Widuri Azzahra, seorang gadis cantik yang lahir di Cianjur tepatnya di sebuah desa di kabupaten cianjur, namun saat ia sudah berusia 15 tahun Widuri di bawa pindah ke Bandung oleh kedua orang tuanya, Widuri tumbuh menjadi gadis cantik, saat ia menginjak sekolah menengah atas, Widuri bertemu dengan Galuh, selang beberapa bulan mereka berpacaran, namun salah satu pihak merugikan pihak yang lain, ya sayang sekali hubungan mereka harus kandas, karena Galuh yang kurang jujur.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuli Yanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21: Jejak Langkah Baru
Widuri merasa lega setelah pembicaraan itu. Dia tahu bahwa dia telah membuat keputusan yang tepat, dan kini saatnya dia fokus pada dirinya sendiri dan masa depannya.
Bersama Damar, Widuri merasa bahwa hidupnya perlahan-lahan mulai membaik. Dia merasa bahwa dia akhirnya menemukan seseorang yang benar-benar peduli padanya, seseorang yang tidak pernah memberikan harapan palsu.
---
Widuri merasa hidupnya semakin terarah. Hubungannya dengan Damar perlahan menjadi lebih dekat, meski mereka belum menyatakan apapun. Damar adalah sosok yang selalu hadir dengan tenang, tanpa menuntut atau memaksa.
Hari itu, Widuri menerima kabar yang mengejutkan. Surat pemberitahuan dari lomba seni tingkat provinsi datang, dan namanya tercantum sebagai salah satu finalis. Ia tidak percaya dengan apa yang dia baca.
"Serius? Aku masuk final?" Widuri berbicara sendiri sambil menggenggam surat itu dengan erat.
"Apa yang serius?" tanya Damar yang tiba-tiba muncul di belakangnya, membawa dua gelas es teh dari kantin.
Widuri menunjukkan surat itu dengan senyum lebar. "Aku masuk final lomba seni, Dam! Ini luar biasa!"
Damar membalas senyumnya. "Wah, aku sudah bilang kan, kamu pasti bisa. Kamu punya bakat yang luar biasa, Wid."
Mata Widuri berbinar-binar. "Tapi aku masih nggak percaya. Aku bahkan sempat ragu untuk ikut lomba ini. Kalau bukan karena kamu yang terus dorong aku buat maju, mungkin aku nggak akan sampai di sini."
"Ya itu karena aku tahu kamu bisa," ujar Damar sambil menepuk pelan pundaknya.
Persiapan lomba pun dimulai. Widuri lebih sering menghabiskan waktu di ruang seni, menyempurnakan lukisannya. Dia ingin karyanya menjadi yang terbaik, bukan hanya untuk memenangkan lomba, tapi juga untuk membuktikan pada dirinya sendiri bahwa dia mampu.
Di sela-sela kesibukannya, Galuh kembali mencoba memasuki hidupnya. Kali ini dengan cara yang lebih halus. Dia mengirimkan pesan singkat lewat teman-teman mereka, berharap bisa mengajak Widuri bertemu langsung.
Namun, setiap pesan itu diabaikan oleh Widuri. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak lagi terjebak dalam masa lalu.
Hari lomba tiba. Widuri merasa gugup, tapi juga bersemangat. Damar yang sejak pagi menemaninya berusaha menenangkan.
"Kamu nggak perlu khawatir, Wid. Fokus aja sama lukisanmu. Kamu udah kerja keras, dan itu yang paling penting," ujar Damar sambil tersenyum hangat.
Widuri mengangguk. "Iya, Dam. Aku akan melakukan yang terbaik."
Di ruang lomba, Widuri melihat peserta lain yang juga memamerkan karya mereka. Beberapa tampak sangat berbakat, dengan teknik yang jauh lebih kompleks. Tapi Widuri tidak merasa kecil hati. Dia tahu bahwa setiap lukisan memiliki cerita, dan ceritanya adalah tentang perjuangan untuk menjadi lebih kuat.
Setelah presentasi karya selesai, Widuri keluar dari ruang lomba dengan perasaan campur aduk. Dia tidak yakin apakah karyanya cukup baik untuk menang, tapi dia merasa puas telah memberikan yang terbaik.
Damar menunggu di luar dengan senyum lebar. "Gimana, Wid? Lancar?"
Widuri mengangguk. "Lancar sih, tapi aku nggak tahu hasilnya gimana. Mereka semua hebat-hebat, Dam."
"Jangan mikir hasil dulu. Yang penting kamu udah berusaha. Lagipula, aku yakin kamu punya peluang besar," ujar Damar.
Widuri hanya tersenyum kecil. Meski masih merasa gugup, kata-kata Damar selalu berhasil menenangkannya.
Beberapa hari kemudian, hasil lomba diumumkan. Widuri menatap layar ponselnya dengan tangan gemetar. Dia menutup matanya sejenak sebelum membuka pesan itu.
Dia membaca namanya di daftar pemenang. Tidak hanya menjadi finalis, Widuri memenangkan juara pertama!
Air mata mengalir di pipinya. Dia tidak percaya bahwa kerja kerasnya akhirnya membuahkan hasil.
Di sisi lain, Galuh mendengar kabar itu dari teman-temannya. Dia merasa campur aduk antara senang dan semakin menyesal. Widuri semakin jauh dari jangkauannya, dan dia tahu bahwa tidak ada yang bisa dia lakukan untuk memperbaiki semuanya.
Di tengah penyesalannya, Galuh mencoba menulis pesan terakhir untuk Widuri, berharap bisa menyampaikan perasaan terdalamnya. Tapi, saat dia mengetik, dia sadar bahwa mungkin yang terbaik adalah membiarkan Widuri pergi dan fokus memperbaiki dirinya sendiri.
Dia akhirnya menghapus pesan itu, lalu mematikan ponselnya.
Kemenangan itu menjadi titik balik bagi Widuri. Tidak hanya mendapatkan penghargaan, dia juga diundang untuk mengikuti pameran seni di tingkat nasional. Meski merasa gugup, dia yakin bahwa ini adalah kesempatan besar yang tidak boleh dia sia-siakan.
Damar tetap menjadi pendukung setianya, selalu hadir di setiap langkahnya. Dia tahu bahwa dengan Damar di sisinya, tidak ada hal yang tidak bisa dia hadapi.