NovelToon NovelToon
SISTEM : GAME PENGHASIL UANG

SISTEM : GAME PENGHASIL UANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Mengubah Takdir / Kaya Raya
Popularitas:14.3k
Nilai: 5
Nama Author: slamet sahid

Dimas, seorang Mahasiswa miskin yang kuliah di kota semi modern secara tidak sengaja terpilih oleh sistem game penghasil uang. sejak saat itu Dimas mulai mendapat misi harian
misi khusus
misi kejutan
yang memberikan Dimas reward uang IDR yang melimpah saat misi terselesaikan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon slamet sahid, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BELI dan RENOVASI

Masa Sekarang..

Malam itu, selepas Isya, suasana rumah begitu tenang. Dimas baru saja pulang dari Masjid di tengah desa, terlihat agak letih tetapi raut wajahnya membawa ketenangan.

Ibunya, Ngatmi, telah menyiapkan makan malam sederhana yang biasa mereka nikmati bersama. Rumah itu, meski sederhana dan tampak usang, selalu menjadi tempat di mana kehangatan sebuah keluarga dapat dengan mudah dirasakan begitu nyata.Dimas melepaskan sepatunya di pintu depan, mencium tangan Ibunya seperti yang selalu ia lakukan setiap kali tiba di rumah.

“Assalamualaikum, Bu,” sapa Dimas lembut.

“Waalaikumsalam, Nak. Sudah makan di jalan? Ibu sudah siapkan sedikit makanan kalau kamu mau makan lagi,” jawab Ngatmi dengan senyum yang menenangkan.Dimas menggeleng pelan. “Saya masih agak kenyang, Bu. Ibu istirahat saja, Tapi, sebelumnya aku cuma mau ngomong sebentar dengan Ibu.”

Setelah menyiapkan secangkir teh untuk mereka berdua, Ngatmi duduk di hadapan Dimas, menunggu putranya mulai bicara. Dimas, yang biasanya tenang, tampak sedikit ragu untuk memulai percakapan pada malam itu.

Ia menatap Ibunya, berusaha merangkai kata-kata yang telah ia pikirkan selama beberapa hari ini.

“Ibu,” Dimas memulai dengan hati-hati, “Aku sudah memikirkan ini cukup lama. sebelum pertemuan keluarga kita tadi pagi.

Aku ingin membicarakan tentang membeli rumah dan tanah warisan dari Kakek ini.

”Ngatmi sedikit terkejut, matanya melebar.

“Warisan Kakek? Apa yang kamu pikirkan, Nak..bukankah temanmu yang akan membelinya?”

“ Itu semua hanya karanganku saja Bu, Akulah sebenarnya ingin membeli tanah dan rumah ini, Bu,” kata Dimas tegas, meski suaranya tetap lembut.

“Aku tahu, tanah ini diwariskan kepada semua anak Kakek, termasuk Ibu. Tapi aku ingin memastikan bahwa rumah ini tetap menjadi milik kita sepenuhnya. Aku ingin membeli bagian dari paman dan bibi, agar kita bisa membangun ulang rumah ini.

”Ngatmi terdiam sejenak. Pikirannya melayang ke masa lalu, saat Kakek masih hidup dan bagaimana tanah ini selalu menjadi pusat keluarga.

“Tapi, Nak, mengapa kamu ingin membeli tanah ini? Rumah ini saja tinggal menunggu roboh. Rumah ini sudah lama butuh renovasi.

Apa yang kamu rencanakan?”

Dimas mengambil napas dalam-dalam, mencoba menenangkan perasaannya. “Bu, aku ingin kita membangun rumah baru di atas tanah ini. Rumah yang lebih nyaman, yang bisa menampung semua kebutuhan kita.

Aku ingin membangun rumah dua lantai, dengan fasilitas yang lengkap. Rumah ini memang sudah sangat tua, Sudah waktunya di ganti Bu. Banyak bagian yang sudah mulai rapuh, dan aku khawatir kalau dibiarkan begitu saja, suatu saat akan menjadi masalah.”

Ngatmi kembali terdiam, merenungi kata-kata Dimas. Rumah ini memang sudah tua. Dinding kayu yang mulai lapuk, atap yang bocor di beberapa tempat, dan lantai yang sudah mulai berderit ketika diinjak. Namun, di balik semua itu, rumah ini penuh dengan kenangan. Kenangan manis saat Dimas masih kecil, kenangan bersama suaminya yang telah tiada,kenangan bersama putrinya dan tentu saja, kenangan bersama kedua orang tuanya. dan dua adik lelakinya.

