BOCIL MINGGIR DULU
MOHON BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN!!!!
Rihana seorang gadis berusia 22 tahun yang baru saja lulus kuliah, menolak kenyamanan bekerja di perusahaan keluarga. Ia memilih untuk mengasah kemampuannya sendiri di dunia kerja yang sebenarnya. Tak disangka, lamaran magangnya diterima di sebuah perusahaan multinasional ternama di Kota X.
Kegembiraannya mendadak sirna ketika ia dipertemukan dengan CEO muda dan karismatik perusahaan itu. Pria itulah yang merenggut keperawanannya tepat 3 hari lalu dan berhasil menjadi suaminya tepat 1 hari setelah kejadian itu. Lebih mengejutkan lagi, pria itu adalah teman dekat ayahnya, hanya berselisih lima tahun dari sang ayah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arasa Aurelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mahendra Sibuk
~Dret dret
Suara getaran terdengar dari ponsel milik Hans. Buru-buru Hans menekan tombol hijau pada layarnya
"Iya?" tanya Hans dari sebrang telpon
"Gawat tuan, kediaman Pak Swandi diserang kelompok lain"
lapor salah satu anggota Cakrawala yang berada dikediaman pak swandi selaku calon kepala negara nomor urut 1.
"Kalian bisa mengatasinya bukan?" tanya Hans kembali
"Tidak bisa tuan, jumlahnya sangat banyak. Kami butuh bantuan."
"Saya segera kesana." jawab Hans setelahnya mematikan telpon.
Hans menyampaikan apa yang terjadi pada Mahendra setelahnya mereka pergi menaiki mobil, membawa beberapa anggota Cakrawala yang masih tersisa di markas.
"Cepatlah, jika Swandi tidak selamat kita bisa habis." ujar Mahendra
Hans menambah laju mobilnya hingga kecepatan penuh. Dibelakang nya terlihat pula beberapa mobil yang mengikutinya dengan kecepatan yang sama.
Dengan wajah cemasnya Mahendra kembali menghubungi anggota Cakrawala yang bertugas menjaga keamanan untuk calon kepala negara itu.
"J7, bagaimana keadaan disana"
"Kacau tuan, barang-barang sudah berserakan dimana-mana, beberapa anak buah kita sudah terkapar dilantai. Beruntungnya tuan Swandi berada di kamar VVIP."
"Bagus. Lindungi Swandi sekuat tenaga kalian, jangan sampai terluka sedikitpun."
Tidak membutuhkan waktu lama Mahendra sudah tiba dikediaman Swandi. Keadaannya benar-benar kacau.
~Dor dor dor
Suara tembakan sudah terdengar beberapa kali ketika Mahendra memasuki pelataran rumah Swandi.
...****************...
"K2, siapa namamu?" tanya Rihana sembari merapikan pakaian miliknya
"Sofia nyonya" jawabnya sembari menundukkan kepala.
Posisi Sofia saat ini berada didepan pintu masuk kamar milik Rihana, Sofia tidak berani masuk kedalam kamar sang nyonya walaupun Rihana sudah menyuruhnya untuk masuk saja.
"Kenapa kalian memiliki nama aneh semacam itu?" tanya Rihana dengan penasaran
"Itu nama yang diberikan oleh pimpinan kami nyonya, untuk mempermudah pekerjaan." jelas Sofia dengan singkat agar nyonya nya mudah mengerti.
Rihana hanya manggut-manggut saja mendengar nya.
"Kenapa kau terus mengikuti ku. Memangnya tidak ada pekerjaan yang lainnya?" tanya Rihana lagi
"Saat ini saya sedang bekerja nyonya. Menjaga anda"
Tidak ada jawaban lagi yang keluar dari mulut Rihana. Ia memilih keluar untuk menghirup udara segar dari balkon yang berada dikamar hotel miliknya.
Sofia masih tetap mengikuti pergerakan Rihana kemana pun itu. Kecuali kedalam kamar.
Rihana terlihat berfikir sembari memandangi pemandangan gedung-gedung tinggi didepannya. Jalanan terlihat ramai walaupun sudah terbilang larut. Pikirannya kembali teringat dengan suaminya, banyak pertanyaan didalam dirinya yang belum diajukan untuk suaminya itu.
"Sofia, menurutmu apa Mas Mahen sudah tidur?" tanya Rihana tanpa mengubah fokusnya pada hamparan gedung didepannya.
"Tuan sangat sibuk nyonya, bisa saja tuan sedang bertugas." jawab Sofia dengan jujur. Memang begitulah adanya, Mahendra terlihat sibuk sepanjang hari. Bahkan untuk tidur saja tidak sempat, beruntung jika Mahendra bisa tidur seharian.
"Apa pekerjaan mas Mahen?" tanya Rihana lagi, kali ini tubuhnya dibawa untuk duduk.
"Pimpinan di perusahaan Cakrawala"
Kedua alis Rihana terlihat menyatu. Dalam pikirannya seorang pimpinan bukankah lebih santai dibandingkan dengan anak buahnya. Lah ini kenapa Mahendra keliatan sibuk banget.
"Cakrawala? saya baru mendengar nama perusahaan itu. Apa kurang terkenal?itu sebabnya mas Mahen jadi sibuk?" tanyanya dengan keheranan
Sofia sedikit tersenyum mendengar pertanyaan dari nyonyanya. Cakrawala bukanlah perusahaan kecil apalagi kurang terkenal, hanya orang kelas menengah keatas saja yang mengetahui perusahaan Cakrawala.
Perusahaan militer dan keamanan swasta memang kerap kali dicari oleh orang-orang penting terutama petinggi, untuk menjaga kerahasian dan keamanan masing-masing.
