Sepasang suami istri yang terlihat memiliki hidup bahagia namun tersimpan banyak teka-teki pada setiap hubungan mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sia Masya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18
Aletta akhirnya tiba di restoran yang akan menemaninya dan suami makan malam bersama merayakan hari ulang tahun suaminya sendiri. Ia datang menggunakan taksi sehingga saat pulang nanti ia bisa berada satu mobil dengan suaminya.
"Misi mbak, meja atas nama Brian dan Aletta?"
"Oh mari mbak saya antarkan. Lalu dimana pasangannya mbak?"
"Dia akan datang sebentar lagi."
Aletta mengikuti sang resepsionis dan mereka tiba di meja nomor 25. Mejanya juga sudah disiapkan dengan hiasan dan terasa sekali nuansa romantisnya.
Apa Brian menyiapkan ini semua?
"Jika mbak ingin memesan sesuatu, mbak bisa lihat menunya terlebih dahulu."
"Oh tidak, saya akan memesan saat suami saya datang."
"Baiklah, kalau begitu saya izin permisi mbak. Jika butuh sesuatu panggil saja saya."
"Iya, terima kasih ya." Mbak resepsionis meninggalkan Aletta sendiri di mejanya. Aletta mengatur kado yang akan diberikan pada suaminya yang ditaruh di bawah meja sehingga Brian tidak akan melihatnya. Ia ingin memberikan suaminya kejutan.
Beberapa kali Aletta melihat ke arah pintu masuk restoran menantikan kedatangan suaminya.
"Brian di mana sih? Kurang 5 menit lagi sudah jam 10. Syukurlah restoran yang dipesan nya ini dibuka 24 jam. Kalau tidak jam begini mereka sudah pada tutup."
Aletta akhirnya mengambil handphonenya untuk menelpon sang suami. Karena ini sudah lewat jam janjian mereka. Belum lagi kakinya dan bokongnya yang mulai pegal akibat duduk menunggu sang suami hampir 2 jam. Belum lagi dirinya yang malu karena para pelayan di restoran tersebut memperhatikan nya sambil bertanya kenapa pasangannya belum muncul.
"Halo, sayang. Kamu dimana aku sudah menunggu dari tadi?"
"Aletta, maafkan aku. Sepertinya hari ini kita tidak bisa makan malam bersama. Bosku tiba-tiba saja merayakan bersama orang-orang kantor dan kami sedang makan-makan di luar."
"Kenapa kamu tidak bilang, aku sudah menunggu mu dari tadi. Jika tahu begitu aku tidak datang. Aku seperti orang gila tahu nggak duduk sendiri di sini menunggu kamu."
"Maafkan aku, ini terjadi begitu tiba-tiba. Aku akan bilang pada bosku sekarang untuk mengizinkan ku pulang."
"Tidak perlu, aku yang akan pulang." Aletta langsung mengakhiri panggilan tersebut tanpa peduli dengan apa yang akan Brian katakan selanjutnya.
Sungguh Aletta begitu kecewa pada sikap dan tindakan Brian. Segitu pentingkah bosnya sampai melupakan istrinya yang duduk menunggu dirinya dari tadi. Aletta memutuskan pulang, ia berusaha terlihat tenang saat membayar pesanan restoran tersebut meskipun akhirnya tidak jadi dan ia juga tidak makan apa-apa.
"Berapa billnya mbak, saya akan bayar. Jangan tanya pasangan saya dimana karena dia tidak jadi datang."
"Oh maaf mbak, jika perkataan saya tadi menyinggung anda. Karena anda tadi tidak memesan apapun jadi saya akan kasih gratis."
"Nggak usah. Saya akan tetap membayar karena saya juga memakai tempat ini. Hitung saja berapa." Karena Aletta memaksa sang resepsionis akhirnya mengeluarkan biaya yang di berikan si penjaga kasir. Aletta tidak ingin berlama-lama dia segera membayar dan akhirnya pergi setelah semuanya selesai.
Di tempat lain Brian merasa bingung dan khawatir setelah Aletta mematikan panggilan nya. Ia harus segera meminta izin pada bosnya untuk segera pulang.
"Brian kemarilah!"
Ini saat yang tepat untuk ku meminta izin pulang duluan.