“Aku tahu ini terasa berat untuk Ibu,” lanjut Dimas, seolah bisa membaca pikiran Ibunya. “Tapi aku pikir ini adalah langkah terbaik untuk kita. Aku ingin membangun rumah yang lebih baik, agar Ibu dan Danik bisa tinggal dengan nyaman. Aku tidak ingin Ibu khawatir tentang atap bocor atau dinding yang mulai lapuk. Ibu sudah cukup berjuang untuk kita. Sekarang biarkan giliranku untuk yang menjaga Ibu dan Adikku.”

Ngatmi tersenyum tipis, merasa terharu dengan perhatian Dimas. Ia menyadari betapa besar cinta dan tanggung jawab yang dipikul oleh putranya.

“Kamu benar-benar sudah dewasa, Dimas. Ibu bangga melihatmu menjadi pria yang bertanggung jawab. Tapi bagaimana dengan warung ini? Warung ini juga bagian dari hidup kita.

”Dimas mengangguk, sudah menduga pertanyaan itu akan muncul. “Bu, warung ini memang penting bagi kita. Tapi aku ingin Ibu menikmati masa tua dengan lebih tenang. Ibu tidak perlu lagi repot mengurus warung setiap hari. Ibu sudah bekerja keras selama bertahun-tahun, sudah saatnya Ibu beristirahat.”

“Aku ingin Ibu pensiun, Bu,” lanjut Dimas. “Aku ingin Ibu menikmati hidup dengan melakukan hal-hal yang Ibu sukai. Ibu kan suka berkebun. Aku akan membuat kebun sayur di halaman yang luas. Ibu bisa menanam sayur-mayur di sana, menikmati waktu dengan tenang, tanpa harus pusing memikirkan warung.”

Ngatmi tidak bisa menahan senyum saat mendengar rencana Dimas. Ia memang menyukai berkebun, meski selama ini waktu dan tenaganya lebih banyak tercurahkan untuk warung.

“Menanam sayur di halaman? Itu terdengar menyenangkan, Nak. Tapi, apakah kamu yakin bisa menangani semua ini sendiri, Apakah kau benar punya cukup uang untuk mewujudkan semua idemu ini?”

“Ibu, tenang saja, aku sudah memikirkan ini baik-baik, Dan jangka waktu satu minggu untuk mengabari Paman Mukhlis dan paman Mukson InsyaAllah terselesaikan” jawab Dimas, meyakinkan.

“Aku sudah menyusun rencana untuk membangun rumah baru. Aku juga sudah berbicara dengan seorang arsitek yang akan membantu kita mewujudkan rumah yang kita inginkan. Aku akan bekerja lebih keras untuk memastikan semuanya berjalan lancar.(maksud Dimas di dalem hatinya bekerja keras main game cacing)Ibu tidak perlu khawatir tentang biaya, aku akan menanggung semuanya.”

Ngatmi terharu mendengar keteguhan hati Dimas. Meskipun merasa berat meninggalkan rumah dan warung yang penuh kenangan, ia juga merasakan kebahagiaan dan kebanggaan yang mendalam terhadap putranya. Ia tahu, keputusan ini bukanlah hal yang mudah bagi Dimas, tetapi ia juga tahu bahwa Dimas hanya ingin yang terbaik untuk mereka.

“Baiklah, Dimas,” kata Ngatmi akhirnya, suaranya lembut dan penuh kasih sayang. “Ibu setuju dengan rencanamu. Ibu akan pensiun dan menikmati masa tua dengan menanam sayur-mayur di kebun yang kamu buat nantinya. Ibu percaya kamu akan melakukan yang terbaik untuk kita.”

Dimas tersenyum lega, merasa beban di hatinya berkurang setelah mendapatkan restu dari Ibunya. “Terima kasih, Bu. Aku janji, kita akan menjalani hidup yang lebih baik.

Aku ingin melihat Ibu bahagia dan menikmati hidup tanpa harus bekerja keras lagi.”

Ngatmi mengangguk pelan, matanya berkaca-kaca karena haru. Ia menggenggam tangan Dimas dengan erat, merasakan kehangatan yang selalu membuatnya merasa tenang. “Ibu percaya padamu, Nak. Kamu anak yang baik dan bertanggung jawab. Ibu hanya ingin kamu tahu bahwa Ibu selalu bangga padamu.”Malam itu, mereka berdua berbicara panjang lebar tentang rencana pembangunan rumah baru. Dimas menceritakan dengan antusias bagaimana rumah itu akan dibangun. Ia berbicara tentang lantai dua yang akan dibangun dengan kamar tidur tambahan dan ruang keluarga yang luas. Di lantai bawah, akan ada ruang tamu yang nyaman, dapur modern, dan kamar untuk Ngatmi yang menghadap ke kebun kecil di halaman belakang.

