Viona merasa heran dengan perubahan sikap suaminya yang bernama Bara. Yang awalnya perhatian dan romantis tapi kini dia berubah menjadi dingin dan cuek. Dia juga jarang menyentuhnya dengan alasan capek setelah seharian kerja di kantor. Di tengah- tengah kegundahan dan kegelisahan hatinya, sang adik ipar yang bernama Brian, pemuda tampan yang tampilannya selalu mempesona masuk ke dalam kehidupan viona dan mengisi hari- harinya yang hampa. Akankah hati Viona akan tergoda dengan adik ipar dan menjalin hubungan terlarang sengannya karena merasa diabaikan oleh sang suami....?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Aku yang disakiti aku yang disalahkan
"Lihat lah Brian , ibuku sendiri tidak percaya padaku kalau mas Bara telah menyelingkuhiku. Dia lebih percaya pada menantu kesayangannya itu. Aku harus gimana...?" tanya Viona sambil menangis.
"Aku yakin papah dan mamah juga pasti tidak akan percaya jika aku mengadukan perbuatan mas Bara dan Karin pada mereka..." sambung Viona.
Brian lalu memeluk Viona dan mengusap punggungnya. Iya Brian pun berpendapat yang sama dengan Viona. Kedua orang tuanya pasti tidak akan mempercayai soal itu. Dan bisa saja mereka akan menuduh Viona yang mengada- ada.
Tak lama kemudian tiba- tiba ponsel Viona kembali berdering. Dan ternyata bu Rima yang kembali menelpon Viona.
"Angkatlah kak..." ucap Brian.
Dengan enggan Viona mengangkat telponnya.
"Hallo bu...'' ucao Viona.
"Viona, cepat kamu datang ke rumah ibu, ada hal penting yang akan ibu sama ayah bicarakan sama kamu mengenai Bara...." ujar bu Rima.
"Ada apa bu, apa ibu sudah percaya dengan apa yang aku katakan tadi...?" tanya Viona.
"Sudah kamu jangan banyak nanya. Segera kamu datang ke sini..." ucap bu Rima lalu mematikan sambungan telponnya secara sepihak.
"Ada apa kak...?" tanya Brian.
"Ibu mintaku datang ke rumah untuk membahas masalah mas Bara. Aku harus bagaimana Brian. Pasti kedua orang tua ku akan selalu membela mas Bara...." ucap Viona.
"A..aku.. ingin berpisah dari mas Bara...aku sudah tidak tahan Brian, tapi bagaimana kalau nanti ayah dan ibu mintaku untuk memaafkan mas Bara..." sambung Viona sambil menangis.
"Aku nggak bisa Brian, hati aku terlalu sakit. Apa lagi Karin sampai hamil anaknya. Ternyata apa yamg pernah mamah mertua katakan benar adanya kalau dalam pernikahan aku dengan mas Bara aku yang bermasalah. Aku yang mandul sehingga mas Bara tega mengkhianati aku...hik...hik..." ucap Viona terus menangis.
Bara kembali memeluk Viona.
" Ya sudah aku akan antar kakak ke rumah orang tua kakak. Nanti kakak bisa tahu apa rencana mereka. Kakak harus kuat ya. Ikuti saja apa kata hati kakak..." ucap Brian.
"Dan kaka jangan langsung berfikiran yang lain- lain dulu. Aku Yakin kak Viona nggak mandul. Percayalah padaku kak..." sambung Brian.
Akhirnya Viona pergi ke rumah orang tuanya diantar oleh Brian setelah sebelumnya dia mandi dan sarapan terlebih dulu. Brian mengantar Viona sampai di depan rumah orang tuanya. Setelah mengantar Viona Brian langsung berangkat ke kantor. Sedangkan Viona masuk ke rumah orang tuanya. Di halaman rumah dia melihat mobil Bara yang terparkir di sana.
"Kenapa ada mobil mas Bara di sini...? Apa dia ke sini bersama Karin...? Aku mau tahu apakah dia akan mengakui perselingkuhan itu atau tidak..." batin Viona sambil masuk ke dalam rumah.
Sampai di ruang keluarga Viona melihat ayah dan ibunya serta Bara dan Karin yang sedang duduk di sofa.
"Kamu sudah datang Viona..." ucap pak Hilman.
Bu Rima, Bara dan Karin langsung menoleh ke arah Viona.
"Duduk Viona..." ucap pak Hilman.
Viona pun duduk berhadapan dengan Bara dan Karin . Bara menatap Viona dengan wajah yang menggambarkan rasa bersalah pada istrinya tersebut. Sementara itu Karin menunduk, entah karena malu atau karena merasa bersalah ,Viona pun tak tahu.Tapi Viona lebih suka melihat ke arah lain, dia tidak sudi menatap sang suami yang sudah mengkhianatinya. Rasanya muak sekali melihat mereka berdua.
"Sekarang Viona sudah datang, beberapa waktu lalu Viona mengatakan Bara dan Karin berselingkuh di belakang Viona. Apa benar itu, tolong kamu jelas kan pada ayah dan Ibu, Bara..." ucap pak Hilman pada Bara.
