Benih Sang CEO Arogan

Hari Ini adalah hari di mana Elkan dan Risma, berangkat berlibur ke luar negeri.

Sejak awal berangkat sampai sekarang, Elkan hanya terus diam, tak bersemangat. Risma sampai di buat bingung dengan sikap Elkan yang seperti itu.

"Kenapa kamu nampak tak begitu senang, El?." Tanya Risma, seraya mengamati wajah Elkan yang nampak lesu.

"Aku hanya sedang kepikiran pekerjaan saja." Jawabnya memberi alesan.

"Kita ini akan pergi liburan.. harusnya kamu lepas semua beban pekerjaan mu. Mari kita bersenang-senang menikmati waktu kita."

Elkan tak merespon, lelaki itu hanya menatap wajah Risma dengan tatapan datar. Entah kenapa, Risa sudah tak lagi terlihat mengesankan seperti dulu lagi.

"Kenapa, El? kenapa akhir-akhir ini kamu terlihat cuek sekali?."

Wajah Risma sudah mulai cemberut. Sikap yang Elkan berikan, membuat hatinya kecewa.

"Aku lelah. Biarkan aku istirahat."

Tanpa menghiraukan perasaan Risma, Elkan memejamkan kedua matanya sambil menyender di kursi pesawat.

Sejak insiden batal makan malam tempo hari, membuat cinta Elkan semakin hambar. Mungkin, dia sudah berada di titik jenuh kepada sikap Risma yang mudah marah dan selalu ingin di mengerti tanpa mau mengerti balik.

Sementara itu, Risma hanya bisa memandangi wajah Elkan dengan tatapan sendu. Dia tak menyangka kalo Elkan bisa berubah seperti ini.

"Kenapa kamu tak selembut dan sesabar dulu, El?." Tanya Risma lirih, penuh kesedihan.

"Memangnya aku kenapa? Perasaan, aku biasa-biasa saja." Jawab Laki-laki itu dengan mata terpejam.

"Sekarang kamu cuek dan dingin. Aku rindu Elkan yang selalu ngertiin aku dan menuruti semua kemauan ku."

"Contohnya?."

"Di saat aku sedang marah, kau akan membujuk ku dengan penuh kelembutan, bukan malah kau ikut marah juga seperti tempo hari."

Elkan tersenyum smirk. Penyataan Risma terdengar lucu sekali.

"Aku sudah jenuh dan lelah."

"Maksudnya?."

Risma mengamati wajah Elkan yang masih setia memejamkan kedua matanya sambil bersedekap tangan. Nampaknya, pembicaraan ini tak di anggap serius oleh laki-laki itu.

"Aku sudah lelah menjalin hubungan ini. Hubungan kita sudah tidak sehat, penuh dengan dusta."

Deg!

Risma nampak kaget sekali saat mendengar perkataan dari Elkan. Apakah laki-laki itu sudah sadar kalo selama ini Risma ada main di belakangnya?.

Karena tak ada respon lagi dari Risma, Elkan pun membuka kedua matanya, lalu memandang wajah Risma yang telah berubah pias.

"Aku tahu kalo selama ini kau tak sepenuh hati mencintaiku, tapi karena kita sudah terikat dalam dua belah keluarga, maka dari itu aku tetap mempertahankan hubungan ini, meskipun terasa sangat hambar dan berat."

Elkan menjeda kalimatnya untuk menarik napas panjang.

"Dan asal kau tahu, aku juga tau kalo kau bermain dengan laki-laki lain di belakangku, tetapi aku tidak mempermasalahkannya karena aku juga pun sama." Sambungnya.

Risma menggeleng pelan. Dia tak menyangka kalo ternyata Elkan tahu segalanya.

"Elkan.. maafkan aku." Sesalnya.

Risma menggenggam tangan Elkan, memohon dengan wajah penuh rasa bersalah.

"Aku telah memaafkan mu. Kita sama-sama salah."

Risma, tak tahu harus berkata-kata apa lagi. Wanita itu langsung memeluk tubuh kekar Elkan.

"Maaf.. kumohon, sikapmu kembalilah seperti dulu lagi, aku tak sanggup di cuek'in olehmu " Lirihnya.

Elkan tak langsung menjawab. Laki-laki itu nampak menimang-nimang permintaan Risma.

"Jangan cuek lagi ya, El?." Mohonnya dengan wajah mengiba.

