NovelToon NovelToon
Whispers Of Ghost : The Shaman'S Secret

Whispers Of Ghost : The Shaman'S Secret

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Cinta Beda Dunia / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai / Peramal / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Seojinni_

Xin Lian, seorang dukun terkenal yang sebenarnya hanya bisa melihat hantu, hidup mewah dengan kebohongannya. Namun, hidupnya berubah saat seorang hantu jatuh cinta padanya dan mengikutinya. Setelah mati konyol, Xin Lian terbangun di dunia kuno, terpaksa berpura-pura menjadi dukun untuk bertahan hidup.

Kebohongannya terbongkar saat Pangeran Ketiga, seorang jenderal dingin, menangkapnya atas tuduhan penipuan. Namun, Pangeran Ketiga dikelilingi hantu-hantu gelap dan hanya bisa tidur nyenyak jika dekat dengan Xin Lian.

Terjebak dalam intrik istana, rahasia masa lalu, dan perasaan yang mulai tumbuh di antara mereka, Xin Lian harus mencari cara untuk bertahan hidup, menjaga rahasianya, dan menghadapi dunia yang jauh lebih berbahaya daripada yang pernah dia bayangkan.

"Bukan hanya kebohongan yang bisa membunuh—tapi juga kebenaran yang kau ungkap."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seojinni_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25 : Pertemuan dan Pertempuran

Setelah mengalahkan bayangan hitam yang mengancam mereka, Xin Lian merasa tubuhnya lelah, lebih dari yang pernah ia rasakan sebelumnya. Seruling yang masih bersinar di tangannya kini terasa berat, seolah kekuatan yang mengalir melalui tubuhnya memuncak dan menguras setiap tetes energi yang ada. Meskipun wajahnya tetap terlihat tegas, ada kelelahan yang jelas terpancar di matanya.

Tianlan berjalan di sampingnya, matanya tak lepas dari Xin Lian. Ia bisa merasakan ada yang tidak beres. Sejak kontrak darah itu terjalin, Xin Lian tampak semakin terengah-engah. “Xin Lian,” katanya, suaranya serius, “apakah kau baik-baik saja?”

Xin Lian menatapnya sejenak, mencoba mempertahankan sikap dinginnya. “Tentu saja. Aku hanya... sedikit lelah,” jawabnya dengan nada yang sedikit terputus-putus, berusaha untuk tidak menunjukkan kelemahannya. Namun, saat ia melangkah lebih jauh, kakinya mulai goyah, dan tubuhnya terasa semakin berat.

Tianlan segera memperhatikan perubahan itu. Dalam sekejap, ia melangkah cepat dan berdiri di depan Xin Lian. “Kau tidak terlihat baik-baik saja,” katanya, matanya tajam menilai keadaan Xin Lian. Tanpa kata-kata lebih lanjut, ia mengangkat Xin Lian dengan mudah, menggendongnya dalam pelukannya.

Xin Lian terkejut. “Apa yang kau lakukan?” suaranya terdengar lebih keras dari yang ia inginkan, namun ada sedikit rasa canggung yang mengalir di dalamnya.

Tianlan menatapnya dengan tatapan penuh keyakinan. “Kau kelelahan. Aku tidak akan membiarkanmu berjalan lebih jauh dalam keadaan seperti ini.”

Xin Lian merasa tubuhnya terangkat tanpa perlawanan, dan seketika itu juga, perasaan aneh menyelimuti dirinya. Meskipun dia selalu menganggap dirinya kuat dan tidak memerlukan bantuan siapa pun, kenyataan bahwa Tianlan menggendongnya membuat hatinya berdebar. Ia mencoba untuk tetap tenang, namun tak bisa menghindari rasa canggung yang muncul di dalam dirinya.

“Lepaskan aku,” katanya, mencoba untuk terlihat tegas, meskipun suaranya sedikit lebih lembut dari sebelumnya.

Namun Tianlan hanya mengabaikan kata-katanya dan melanjutkan langkahnya. “Kau terlalu keras kepala, Xin Lian,” jawabnya dengan nada santai, meskipun ada sedikit senyum di bibirnya. “Kau tidak bisa terus bertindak seperti ini. Jangan khawatir, aku akan membawamu keluar dari sini.”