"Aku kasian denganmu Sofia, pasti gajimu sangat kecil ya. Aku janji padamu, ketika aku mendapatkan gaji pertamaku di perusahaan Cakra buana aku akan membaginya dengan mu"
Ucap Rihana sembari mengelus lembut lengan Sofia. Senyuman secerah matahari sudah ditunjukkan untuk Sofia. Melihat sang nyonya sangat antusias Sofia membalasnya dengan senyuman yang tak kalah manis.
"Tidak perlu seperti itu nyonya, gaji saya sudah lebih dari cukup." ucapnya merendahkan diri
"Duduklah, kita bisa mengobrol disini" perintah Rihana pada Sofia.
"Ini sudah larut nyonya, anda harus istirahat." Sofia mendudukkan dirinya disamping Rihana sembari menikmati pemandangan gedung-gedung seperti yang Rihana lakukan.
"Aku belum mengantuk, temani aku disini" jawab Rihana sembari memeriksa ponselnya.
"Baiklah nyonya"
"Sofia" panggil Rihana setelah beberapa saat selesai memeriksa ponsel miliknya.
"Ada apa nyonya?"
"Jangan panggil aku dengan panggilan seperti itu, panggil saja Rihana."
"Rasanya tidak sopan nyonya"
Rihana menatap Sofia dengan tatapan tajam hingga beberapa saat kemudian mengeluarkan suaranya kembali.
"Jika kamu tidak mau, saya akan mengusir kamu. Jangan ikuti saya lagi." ucap Rihana dengan serius
Sofia tampak pasrah hingga menuruti kemauan nyonya itu.
Rihana terlihat sibuk sejenak pada ponselnya, mematikan dan menyalakan sejak beberapa menit lalu. sepertinya Rihana sedang menunggu kabar dari seseorang dari sebrang sana. Sofia yang mengetahui tersenyum tipis lalu membuka suara
"Tuan sedang bertugas nyonya, mungkin besok pagi baru bisa menghubungi nyonya"
Tebakan Sofia tepat sasaran. Rihana yang merasa malu langsung memasuki kamar miliknya. Meninggalkan Sofia yang masih menatap pemandangan kota didepan balkon.
Pukul 6 dini hari barulah Rihana terbangun. Itu saja karena suara alarm dari ponsel miliknya. Bergegas Rihana membersihkan dirinya lalu memakai pakaian formal untuk magang hari ini.
"Sempurna" gumam Rihana sembari menatap penampilannya di cermin. Rihana memoles wajahnya sedikit dengan riasan agar tidak pucat.
Setelan kemeja berwarna putih dipadukan dengan rok berwarna navy sangat cocok dikenakan Rihana. Sebelum keluar dari kamarnya Rihana menyempatkan diri untuk membuka ponselnya kembali. Berharap ada notifikasi dari Mahendra, namun suaminya itu belum melihat pesan darinya apalagi membalasnya.
"Sok sibuk banget ih, padahal udah jam tujuh. Ga mungkin banget dia belum bangun" omelnya sembari melangkahkan kaki menuju dapur.
Baru membuka pintu kamar saja sudah tercium aroma masakan yang sangat lezat, membuat perutnya semakin berdemo.
Melihat Sofia yang sibuk menyiapkan makanan, Rihana memilih mendekatinya dan mendudukkan dirinya di atas kursi singel yang berada tepat didepan meja makan.
"Pagi Sofia, kamu yang memasak?" sapa Rihana
"Saya memesannya nyonya, hanya menghangatkan saja. Silahkan dimakan." jawab Sofia dengan tersenyum ramah
"Terima kasih. Kamu sudah makan?"
"Belum nyonya"
"Duduklah, kita makan bersama"
Sofia merasa terharu mendapati nyonyanya begitu baik, bahkan mengizinkan nya makan satu meja dengan nya. Matanya sudah berkaca-kaca dibuatnya
"Kenapa diam saja? duduklah"
Mendengar perintah dari nyonyanya lagi barulah Sofia duduk di kursi yang terletak disebelah Rihana.
"Kalau tidak salah dengar nyonya magang di perusahaan Cakra Buana ya?" tanya Sofia memecahkan keheningan
"Iya, kamu mau ikut bekerja juga disana?"
"Ah tidak nyonya, saya hanya bertanya saja. Kenapa nyonya tidak bekerja di perusahaan tuan saja atau perusahaan ayah nyonya?" tanya Sofia mencoba mengakrabkan diri dengan Rihana
"Aku ingin mandiri Sofia" jawabnya singkat lalu melanjutkan sarapan paginya
Sofia terlihat paham lalu menganggukkan kepalanya dengan cepat.
"Oiya Sofia, nanti jangan ikuti aku saat magang ya. Kamu di hotel saja."
"Tuan akan menghukum saya jika tau"
"Kalau begitu jangan sampai dia tau." ucapnya dengan enteng tanpa mempertimbangkan resiko yang didapat Sofia setelahnya.
Sedang enak-enak nya menikmati sarapan pagi, tiba-tiba saja terdengar suara bel. Keduanya menengok kearah pintu secara bersamaan, Rihana hendak berdiri membuka pintu namun dicegah oleh Sofia
"Biar saya saja nyonya" Rihana mengangguk paham lalu melanjutkan makanan nya
Suara pintu terbuka dapat Rihana dengar dari tempatnya duduk.
"Siapa yang datang?" teriak Rihana
JANGAN DIGANTUNGIN.....
imajinasi diluar nurul....
ada cermin janggih kaya film Star Wars aja