"Cih! Aku tak kan pernah mau menikah dengan lelaki yang sudah tua. Apalagi umurnya hampir sebaya dengan bapak ku."
Batin Nisha seakan tak terima saat mata liar Ridwan memandang kemolekan tubuh nya dengan penuh nafsu.
Nisha terpaksa melayani nafsu bejat pria setengah baya itu untuk membayar hutang ibu nya.
Semua tragedi hidup Nisha, berawal dari hasrat Ridwan yang ingin memperistrinya.
Pria itu cemburu buta saat Nisha tampak berduaan dengan kekasihnya Farel. Ridwan pun menuntut Nisha untuk membayar semua hutang budi yang pernah ia berikan pada Nisha dan keluarganya dengan cara ia harus menyerahkan tubuhnya pada Ridwan.
Nisha pun hamil di luar nikah dan terpaksa menikah dengan Ridwan. Lelaki tua yang tak di cintainya.
Bagaimana nasib Nisha selanjutnya ?
Jangan lupa kepoin ceritanya y 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afriyeni Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AWAL YANG MENYAKITKAN
Prang!
Suara gelas pecah dari arah belakang kedai mengejutkan Buk Ratna dan beberapa pengunjung yang membeli minuman. Wanita setengah baya itu bergegas menuju pintu belakang dan tertegun menyaksikan Nisha yang gemetaran memungut serpihan gelas yang pecah di atas lantai dapur. Mulutnya berdecak seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Nisha! Apa yang terjadi?"Jeritan Buk Ratna terdengar keras dari disusul langkah kaki nya yang setengah berlari menuju dapur.
Gadis cantik itu menoleh dengan pandangan tertunduk takut menatap ke arah Bu Ratna. Rona wajahnya terlihat putih tak berdarah karna takut di marahi oleh Bos nya itu.
"Maafkan saya buk, saya tak sengaja."ucap Nisha.
Nada suaranya terdengar pelan menyiratkan rasa takut yang teramat sangat.
Bu Ratna pun berjongkok didepan Nisha dan menyentuh bahu gadis itu lembut. Hatinya tak tega memarahi gadis itu. Beliau tau, Nisha pasti tak sengaja menjatuhkan gelas itu ke lantai. Namanya juga barang pecah belah, gelas pecah adalah resiko dari bisnis nya.
"Gak apa-apa Nisha, jangan takut. Ibuk tak kan memarahi mu. Lain kali kamu hati-hati kerjanya. Yang paling penting, jangan sampai kamu terluka." ujar Buk Ratna maklum.
Deretan kalimat yang menyentuh hati dari Bu Ratna membuat hati Nisha merasa lega. Perasaan bersalah yang menghimpit di hatinya seketika sirna berganti rasa haru.
"Iya buk, lain kali saya akan lebih hati-hati lagi." sahut Nisha lirih.
Nisha mengangguk patuh seraya mengusap peluh yang menetes di dahi serta wajahnya.
Bu Ratna tersenyum dan menepuk bahu Nisha pelan.
"Ya udah, bersihkan kaca-kaca itu segera. Jangan sampai ada yang tertinggal. Jika tidak, kacanya bisa melukai kaki mu dan pekerja yang lain. Setelah itu, ber istirahat lah sebentar. Jangan terlalu memaksa kan diri. Ibuk tak mau kamu jatuh sakit lagi." kata Buk Ratna kemudian.
Deg!
Ucapan Bu Ratna yang penuh perhatian membuat hati gadis cantik itu makin terharu.
Kebaikan hati Bu Ratna membuat Nisha sangat menghormati nya. Selain menjadi Bos yang baik, Bu Ratna seperti ibu kedua bagi Nisha.
"Iya buk, makasih atas kebaikan ibuk." jawab Nisha terharu.
Airmata gadis itu mulai bergenang di pelupuk matanya yang indah kecoklatan.
Bu Salma kembali tersenyum simpul. Beliau pun mengusap rambut gadis itu lembut.
"Ya udah, Ibuk mau kembali ke meja kasir." Ujar Bu Ratna seraya bangkit dan beranjak pergi meninggalkan gadis cantik yang malang itu dengan perasaan iba.
Bagi dirinya, Nisha mengingatkannya pada almarhum putri nya yang meninggal karna penyakit kronis. Andai anak gadisnya itu masih hidup, mungkin dia seusia Nisha. Itu sebabnya, ia sangat kasihan pada Nisha yang mau bekerja keras membanting tulang demi membantu meringankan beban ibu nya yang janda.
☘️☘️☘️☘️☘️
Tak terasa waktu bergulir cepat.
Sudah waktunya pulang kerja. Kedai minuman Bu Ratna sudah berangsur tutup. Nisha baru saja keluar dari kedai minuman milik Bu Ratna dengan wajah yang terlihat kuyu dan letih. Fisiknya masih belum stabil setelah keluar dari rumah sakit kemarin. Nisha memaksakan dirinya untuk bekerja setelah seharian libur. Ia tak mau membuat Bu Ratna jadi kebingungan dan bertanya-tanya jika dirinya tak masuk kerja.
"Nisha...!"
Gadis itu sontak terkejut, sebuah suara yang rasanya pernah ia dengar terdengar memanggil namanya dari arah samping.
Raut wajah kurang senang terpapar jelas di wajah Nisha saat melihat sosok Ridwan turun dari mobil BMW yang terparkir di depan kedai minuman Bu Ratna.