Xin Lian menatapnya, merasa sedikit kesal namun juga anehnya terhibur oleh perhatian yang tidak diinginkannya itu. Dia ingin sekali melawan, namun tubuhnya yang lelah tidak memberinya pilihan lain. “Kau benar-benar keras kepala,” katanya, suara sarkastiknya kembali muncul. “Tapi... terima kasih.”

Tianlan tersenyum tipis, seolah tidak terpengaruh oleh sikap Xin Lian yang masih mencoba bertahan dengan keangkuhannya. “Kau harus beristirahat. Jangan terlalu banyak berpikir.”

Mereka terus berjalan menuju desa yang terletak tidak jauh dari reruntuhan kuil. Udara segar yang menyambut mereka memberikan sedikit kelegaan bagi Xin Lian, meskipun tubuhnya masih terasa lelah. Namun, dalam pelukan Tianlan, ada sesuatu yang berbeda. Meskipun ia tidak menginginkannya, ia merasakan ketenangan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Setelah beberapa saat, mereka tiba di desa kecil yang tampak damai. Tianlan berhenti sejenak, menurunkan Xin Lian dengan hati-hati. Xin Lian mencoba untuk berdiri sendiri, namun kakinya masih terasa goyah. Tianlan memperhatikan dengan seksama, lalu tanpa berkata apa-apa, ia meraih tangannya dan memimpin Xin Lian menuju sebuah tempat untuk beristirahat.

“Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri,” katanya dengan lembut, meskipun matanya tetap serius. “Istirahatlah sejenak.”

Xin Lian hanya mengangguk, meskipun ada sedikit perasaan canggung di dalam dirinya. Ia merasa seperti sedang berada di tempat yang asing, di tengah perhatian yang tidak pernah ia minta. Tapi ada sesuatu yang membuatnya merasa sedikit lebih nyaman, meskipun dia tidak ingin mengakuinya.

Sementara itu, Tianlan tetap berada di dekatnya, menjaga jarak yang cukup namun tetap memberikan rasa aman. Xin Lian menatapnya sejenak, dan untuk pertama kalinya, dia merasa sedikit lebih lemah dari biasanya. Namun, dia tahu, meskipun Tianlan menggendongnya tadi, ini tidak akan mengubah apa pun di antara mereka. Mereka tetap berada dalam hubungan yang penuh dengan ketegangan dan saling menggoda.

Namun, untuk saat ini, Xin Lian memutuskan untuk tidak berpikir terlalu jauh. Ia menatap langit yang cerah, berusaha menenangkan pikirannya. “Kita akan melanjutkan perjalanan setelah ini,” katanya, berusaha untuk kembali pada sikap keras kepalanya. “Aku tidak akan membiarkan ini mengganggu rencanaku.”

Tianlan hanya mengangguk, matanya tetap tenang. “Tentu saja, Xin Lian. Kita akan terus maju.”

Meskipun kata-kata itu terdengar biasa, ada sesuatu dalam nada suaranya yang membuat Xin Lian merasa lebih tenang, meskipun ia tidak ingin mengakui perasaan itu.

Mereka berdua duduk di bawah pohon, beristirahat sejenak, sementara angin lembut berhembus, membawa kedamaian yang langka di tengah perjalanan penuh bahaya yang belum selesai ini. Namun, di dalam hati Xin Lian, ada rasa penasaran yang semakin mendalam. Apa yang sebenarnya akan mereka hadapi selanjutnya?

***

Air Mata di Pintu Desa

Akhirnya, mereka tiba di depan pintu masuk desa. Udara segar yang semula menyambut mereka kini terasa lebih berat, penuh dengan keheningan yang memancar dari lingkungan sekitar. Desa ini tampak sederhana, dengan rumah-rumah kecil yang tersebar rapi, dikelilingi oleh sawah yang hijau dan subur. Namun, ada sesuatu yang berbeda di sana—sebuah aura penuh harapan yang melingkupi tempat itu, seperti sebuah oasis di tengah perjalanan panjang mereka.

Saat mereka melangkah lebih dekat, suara tangisan seorang wanita terdengar jelas di pasar kecil desa. Xin Lian menoleh, matanya langsung tertuju pada sosok seorang wanita tua yang berdiri di tengah kerumunan, air mata mengalir deras di pipinya. Di sampingnya, seorang gadis kecil memegang erat tangan wanita itu, wajahnya penuh dengan rasa syukur dan kebahagiaan.

