Viona merasa heran dengan perubahan sikap suaminya yang bernama Bara. Yang awalnya perhatian dan romantis tapi kini dia berubah menjadi dingin dan cuek. Dia juga jarang menyentuhnya dengan alasan capek setelah seharian kerja di kantor. Di tengah- tengah kegundahan dan kegelisahan hatinya, sang adik ipar yang bernama Brian, pemuda tampan yang tampilannya selalu mempesona masuk ke dalam kehidupan viona dan mengisi hari- harinya yang hampa. Akankah hati Viona akan tergoda dengan adik ipar dan menjalin hubungan terlarang sengannya karena merasa diabaikan oleh sang suami....?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. Belum hamil juga
Sore ini tanpa Viona duga Bara pulang lebih awal dari biasanya. Viona pun merasa senang, dia bisa punya waktu lebih banyak untuk berdua dan mengobrol dengan suami.
"Mas , kamu sudah pulang...?" tanya Viona sambil memperlihatkan senyuman di bibirnya.
"Iya sayang, malam ini ada pertemuam keluarga. Papah dan mamah mengundang kita makan malam bersama. Nanti malam jam tujuh kita berangkat ke rumah papah, kamu siap- siap ya..." jawab Bara sambil melangkah menaiki tangga menuju ke kamarnya.
Sementara Viona hanya diam berdiri sambil menatap kepergian sang suami dari hadapannya. Perasaannya mulai cemas. Mungkin bagi sebagian orang berkumpul dan makan bersama keluarga besar akan membuat mereka bahagia karena bisa bercengkerama dengan keluarga tercinta.
Tapi tidak dengan Viona. Setiap kali berkumpul dengan keluarga besar suaminya dia akan merasa menjadi tersangka yang akan diinterogasi di ruang khusus yang menyesakkan dada.
Iya, setiap Viona datang ke rumah mertua pasti dia akan disuguhkan dengan pertanyaan- pertanyaan yang akhirnya membuat Viona sedih dan merasa terhina.
Pertanyaan ,kapan kamu hamil..? Kenapa belum hamil juga...? Apa ada masalah dengan rahim kamu...? Kamu bisa hamil nggak sih...? Iya, Pertanyaan- pertanyaan seperti itulah yang selalu Viona dengar dari mulut mereka.
Bahkan dia selalu dibanding- bandingkan oleh mertuanya dengan adik iparnya yang bernama Bianca. Dia sudah punya dua anak yang lucu- lucu dan menggemaskan. Iya, Bianca adalah adik Bara. Dia lebih dulu menikah dari Bara dan dan sudah mempunyai dua anak, laki- laki dan perempuan.
Ada lagi sepupu Bara yaitu Gladis yang baru menikah empat bulan dan kini sedang hamil dua bulan dan juga Farah yang sedang hamil sembilan bulan anak ke dua. Sedangkan Viona yang pernikahannya memasuki tahun ketiga belum ada tanda- tanda bahwa dia akan hamil.
Viona pun lalu duduk di sofa ruang tengah. Dia harus menyiapkan mental untuk menghadapi pertanyaan- pertanyaan dari keluarga besar suaminya nanti malam.
Tak lama kemudian Bara pun keluar dari kamar menuruni tangga dan sudah dalam keadaan lebih segar karena dia baru saja mandi.
"Sayang, kok kamu masih di sini, kamu belum mandi kan..? Sudah sana mandi dua jam lagi kita berangkat ke rumah papah..." ucap Bara.
"I..iya mas, kalau begitu aku ke kamar dulu ya..." sahut Viona. Bara pun mengangguk. Viona lalu naik ke lantai dua menuju ke kamar. Sedangkan Bara langsung memainkan ponsel. Dia membuka beberapa pesan yang masuk. Sesekali dia tersenyum sambil membalas pesan yang entah dari siapa.
****
Pukul tujuh malam Viona dan Bara sudah siap berangkat ke rumah orang tua Bara yaitu tuan Bobby dan nyonya Rika. Bara melihat sang istri yang terlihat cemas entah sedang memikirkan apa.
