dia melihat anaknya dan melihat putranya sedang bermain. "Ruby sayang." Sapa Kenan. Dia mencium wajah Ruby yang tampan persis seperti dirinya. Setiap dia melihat Ruby dia akan teringat Eileen.

"Sayang." Ketty begitu senang melihat Ruby dan Kenan. Ayah dan anak itu adalah dunianya. "Biar aku saja yang menggendong Ruby." Dia membawa Ruby dan menciumnya. "Aku sudah menyiapkan sarapan untuk mu."

"Tidak perlu, aku tidak sarapan. Oh iya, Ruby aku bawa ke kantor. Katanya kau mau ke keluar."

"Apa tidak akan merepotkan jika Ruby ikut?" tanya Ketty. Baru kali ini Kenan ingin membawa Ruby. "Ruby akan merepotkan mu." Terlihat jelas bahwa Kenan sangat menyayangi Ruby bahkan pria itu sangat memanjakannya.

"Tidak masalah, repot pun tidak masalah. Dia kan putra ku." Dia merindukan Violet, entah sedang apa Violet. Semoga saja ibu dan anak itu baik-baik saja. Selama ini ia menghubungi Eileen dan melihat keadaan mereka. "Ya sudah aku pergi dulu."

Kenan bergegas pergi, Ketty ingin menahan Kenan. Tapi sepertinya tidak bisa. Padahal ia ingin memperkenalkan Ruby pada teman-temannya. "Ya sudahlah, kapan-kapan saja."

Selama empat bulan ini, ia tidak tau keberadaan Eileen. Entah bagaimana kabarnya? Dia sudah menghapus kontak Eileen di ponselnya bahkan memblokirnya. Dengan begitu, Ruby dan Kenan akan melupakan Eileen. Dia takut suatu saat Ruby tau dan kembali pada Eileen begitu pun Kenan. Selama empat bulan ini, Kenan pulang malam dan tidak menyentuhnya lagi.