Wanita itu mengenali mereka begitu saja. "Kalian... kalian yang telah menyelamatkan anakku!" teriaknya dengan suara penuh emosi. Langkahnya terburu-buru, matanya penuh air mata, namun senyumnya menyinari wajahnya yang penuh keriput. "Terima kasih... terima kasih telah menyelamatkan hidupnya."

Xin Lian merasa matanya terbelalak sejenak. Perasaan yang tak bisa dijelaskan merayapi dirinya. Wanita itu, dengan penuh kasih sayang, merangkul gadis kecil yang telah diselamatkan, memeluknya dengan erat seolah dunia ini hanya milik mereka berdua. Tangan gadis itu memeluk tubuh ibunya, wajahnya berseri-seri meski sebelumnya hampir saja kehilangan nyawa.

Xin Lian, yang tumbuh di panti asuhan, yang tak pernah merasakan kasih sayang keluarga, merasakan gejolak emosional yang tak bisa ia bendung. Ada perasaan yang membuncah di dalam dada, perasaan yang asing, yang membuat hatinya terasa sesak. Sejak kecil, dia terbiasa dengan ketegaran dan kemandirian. Kehidupan yang keras mengajarkannya untuk tidak bergantung pada siapa pun. Namun, melihat pemandangan itu—ibu dan anak yang saling menyayangi, penuh dengan kehangatan—perasaan iri itu muncul tanpa bisa ia tahan.

Dia menundukkan kepala, berusaha menekan perasaan yang datang begitu mendalam. Xin Lian tidak ingin mengakuinya, tidak ingin terlihat lemah, namun perasaan itu begitu kuat. Mengapa mereka bisa begitu beruntung? Mengapa mereka bisa merasakan kasih sayang yang begitu tulus, sementara dirinya hanya bisa mengandalkan diri sendiri?

Tianlan yang berjalan di sampingnya, merasakan perubahan itu. Dia memperhatikan setiap gerakan Xin Lian, setiap ekspresi yang muncul di wajahnya. Meskipun Xin Lian berusaha untuk menutupi perasaannya, Tianlan bisa merasakannya. Ada ketegangan yang tak biasa di tubuhnya, seolah-olah dia sedang berjuang melawan sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri.

Dengan langkah yang tenang, Tianlan mendekatkan dirinya ke Xin Lian, menepuk lembut bahunya. "Xin Lian," suaranya rendah, namun penuh perhatian, "Kau baik-baik saja?"

Xin Lian mendengus keras, mencoba mengusir perasaan itu. "Aku baik-baik saja," jawabnya dengan nada tegas, meskipun ada sedikit getaran yang bisa didengar dalam suaranya. "Jangan terlalu banyak bertanya."

Namun, Tianlan tidak menghiraukan kata-katanya. Dia tetap berdiri di dekatnya, memberikan ketenangan yang tidak diminta. "Kau tidak perlu menutupi perasaanmu," katanya, suaranya lebih lembut. "Terkadang, perasaan seperti itu datang begitu saja, dan itu bukan sesuatu yang perlu kau lawan."

Xin Lian memalingkan wajahnya, berusaha untuk tidak menunjukkan apa yang sedang terjadi dalam dirinya. "Aku tidak butuh belas kasihan," ujarnya dengan suara serak, berusaha untuk tetap mempertahankan citra keras kepala yang selama ini ia bangun. "Aku hanya... tidak suka melihat orang lain begitu lemah."

Tianlan tersenyum tipis, meskipun senyum itu tidak terlalu terlihat di wajahnya yang serius. "Siapa bilang itu kelemahan?" jawabnya dengan tenang. "Kasih sayang itu bukan sesuatu yang buruk, Xin Lian. Bahkan orang yang paling kuat pun membutuhkan itu."

Xin Lian mengangkat wajahnya, matanya tajam menatap Tianlan, namun ada sedikit kebingungan di dalam tatapannya. "Kau tidak tahu apa yang aku alami," katanya, mencoba menghindari kelembutan dalam suara Tianlan yang mengganggu ketegasannya. "Kau tidak tahu bagaimana rasanya tumbuh tanpa kasih sayang."

Tianlan tidak berkata apa-apa lagi. Dia hanya berdiri di samping Xin Lian, memberinya ruang untuk meresapi kata-katanya. Tidak ada yang bisa mengubah masa lalu, namun ada sesuatu yang bisa diberikan di masa depan. Mungkin, untuk pertama kalinya, Xin Lian akan mulai memahami bahwa kasih sayang itu bukanlah sesuatu yang harus dia hindari.