"Sayang, kamu kenapa sih , aku perhatikan kamu dari tadi terlihat gelisah gitu..." tanya Bara setelah berada di dalam mobil.
"A..aku cemas mas..." jawab Viona.
"Cemas kenapa...?" tanya Bara.
"Pasti nanti papah sama mamah akan menanyakan aku sudah hamil apa belum..." jawab Viona.
"Kenapa harus cemas, tinggal jawab saja apa adanya, kalau kamu belum hamil. Gampang kan , memang kenyataannya seperti itu..." sahut Bara.
"Iya sih mas ,tapi aku nggak enak, mereka sudah lama ingin cucu dari kita, tapi kita belum bisa memberikannya..." ucap Viona.
"Ya mau bagaimana lagi, saya sudah berusaha membuat kamu hamil tapi kamunya belum hamil juga..." jawab Bara.
"Sudahlah jangan membahas soal itu lagi..." ucap Bara lalu segera menjalankan mobilnya menuju rumah orang tua Bara.
Sekitar tiga puluh menit kemudian Bara dan Viona pun sampai di kediaman tuan Bobby dan Nyonya Rika. Dia sana sudah rame, adik Bara dan para sepupunya sudah datang bersama suami dan anak- anaknya. Tuan Bobby dan nyonya Rika tampak bahagia bercanda dengan para cucunya yang lucu- lucu dan menggemaskan.
Bara dan Viona pun masuk ke dalam rumah dan menyalami kedua orang tuanya. Setelah itu mereka menyapa saudara- saudaranya dan para keponakannya. Brian juga nampak sedang berbincang dengan para sepupu dan suami Bianca.
Tak lama kemudian acara makan malam pun di mulai. Berbagai makanan yang menggugah selera terhidang di sana. Mereka menikmati makan malam dengan tenang tanpa ada yang berbicara.
Setelah makan malam mereka pun kembali ke ruang tengah untuk berkumpul dan ngobrol santai.
"Viona, gimana kamu sudah ada tanda- tanda hamil apa belum...? Pernikahan kalian sudah mau masuk tahun ke tiga kan...?" tanya tuan Bobby.
Deg Viona tersentak. Iya, sebenarnya sih dia tidak kaget dengan pertanyaan seperti itu, karena dia sudah sering mendengarnya ketika dia berkunjung ke rumah orang tuanya.
Tapi yang membuat Viona merasa semakin tidak enak dengan mertuanya adalah karena dari tahun ke tahun jawabannya selalu sama, yaitu 'belum'. Iya, hanya kata itulah yang selalu meluncur dari mulutnya ketika sebuah pertanyaan menghampirinya. Bahkan mungkin kedua mertuanya itu sudah bosan dengan jawaban itu.
"Be..belum pah... Maaf..." jawab Viona sambil menunduk. Semua orang pun mengarah pada Viona. Entahlah tatapan seperti apa yang mereka tunjukkan pada Viona. Entah tatapan iba atau malah tatapan mengejek karena Viona belum juga bisa hamil sampai sekarang.
Tuan Bobby pun hanya menarik nafas panjang lalu menghembuskannya dengan perlahan.
"Bara, bawalah istrimu itu berobat ke luar negri supaya dia cepat hamil...." ucap tuan Bobby.
"Halah percuma pah, mamah sih yakin kalau Viona itu mandul. Jadi ngapain repot- repot membuang- buang uang berobat ke luar negri...." sahut nyonya Rika yang duduk di samping suaminya.
"Mandul itu nggak ada obatnya Pah, mau pergi ke dokter paling hebat sedunia pun tetap nggak ada hasilnya. Mandul ya tetap mandul aja..." sambung nyonya Rika.
Viona pun hanya bisa menunduk sambil sesekali mengusap air matanya. Semantara Bara yang duduk di samping Viona hanya cuek saja tanpa mau menguatkan Viona ataupun membela Viona di hadapan keluarga besarnya.