"Pak saya..."
"Brian kenalkan, dia ini pak David investor terbesar di perusahaan kita. Pak David Brian ini anaknya sangat rajin di perusahaan kami. Dan hari ini kami merayakan ulang tahunnya juga."
Brian memberikan salam pada pak David. Namun dalam pikirannya, ia harus segera ke restoran yang ia pesan untuk makan malam bersama Aletta. Ia tidak mungkin membiarkan Aletta duduk menunggu nya.
Selesai berkenalan ia mendekati tempat duduk bosnya dan berbisik untuk meminta izin pulang.
"Pak saya ingin pulang. Bisakah saya pulang sekarang?"
"Apa kau gila, disini ada pak David dan kau malah ingin pulang. Aku mengenalkan kamu padanya agar kamu segera dipromosikan naik pangkat. Jangan buat saya malu, saya telah mengundangnya jauh-jauh kemari untuk kamu. Bukankah kamu ingin segera naik pangkat."
Brian terdiam tak berkutik. Dirinya seperti berada di tengah-tengah tebing yang curam. Ia tahu istrinya akan kecewa padanya, tapi ia juga ingin segera naik pangkat. Ia ingin mengejar istrinya yang sudah memegang jabatan kepala bagian. Sedangkan selama ini dia selalu menjadi bayang-bayang sang istri.
Aletta menyusuri jalan yang mulai sepi. Ia sudah memesan taksi namun sampai sekarang belum datang.
"Tahu begitu aku bawa mobil saja. Hah, hari ini rasanya aku tidak ingin kembali ke rumah. Lihatlah dirimu Aletta sudah seperti orang gila saja dengan penampilan cantik seperti ini malah nggak dihargai sama suamimu sendiri."
Gion diundang sama teman-temannya untuk minum bersama karena hari ini ulang tahunnya. Sebenarnya dia malas datang hanya karena bosan di rumah makanya dia memutuskan untuk pergi.
Namun dia berhenti di pertengahan jalan saat melihat seorang wanita yang sangat ia kenali berjalan menggunakan gaun cantik dengan keadaan sekitar yang sangat sepi.
"Aletta?" Gion memutar balik kembali mobilnya dan menghampiri Aletta.
Aletta sedikit was-was saat ada mobil asing yang tiba-tiba saja berhenti di depannya. Dia membunyikan klakson mobilnya dan saat kaca mobilnya dibuka Aletta jadi tahu ternyata orang di dalam mobil adalah Gion.
"Ngapain kamu malam-malam begini di tempat seperti ini, apalagi penampilan mu seperti itu?"
"Kamu Gion. Aku ada janjian sama seseorang."
"Janjian kok di jalan seperti ini? Ayo masuk!"
Aletta masuk setelah Gion membuka mobilnya dan mempersilahkan dirinya.
"Aku janjian nya di restoran. Hanya saja aku jalan kaki ke sini karena taksi yang ku pesan belum juga muncul dari tadi."
"Sama siapa janjiannya? Maaf jika aku bertanya."
"Ada seseorang yang kukenal." Gion mengamati penampilan Aletta dari atas sampai bawah.
"Bukankah lebih tepatnya janjian sama suamimu, karena jika tidak dia tak mungkin mengizinkan mu keluar dengan penampilan cantik seperti ini."
Sepertinya tebakan Gion memang benar karena Aletta hanya diam saja setelah mendengar apa yang ia katakan.
"Sepertinya tebakan ku memang benar. Lalu kenapa tidak pulang bersama dengan nya?"
"Dia tidak datang." Gion terdiam setelah mendengar perkataan Aletta.
"Apa sekarang mau ku antar kamu pulang?"
"Tidak, aku tidak ingin pulang. Bisa carikan aku penginapan di sekitar sini."
"Apa?" Gion kaget setelah mendengar perkataan Aletta.
"Aku ingin menginap di luar. Jika kau tidak bisa biar aku turun saja. Aku akan mencari sendiri."
"Ah tidak perlu. Aku akan mencarikan nya untuk mu."
"Makasih. Maaf kalau aku merepotkan mu."
"Tidak apa-apa."
Gion mulai menjalankan mobilnya untuk mencari penginapan yang akan ditepati Aletta.