Sementara itu, wanita tua itu mendekat dengan langkah yang penuh rasa terima kasih. "Terima kasih, sekali lagi. Anak saya... dia sangat beruntung bisa bertemu dengan kalian."

Xin Lian menatap wanita itu sejenak, dan meskipun ada sedikit rasa canggung di dalam dirinya, ia bisa merasakan kebenaran dalam kata-kata wanita itu. "Tidak perlu berterima kasih," jawabnya dengan suara yang lebih lembut dari biasanya. "Kami hanya melakukan apa yang seharusnya."

Tianlan mengangguk pada wanita itu, memberi isyarat bahwa mereka harus melanjutkan perjalanan. "Kami harus pergi sekarang," katanya, namun matanya tetap tenang, seolah tahu bahwa ada sesuatu yang baru yang mulai tumbuh dalam diri Xin Lian.

Xin Lian menatap wanita itu untuk terakhir kalinya, merasakan perasaan yang campur aduk di dalam hatinya. "Hati-hati," katanya, meskipun kata-kata itu terasa asing di mulutnya. Wanita itu mengangguk dengan penuh rasa terima kasih, sementara gadis kecil di sampingnya tersenyum lebar, seolah tahu bahwa mereka telah melakukan sesuatu yang luar biasa.

Dengan langkah yang lebih tenang, Xin Lian dan Tianlan melanjutkan perjalanan mereka, meskipun perasaan yang baru itu masih menggelayuti Xin Lian. Perasaan yang tak bisa dia mengerti, namun semakin sulit untuk diabaikan.

***

Saat langkah mereka semakin menjauh dari desa, udara tiba-tiba terasa lebih berat, seolah ada sesuatu yang mengintai di balik bayang-bayang pepohonan. Xin Lian merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Sesuatu yang tak terlihat namun begitu nyata, seolah ada mata yang mengawasi setiap gerakan mereka.

Tianlan, yang sebelumnya tampak tenang, tiba-tiba berhenti. Matanya menyapu sekeliling, mencari tanda-tanda yang tak biasa. "Ada yang mengikuti kita," bisiknya, suara rendah namun penuh kewaspadaan.

Xin Lian menatap Tianlan dengan cemas. "Siapa?" tanyanya, namun sebelum Tianlan sempat menjawab, sebuah suara berat yang tidak dikenalnya terdengar dari belakang mereka.

"Jangan lari, serahkan gadis itu!"

1
Seojinni_
good
Ao_Ao_
semakin menarik kak, lanjut
Ao_Ao_
Tianlan yg terfitnah /Facepalm/
Ao_Ao_
mulai deh mulai /Facepalm/
Ao_Ao_
betullllll, aku suka MC yg realistis gini gak terlalu masalalu /Kiss//Kiss//Kiss/
Ao_Ao_
lawak banget dia nih, aku bahkan gak tau siapa aku? /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Ao_Ao_
lanjuttttt kak
Ao_Ao_
Aku suka banget yg MC nya licik licik gini /Kiss//Kiss//Kiss//Kiss/
Ao_Ao_
Yaaa bener sihhh tapi gak gitu juga kali /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Ao_Ao_
Kasian banget lian Thor
Ao_Ao_
🤣 ngakak banget
Ao_Ao_
aku suka semua cerita kakak
Arix Zhufa
Alur ceritanya lain daripada yg lain 😄
Seojinni_: 🤣 Ide author emg suka out of the box
total 1 replies
Arix Zhufa
semangat thor
Arix Zhufa
semangat up nya thor
Arix Zhufa
cerita yg berbeda dr novel lain nya...seruuu
Seojinni_: Perdukunan 😎
total 1 replies
Arix Zhufa
aq kesini thor...
awal yg menarik 😍
Seojinni_: Wow terimakasih kakak 😘💕
total 1 replies
Ayu Septiani
waaah xin lian di kuntit hantu jendral
Seojinni_: Tapi hantunya ganteng kak 🤭
total 1 replies
Arix Zhufa
Dasar orang tua tak tau diri...enak saja setelah anak nya dewasa & sukses baru mereka mencari
Seojinni_: Iya banyak jg ortu kyk gini di real life kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!