[TAMAT] Tiba-tiba 7 orang dari keluarga Handoko meninggal dunia selang dua hari sekali. Ketuju itu semua laki-laki dan dimakamkan berjejer dimakam keluarga.
Dewi salah satu anak perempuan dikeluarga Handoko, sangat teramat penasaran dengan kejadian ini. Semua keluarganya diam seribu bahasa, seolah-olah semua ini takdir Tuhan. Disitulah awal Dewi akan mencari tahu masalah demi masalah dikeluarga ini.
Ikuti terus kisahnya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siswondo07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemenangan Pertama
Ucok dipecat oleh Jose, kini dalam perjalanan pulang naik angkot arah ke Komplek Muara Air, dalam angkot yang renggang, ia menghubungi Jaya diujung telepon.
Suara BIP tiga kali akhirnya diangkat oleh Jaya. "Cok, kenapa?" Tanya Jaya diujung telepon.
"Saya dipecat Jose, saya mau pulang." Ungkap Ucok.
"Ya sudah, sini bantu-bantu warga buat bersihin puing-puing." Ungkap Jaya.
"Ok." Jawab Ucok. Ucok lalu mematikan sambungan telepon itu.
Saat didalam angkot dan berhenti saat lampu merah, Ucok kaget, matanya melebar melihat mobil Handoko yang ditumpangi Jose berhenti disampingnya, lekas Ucok menutup pintu jendela angkot. Ucok mulai berpikir keras apakah Jose akan ke kompleknya untuk melakukan jual beli tanah. Menginggat Ayahnya sudah meninggal kini ia meneruskan ambisi Ayahnya. Segeralah Ucok akan menghubungi kembali Jaya namun baterai diponselnya tinggal satu persen dan tiba-tiba mati total karena kehabisan baterai. Ucok mulai panik kala lampu merah sudah hijau dan mobil yang ditumpangi Jose sudah duluan, sementara angkotnya masih berjalan lambat..
Ucok yakin Jose ke kompleknya untuk meminta para warga menjual tanahnya yang terbakar.
-
Mobil Jose sudah sampai didepan gapura Komplek Muara Air, Agus membuka pintu mobil, Jose lalu keluar dari mobilnya dan membawa sebuah berkas. Jose dan Agus berjalan masuk kedalam komplek.
Agus lalu memanggil semua warga untuk berkumpul karena ada pengumuman penting.
Semua warga berbondong-bondong berkumpul. Saat Jaya melihat hal itu, lekas berpikir bahwa Ucok pasti sudah tahu hal ini dan nggak akan pulang ke komplek ini. Jaya lekas berjalan cepat menemui Pak RT dan Kakaknya dirumah Warga.
Saat diruang tamu, Jaya berkata bahwa Jose anak Handoko datang ke komplek ini.
"Kakak jangan keluar, tetap disini, Jose tahu dan kenal betul kakak, jadi biar tidak ada rasa curiga kakak bersembunyi disini." Ungkap Jaya.
"Ia Dek." Jawab Rohman.
"Ayok Pak RT, kita temui Jose." Ungkap Jaya pada Pak RT.
Lalu Pak RT dan Jaya melangkah cepat menuju ke arah kerumunan warga.
Jose dan Agus yang berada ditengah kerumunan itu mulai menyiapkan kata-kata ampuh untuk menarik minat warga menjual tanahnya.
Agus mulai memberikan arahan untuk tenang karena Jose akan berkata. Ketika suasana sudah tenang, Agus memberikan kesempatan Jose untuk berkata.
"Silakan Pak." Ucap Agus mempersilahkan Bos berkata.
"Maaf Bapak-Ibu sekalian. Saya Jose anak dari Bapak Handoko yang sudah wafat beberapa hari yang lalu. Saya sekeluarga turut berduka cita atas musibah kebakaran dikomplek ini.
Banyak hal yang bisa ibu pikirkan untuk membangun kembali rumah yang sudah terbakar akan membutuhkan banyak biaya. Maka dari itu saya disini memberikan solusi jual beli diatas harga tanah itu, agar kalian bisa beli rumah dan tanah yang lebih layak.
Saya akan memberikan bonus juga disetiap warga yang menjual tanah sekarang ini pada saya, uangnya langsung saya kasih ke kalian. Silakan bisa berdiskusi kepihak keluarga. Saya tunggu." Ungkap panjang lebar Jose dengan nada yang manis.
Semua warga mendengar hal itu mulai berdiskusi satu sama lain, nampaknya tidak ada pilihan lain selain menjual tanah ini.
Sementara Jaya dan Pak RT mendengar hal itu berusaha memberitahu warga atas kesepakatan yang dulu sudah setujui bersama. Nampaknya para warga saat ini sudah terbuai oleh uang dan pembelian diatas harga tanah ini. Para warga nampak menganggukkan kepalanya tanda setuju dengan keputusan akhir.