"Akan ku coba."

"Elkan!."

Risma kesal dengan jawaban yang Elkan berikan.

"Apa yang kau inginkan? Aku akan melakukan apapun untuk membuatmu tak marah lagi padaku." Bujuk Risma.

"Aku tidak marah padamu. Aku hanya sedang lelah saja dengan hubungan kita."

Risma menatap wajah Elkan dengan mata berkaca-kaca. "Elkan... " Panggilnya lirih.

"Hm?."

"Kau mau kehangatan ranjang dariku 'kan?."

Elkan, speechless. Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba wanita itu menanyakan masalah itu? Apakah dia sudah siap untuk melakukannya?.

"Aku mau melakukannya sekarang, El. Yang penting kau tak bersikap dingin dan cuek lagi padaku."

"Apa kau serius dengan kata-kata mu itu?."

Risma mengangguk yakin. "Tentu saja yakin."

Perlahan-lahan, senyum Elkan kembali terbit di bibir sexy-nya. Kalo menyangkut tentang urusan ranjang, sudah pasti membuat mood-nya langsung membaik.

"Baiklah."

Tanpa Elkan sadari, sebenarnya Risma sedang cemas. Wanita itu meremas kedua tangannya sendiri dengan perasaan yang gelisah.

"Embbb.. El.."

"Ada apa?."

"Enggak jadi, hehe."

"Jangan takut, jika ada yang ingin kau kau sampaikan, bicarakan saja." Desak Elkan.

"Kita bicarakan setelah sampai di penginapan saja."

"Ya sudah."

Mereka berdua saling tersenyum. Semoga saja setelah melakukan hubungan ranjang, hubungan mereka bisa membaik lagi.

.

.

.

Di sisi lain..

Alsa sedang berada di rumah sendirian. Dia jadi merasa gelisah tanpa tau sebabnya. Sudah mencoba mengalihkan dirinya untuk beraktivitas, supaya tidak banyak melamun dan berfikiran yang tidak-tidak, tetapi hatinya masih tetap tak nyaman.

Prang!

Gelas susu yang baru saja di buat tiba-tiba jatuh ke lantai. Untung saja, pecahan beling tersebut tak mengenai kakinya.

"Ada apa ini, ya Tuhan? Kenapa perasaanku tidak enak?." Batinnya.

Wanita itu bergegas membersihkan beling yang berceceran di lantai, tak lupa juga ia mengepel lantainya sampai bersih, biar tidak licin.

Setelah semuanya beres, Alsa memutuskan pergi ke ruang tengah sambil bermain media sosial, berharap agar pikirannya bisa teralihkan. Namun, ia malah tak sengaja melihat postingan Elkan, 30 menit lalu.

Seketika saja langkahnya langsung terhenti, Alsa meng-zoom foto liburan Elkan dan Risma, supaya terlihat lebih jelas. Mereka berdua nampak bahagia sekali menikmati moment liburannya.

Mata Alsa mulai berkaca-kaca. Meskipun Elkan hanya laki-laki yang membayarnya sebagai pemuas nafsu saja, tapi rasa cemburu tetap hinggap di hati Alsa.

Berhari-hari sudah hidup bersama, membuat Alsa mulai nyaman dan ketergantungan pada Elkan, hingga tanpa sadar, rasa suka sudah mulai hinggap di hatinya.

"Kenapa sakitnya seperti orang yang sedang di khianati? Padahal, di sini akulah yang menjadi orang ketiga bagi hubungan mereka, tetapi kenapa rasanya sesakit ini?."

Tes!

Alsa tak dapat lagi menahan derai air matanya. Dia tak menyangka kalo hatinya bakal sesakit ini.

Bruk!

Pada akhirnya, tubuh Alsa jadi limbung di atas lantai yang dingin. Semua persendiannya mendadak jadi lemas tak bertenaga lagi setelah melihat kemesraan Elkan dan Risma.

Entah ini karena hormon hamil atau gimana, Alsa merasakan sakit hati yang luar biasa, sehingga wanita itu tak dapat menahan kesedihannya lagi.

"Sadar, Sa. Di milik orang lain, bukan milikmu. Kamu hanya di anggap sebagai persinggahan sementara, jangan berharap lebih padanya. Hiks.." Batin Alsa menyadarkan diri sendiri.