Sedangkan Brian yang duduk di sofa tepat berhadapan dengan Viona hanya menatap lekat pada Viona yang sedang mencoba untuk menahan tangisnya.
"Tapi mah..pah...'' ucap Viona memberanikan diri untuk bicara.
"Kata dokter kandungan yang Viona datangi , Viona nggak ada masalah kok, rahim Viona bagus tidak ada penyakit apapun. Mungkin karena belum dikasih saja, harus menunggu lebih sabar lagi..." sambung Viona.
"Harus bersabar berapa lama lagi Viona..? Pernikahan kamu sama Bara itu sudah mau tiga tahun. Itu bukan waktu yang sebentar...." sahut nyonya Rika.
"Lihatlah Bianca, baru menikah lima tahun sudah punya dua anak , dan sekarang dia hamil lagi anak ke tiga..." sambung Nyonya Rika.
"Itu juga Farah dan Gladis lagi pada hamil padahal belum genap satu tahun menikah. Lalu kamu kapan...?" lanjut Nyonya Rika.
"Tapi Viola juga sudah berusaha mah, Viona sudah mengikuti saran dokter. Tapi dokter bilang, bukan hanya Viona saja yang harus konsultasi ke dokter ataupun melakukan pemeriksaan. Tapi mas Bara juga harus menjalani pemeriksaan. Penyebab belum hamil itu bukan hanya datang dari istri, tapi bisa saja dari suami. Makanya sebaiknya yang datang berkonsultasi itu bukan hanya Viona saja tapi mas Bara juga..." ucap Viona.
"Jadi kamu menuduh aku yang mandul...!" bentak Bara sambil mencengkeram lengan Viona.
Viona pun kaget dan meringis kesakitan karena Bara mencengkeram lengannya dengan kuat sangat .Brian yang melihat Viona begitu kesakitan pun mengepalkan tangannya dan menatap tajam pada sang kakak.
"Bu..bukan seperti itu mas ta..tapi...."
"Hei Kinan...! Kamu jangan bicara sembarangan ya, dalam keluarga saya, tidak ada keturuan mandul. Kami semua sehat dan subur. Jadi kamu jangan asal bicara menuduh putraku penyebab kamu tidak bisa hamil ya..." seru Nyonya Rika sambil berdiri menujuk- nunjuk wajah Kinan.
"Ma..maafkan Viona mah, ta..tapi Viona tidak bermaksud seperti itu...." jawab Viona sambil terisak.
"Sudahlah kamu tidak perlu membela diri lagi. Lebih baik kamu diam. Kamu itu harus sadar diri. Jadi perempuan seutuhnya saja kamu tidak mampu, jadi kamu jangan banyak bicara. Kamu hanya boleh diam...!" ucap nyonya Rika dengan tegas.
"Sudahlah mah jangan bahas soal itu lagi. Lebih baik kita bahas hal lain saja. Kita berkumpul di sini untuk bersilaturahmi, dan bersenang - senang ,bukan untuk marah- marah.." ucap tuan Bobby.
Nyonya Rika pun hanya bersecak kesal pada sang suami. Lalu mereka mulai ngobrol hal lain. Suasana pun kembali ceria dengan obrolan santai dari orang dewasa dan teriakan khas anak- anak yang sedang bercanda ria.
"Mas, aku mau ke kamar mandi ya, mau pipis..." ucap Viona pada Bara.
"Iya.. " jawab Bara tanpa sedikitpun menoleh pada sang istri lalu melanjutkan obrolannya dengan sepupu dan adiknya.
Sementara itu Brian yang melihat Viona pergi ke kamar mandi, diam- diam dia mengikutinya. Terlihat Viona sudah masuk ke dalam kamar mandi. Brian pun berdiri di depan kamar mandi.Terdengar suara air mengalir dari kran di dalam kamar mandi.