"Ayo ku antar pulang." Ajak Ridwan seraya menarik tangan Nisha cepat.
Raut wajah gadis itu langsung berubah bengong seakan kehabisan akal.
"Aku, aku..."
Suaranya terdengar gugup hendak mengucapkan sesuatu pada Ridwan yang seakan tak mempedulikan reaksinya yang enggan untuk mengikuti ajakan Ridwan.
Hati Nisha mulai diterpa rasa resah dan gelisah yang tak terungkapkan. Sorot matanya berpendar sekeliling mencari sosok Farel yang biasanya berdiri menunggu kepulangan nya di salah satu sudut toko dekat kedai ia bekerja.
Ups!
Nisha segera menutup mulut dengan sebelah tangannya yang terlepas dari pegangan Ridwan. Wajahnya memerah karna ketahuan di gandeng seorang pria setengah baya oleh kekasihnya yang tercinta.
Sosok Farel terlihat sedang berdiri tegak di sudut toko sambil memandang tepat ke arah dirinya dan Ridwan. Tatapan mata pemuda itu terlihat tajam tak berkedip menatap Nisha yang dipaksa naik oleh Ridwan ke atas mobil.
Kegundahan makin menerpa Nisha, saat pemuda itu terlihat memalingkan wajah tatkala mobil yang di kemudikan Ridwan melewati Farel dengan pelan.
Nisha tak sadar, jika semua itu sudah di rencanakan Ridwan. Ia sengaja membuat Farel merasa cemburu dan hubungan mereka jadi berantakan. Ridwan tersenyum puas dalam hati, menikmati kemenangan yang ia dapatkan hari ini. Rencananya berjalan dengan baik.
☘️☘️☘️☘️☘️
Sepanjang perjalanan pulang.
Nisha tak bicara sepatah kata pun pada Ridwan. Ada rasa marah dan benci yang tak bisa ia ungkapkan pada pria itu. Hutang budi yang telah mengikat dirinya dalam genggaman tangan pria yang layak di panggil Om olehnya itu membuat ia tak berdaya sama sekali.
Sorot matanya terlihat nanar dengan pandangan mata lurus ke depan memandangi hamparan sawah yang membentang di sepanjang jalan pedesaan. Pikirannya sedari tadi di penuhi oleh bayangan Farel.
Entah apa yang akan terjadi esok dengan dirinya. Ia tak tahu bagaimana harus menjelaskan semuanya pada pemuda itu. Apa sikap yang akan di ambil pemuda itu, jika mengetahui hal yang sebenarnya? Gadis itu perlahan menarik nafas berat dan terlihat murung.
"Kita mau kemana ?" tanya Nisha bingung.
Akhirnya Nisha terpaksa buka suara saat perjalanan yang di tempuh Ridwan tiba-tiba berbelok menuju arah yang berbeda.
"Kita jalan-jalan sebentar, refreshing otak !" Jawabnya enteng.
Pria setengah baya itu melemparkan senyuman tipis, lalu menyetel sebuah lagu lawas sebagai hiburan.
Gadis itu tak banyak komentar, hingga laju kendaraan yang dikemudikan Ridwan makin jauh dari pedesaan dan mulai memasuki kawasan perkotaan.
Cahaya terang benderang dan kelap kelip lampu kota menjelang malam, membuat mata gadis desa itu sedikit silau. Sudah lama ia tak menghirup udara yang berbeda dengan suasana desanya yang sepi dan temaram di malam hari.
"Kita makan dulu, kamu pasti lapar." Ajak Ridwan tatkala mobil nya di parkir disebuah restoran yang cukup besar dan mewah.
Tanpa bicara, Nisha hanya menurut patuh mengikuti Ridwan yang sudah duluan turun dari mobil dan membukakan pintu mobil untuknya.
Langkah kakinya terasa berat, saat tangannya kembali di gandeng pria itu dengan mesra menuju restoran yang menurut pandangannya memiliki harga makanan yang cukup mahal.
Walau terasa canggung, ia pun membiarkan Ridwan memeluk bahunya yang mungil melangkah masuk ke dalam restoran mewah itu. Perbedaan umur dan penampilan mereka yang sangat kontras mengundang perhatian banyak orang yang melihat kedatangan mereka.
Ridwan yang usianya menanjak tiga puluh lima an dengan penampilan berkelas dan parlente terlihat nyata seperti Bos. Sementara Nisha yang masih muda belia berusia sembilan belasan dengan pakaian seadanya layaknya gadis desa terkesan seperti pembantu atau pekerja pabrik yang sukses menggoda Bos dengan modal kecantikan wajahnya.
"Habiskan makanan mu segera. Setelah ini kita akan shoping ke mall. Aku tak mau semua orang memandangku sepele, karna tak mampu memberikan pasangannya pakaian yang tak layak untuk di pakai."
Deg!
Perkataan Ridwan yang terdengar kurang menyenangkan, membuat hati gadis itu ingin meronta.
Ingin rasanya Nisha berteriak melawan setiap perkataannya dan menolak pemberiannya. Tapi Ia tak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya tertunduk sembari menyantap hidangan yang disajikan pelayan restoran dengan mulut yang terasa susah untuk mengunyah dan menelan makanan.
Dadanya terasa sesak karna menahan beban rasa yang teramat sulit untuk di artikan.
Bagaimanakah kelanjutan kisahnya ?
Sanggupkah Nisha bertahan dari jeratan hutang budi yang melilit keluarganya ?
Kepoin terus yuuk ???
BERSAMBUNG !!!