"Bagaimana keputusannya Bapak/Ibu?" Tanya Jose dengan senyuman manis.
Lalu satu persatu warga mulai setuju untuk menjualnya dan begitupun seterusnya hingga semua warga sepakat dan menjual dihati itu juga. Uang dan kekuasaan memang membuat Jose menang telak.
Semua warga mulai antri menandatangani berkas surat satu persatu dan mendapatkan uangnya langsung.
Saat itu rasa kecewa Jaya dan Pak RT sudah tidak bisa dibendung lagi. Tidak bisa berbuat apa-apa karena inilah keputusan warga.
Saat selesai serah terima surat tanah pada Jose, saat itulah Jose dan Agus mengucapkan banyak terima kasih pada warga dan pamit pulang. Saat akan meninggalkan komplek itu Jose melihat Pak RT dan Jaya dari kejauhan, Jose tersenyum penuh kemenangan.
Jaya dan Pak RT hanya bisa diam dan menatap lekat wajah kelicikan Jose.
Jose lalu berjalan menuju ke mobil. Namun saat itu Jose kaget berpapasan dengan Ucok. Tatapan Jose begitu tajam, begitupun Ucok.
Jose masuk mobilnya, sementara Ucok masuk ke komplek.
Didalam Mobil Jose berkata bahwa rasa curiganya selama ini dengan Ucok adalah benar. Ucok adalah bagian dari Komplek ini dan menjadi mata-mata dirumahnya, sungguh cerdik sekali. Jose lekas menutup jendela mobilnya dan berkata intuk segera pulang kerumah. Mobilpun berjalan meninggalkan komplek itu.
Dalam perjalanan pulang, Agus mengucapkan kata-kata pada Jose.
"Selamat Pak akhirnya berhasil mendapatkan komplek itu." Ungkap Agus dengan senyuman.
"Terima kasih Gus. Sudah saya transfer bonusmu." Jawab Jose dengan wajah semringah.
"Wah terima kasih banyak Pak." Senyum Agus mendengar dapat rezeki nomplok.
Mobil lekas melaju dengan kencang membelah jalanan yang tidak macet.
-
Ucok berjalan lemas menuju ke kerumunan warga yang sudah bubar untuk packing sisa barang yang terselamatkan. Saat itu Ucok melihat kearah Jaya dan Pak RT yang berdiri didepan rumah warga.
Saat sudah mendekatinya, Ucok berkata "Apa yang terjadi Pak?" Tanya Ucok dengan muka khawatir.
"Kita sudah tidak bisa mempertahankan komplek ini Nak. Semua keputusan ada ditangan warga, semua warga sudah memutuskan menjual tanah ini langsung. Jadi tugas saya sebagai RT sudah berakhir sampai disini. Saya akan pulang ke rumah anak saya dikota lain. Kalian harus cari tempat lain. Bapak Pamit." Ungkap Pak RT panjang lebar, sekaligus pamit untuk pergi karena tugasnya sudah selesai.
Istri Pak RT pun sudah menjual tanah itu ke Jose, karena tanah itu milik orang tua Istrinya.
Jaya kala itu tidak bisa mengucapkan kata-kata lagi, hanya diam dan sudahlah.
Ucok setelah mendengar ucapan Pak RT. Tiba-tiba Mamak Ucok menghampirinya dan berkata.
"Nak, ayok kita pindah sementara waktu ke rumah pamanmu, sekalian kita cari rumah yang baru. Tanah sudah Mamak jual." Ungkap Mamak Ucok.
Ucok hanya diam sesaat, tidak ada kata-kata lain. Lalu Ucok pergi dengan mamak untuk menuju ke rumah Pamannya.
Saat Ucok sudah pamit dan pergi. Kini Pak RT dan Jaya melihat para Warga satu persatu berjalan meninggalkan komplek Muara Air untuk selamanya. Saat itulah Pak RT menanyakan tujuan Jaya selanjutnya.
"Bagaimana dengan dirimu Nak. Mau kemana kamu?" Tanya Pak RT pada Jaya disampingnya.
"Saya dan Kakak besok akan pulang ke kampung. Saya akan bantu Dewi menyelesaikan masalahnya." Jawab Jaya.
Pak RT lalu menepuk pundak Jaya, lalu berkata "Semoga berhasil, Bapak selalu mendoakan dari jauh. Bapak Pamit pergi." Ungkap Pak RT. Lalu Pak RT melangkah pergi meninggalkan Jaya.
Jaya lalu lekas pergi kedalam rumah warga untuk menemui Kakaknya.
Didalam rumah area ruang tamu. Jaya duduk disamping Kakaknya. Lalu berkata "Kak, besok kita pulang kampung. Bapak sama Ibu rindu dengan kita. Mereka pasti bahagia kita bisa kumpul lagi." Selesai berkata, Jaya menolehkan kepalanya kearah kakaknya dan menatap lekat mata kakak yang merasa lelah.
"Ia Dek." Jawab Rohman.
*
..
..