Tapi di tengah- tengah suara air mengalir Brian juga mendengar isak tangis dari dalam sana. Ya sepertinya Viona menumpahkan tangisannya di dalam kamar mandi setelah sekian lama dia menahannya di depan keluarga besar sang suami.
Sekitar lima menit Viona berada di kamar mandi dia pun lalu keluar dengan mata yang sedikit merah dan sembab. Ketika membuka pintu dia pun terkejut karena melihat Brian berdiri di depan kamar mandi dengan menatap lekat padanya.
"Bri..Brian..." ucap Viona.
"Sudah puas menangisnya kak...?" tanya Brian.
"A..aku ti..tidak menangis.. Aku hanya..."
"Hanya apa..? Hanya menumpahkan air mata...?" tanya Brian sambil tersenyum sinis pada Viona.
Viona pun menatap Brian. Tak terasa air tanya kembali tumpah.
"Jangan menangis lagi..." ucap Brian dengan suara datar.
Mendengar ucapan Bara, Viona bukannya berhenti menangis dia malah bertambah menangis. Dia menutup mulutnya agar tangisnya tidak terdengar oleh orang lain.
Brian kembali menatap lekat pada sang kakak ipar.
"Aku bilang jangan menangis lagi, aku tidak suka melihat kakak menangis..." ucap Brian lalu mendekat ke arah Viona lalu mengarahkan tangannya ke pipi Viona dan mengusap air matanya.
Viona pun hanya tercengang melihat perlakuan Brian yang begitu lembut mengusap air mata di pipinya. Viona diam sambil terus menatap Brian yang fokus mengusap air matanya menggunakan jarinya.
"Kenapa bukan mas Bara yang menghapus air mataku..? Kenapa justru adik iparku yang bersikap manis seperti ini....?" ucap Viona dalam hati dan pandangan matanya tak lepas dari mata wajah tampan Brian.
Brian berdecak kesal pada Viona. Dia sudah beberapa kali mengusap air mata kakak iparnya tapi air mata itu terus saja mengalir dari pipinya.
"Kenapa kakak terus menangis..? Apa kakak pikir aku nggak capek terus- terusan mengusap air mata kakak...? Hem..?" tanya Brian.Viona pun terkesiap.
"Ma..maafkan aku...tapi aku..."
"Apa aku harus menggunakan cara lain untuk menghapus air mata kakak...?" tanya Brian.
"Mak..maksud kamu..?" tanya Viona tidak mengerti apa yang dimaksud Brian.
"Iya, dengan ini..." ucap Brian lalu tiba - tiba mengecup mata kanan Viona dan kecupan itu berpindah ke mata kiri.
Viona pun terkejut dengan apa yang dilakukan oleh adik iparnya tersebut.
"Brian apa yang kamu lak....hempptt...."
Tanpa membiarkan Viona bicara tiba- tiba Brian mengecup bibir Viona. Dia menciumnya dengan lembut dan menggigit pelan bibir Viola hingga otomatis bibir Viona pun sedikit terbuka. Bara lalu memberikan l*matan- l*matan lembut pada bibir mungil Viona.
Viona pun melebarkan matanya karena semakin kaget dengak aksi sang adik ipar. Viola berusaha melepaskan c*uman tersebut tetapi justru Brian menekan tengkuk leher Viona dan ciumannya pun semakin dalam.
Awalnya Viona merasa terkejut dan takut dengan apa yang dilakukan oleh Brain , apalagi dia melakukan itu di depan kamar mandi di rumah mertuanya. Bisa saja kan mereka akan ketahuan oleh keluarga mereka.
Tapi lama- kelamaan rasa takut di hati Viona berubah menjadi rasa yang lain di dalam hatinya. Ada gelayar- gelayar aneh yang menyelimuti perasaanya.
Bersambung....
🌺🌸Ayo dukung Author dengan memberikan like, koment dan vote ya...🥰🌺🥰
sukur-sukur kalau kamu hamil anak laki2 yg diinginkan mereka 😏😌
Wah kayaknya Viona hamil nih...