“Kita nantinya juga bisa menanam beberapa pohon buah di halaman belakang, Bu,” kata Dimas dengan semangat. “Aku ingin halaman rumah kita hijau dan asri, tempat yang nyaman untuk Ibu beristirahat dengan Danik dan menikmati hari-hari dengan tenang.”Ngatmi hanya bisa tersenyum mendengarkan putranya yang penuh semangat. Ia tahu, Dimas melakukan semua ini bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk memastikan bahwa Ibu dan di temani Adiknya bisa hidup dengan tenang dan nyaman di sisa usianya.

Rencana-rencana besar itu terasa begitu nyata di benaknya, dan ia merasa bersyukur memiliki anak seperti Dimas yang begitu memperhatikannya.Mereka juga berbicara tentang bagaimana mereka akan mengelola tanah yang ada.

Dimas berencana untuk mengalokasikan sebagian besar tanah itu untuk kebun sayur dan tanaman hias yang disukai Ngatmi. Ia juga ingin membuat taman kecil dengan kolam ikan di salah satu sudut halaman, tempat di mana Ngatmi bisa bersantai dan menikmati waktu luangnya.Ngatmi merasa hatinya semakin tenang mendengar semua rencana itu. Meskipun pada awalnya ia merasa berat meninggalkan warung yang telah menjadi bagian dari hidupnya selama ini, tetapi kini ia mulai merasakan kebahagiaan dan ketenangan yang ditawarkan oleh masa pensiun yang direncanakan oleh Dimas.

“Dan lagi, Bu,” tambah Dimas sambil tersenyum, “Kita bisa memasak dengan bahan-bahan segar dari kebun kita sendiri. Aku yakin hasil sayuran Ibu akan lebih sehat dan enak daripada yang kita beli di pasar.”

Ngatmi tertawa kecil, merasa lucu dengan cara Dimas menggambarkan masa depan mereka. Ia bisa membayangkan dirinya memetik sayuran segar dari kebun bersama putrinya, memasaknya di dapur modern, dan menyajikannya di meja makan yang nyaman.

1
Max Dillon
mc bodoh, sudah senang sikit ibu yang susah dilupakan
🇵 🇱 🇺 🇹 🇴: terimakasih udah mampir. Maaf tidak ada maksud begitu Bang .
total 1 replies
Alfathir Paulina
kok ceritanya ganti jd mistis🤔🤔
🇵 🇱 🇺 🇹 🇴: kalau ini saya sengaja menghadirkan musuh utama pertama yang berbau mistis di daerah saya. 😅 Pokoknya Mohon Maaf jika masih sangat banyak kekurangan. terimakasih hadirnya.
total 1 replies
Alfathir Paulina
kenapa jd cerita masa lalu🤦‍♀️🤦‍♀️
🇵 🇱 🇺 🇹 🇴: Terimakasih hadirnya. Mohon maaf tahap belajar, sebenarnya itu hanya kilas balik (agak panjang sih 😅)
total 1 replies
argha putera
mending stop bawa agama bro novel ginian.
argha putera
bawa2 agama lagi novel genre ginian. hadehhh
argha putera
tks gk lanjut baca. novel sampah juga ternyata.
🇵 🇱 🇺 🇹 🇴: terimakasih sudah mampir,
total 1 replies
argha putera
ini novel mcnya siapa ya? kok malah sibuk nulisin percakapan pemeran pembantu?
argha putera
panel sistem kebanyakan. hadehh di buat sederhana aja kali. jd males liat novel sistem yg panel profilenya sengaja dibuat banyak cm demi nutup target kata.
🇵 🇱 🇺 🇹 🇴: terimakasih masukannya
total 1 replies
Hana
lanjut
🇵 🇱 🇺 🇹 🇴: Terimakasih hadirnya.
total 1 replies
RidhoNaruto RidhoNaruto
👍
.
RidhoNaruto RidhoNaruto
👍
Nino Ndut
ijin nanya thor, pas mc dpt 1jt tuh dia ngapain ke rumah ibu kos klo g bayar kos..lah ini blom bayar malah kabur pas bu rt ngomong kek gitu..knp g lempar aj ke mukanya atau mc bisa mulai cari kosan lain..
argha putera: lebay. alibi sangking ting-tingnya. ada lagi aja novel mc banci
🇵 🇱 🇺 🇹 🇴: Maaf, saking 'ting-tingnya' Dimas saat itu Kawan. Terimakasih sudah sudi berkomentar.
total 2 replies
Danang Romadhon
upp
Kafa Dayu
crazy up tor yg banyak 👌👌👌👌👌👌👌
🇵 🇱 🇺 🇹 🇴: Mohon Maaf, sebenarnya ide ada, tapi masih dikepala Kawan, jadi terpaksa di tuang satu persatu. terimakasih sudah hadir Komen.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!