Bara menarik nafas panjang lalu mengeluarkannya dengan perlahan. Dia diam beberapa saat seolah sedang merangkai kata yang akan dia keluarkan dari mulutnya.
"Maafkan saya ayah, saya khilaf..." ucap Bara sambil menunduk.
"Maafkan aku sayang, aku dan Karin benar- benar khilaf...." ucap Bara pada Viona.
Viona menatap Bara dengan penuh kebencian.
"Jadi apa yang Viona katakan benar, jika kamu berselingkuh dengan Karin...?" tanya bu Rima.
"Maafkan kami bu, ayah..." ucap Bara.
"Maafkan Karin juga bu, ayah, kak Viona....'' ucap Karin sambil menangis.
"Ya ampun, kalian ini apa sudah tidak waras...! Bagaimana mungkin kalian melakukan ini semua...!" seru bu Rima yang syok mendengar pengakuan Bara dan Karin.
Sementara Viona mengepalkan kedua telapak tangannya karena menahan emosi. Karin dan Bara terus menunduk.
"Kalian ini tega sekali mengkhianati Viona, kamu juga Karin, kamu apa nggak mikir, Viona itu kakak kandungmu . Tega- teganya kamu mengkhianati kakakmu sendiri..." sahut Pak Hilman.
"Kalian sudah mencoreng nama baik keluarga, bagaimana kalau berita ini sampai terdengar oleh orang lain...? Bukan cuma kalian yang malu, tapi seluruh keluarga juga...? "sambung pak Hilman.
"Apa kalian tidak memikirkan akibatnya...! Dari perbuatan kalian hah..!'' bentak pak Hilman.
"Maafkan Karin ayah..hik...hik..." ucap Karin lalu bangkit dari duduknya menghampiri pak Hilman kemudian memeluk kaki sang ayah.
"Ya sudah, ini semua sudah terlanjur. Kita harus menyembunyikan masalah ini jangan sampai orang lain tahu. Dan kalian berdua, detik ini juga hentikan hubungan terlarang kalian sebelum terjadi apa- apa dengan Karin. .." ucap pak Hilman.
"Anggap saja kemarin kalian khilaf, dan tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi. Kembali lah kamu dengan Viona, Bara. Anggap saja semua yang terjadi hanya kerikil dalam rumah tangga kalian..." sambung pak Hilman.
"Dan kamu Karin, jangan deketi kakak iparmu lagi, hubungan kamu hanya sebatas sekertaris dan bos saja. Jangan memikirkan hal lain..." ucap pak Hilman.
"Nggak Yah, nggak bisa seperti itu..." ucap Bara sambil menggelengkan kepalanya.
Pak Hilman dan bu Rima mengerutkan keningnya. Sementara Viona hanya menatap Bara dan Karin dengan penuh kebencian.
"Kenapa Bara...?" tanya bu Rima.
"Saya nggak bisa meninggalkan Karin..." jawab Bara.
"Iya ayah, Karin juga nggak mau pisah dari kak Bara...hik..hik..." sahut Karin. Bara menggenggam tangan Karin. Viona yang melihat akan hal itu hanya tersenyum getir.
"Jadi kalian ingin tetap melanjutkan hubungan kalian, begitu...?'' tanya bu Rima.
Bara dan Karin mengangguk.
"Apa kalian sudah kehilangan akal...? Bara, kamu ini punya istri... Dan kamu Karin, apa kamu lupa kalau Bara itu suami kakakmu sendiri..." pak Hilman marah tidak mengerti dengan jalan pikiran anak dan menantunya itu.
"Kalau kalian tetap mempertahankan hubungan terlarang itu lalu bagaimana dengan nasib Viona...? Apa kamu mau menceraikan dia...?" tanya bu Rima.
"Nggak bu, saya tidak akan menceraikan Viona, dia akan tetap menjdi istriku. Aku masih sangat mencintai dia. Tapi saya juga tidak akan meninggalkan Karin.... " jawab Bara.
Viona menggeleng- gelengkan kepala dengan dada semakin berguruh. Enak sekali Bara bicara akan tetap mempertahankan dirinya dan tetap akan menjalin hubungan dengan Karin. Melihat wajah mereka saja Viona sudah muak apalagi untuk kembali pada Bara seolah- olah tidak pernah terjadi apa- apa di antara mereka. Viona jelas tak sudi. Tapi dia masih saja diam. Dia ingin melihat sejauh mana pengakuan Bara pada ke dua orang tuanya.
"Sayang, tolong maafkan aku, aku memang salah tapi kamu tidak usah khawatir, aku akan menjaga kalian berdua. Aku akan menikahi Karin dan akan tetap menjadi suamimu. Aku akan adil sama kalian...." ucap Bara sambil bersimpuh di depan Viona. Sementara Viona tidak mau mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Bara, kenapa kamu nekad sekali ingin mempertahankan hubungan bersama Karin. Apa kata orang di luar sana jika tahu kamu menikahi adik iparmu....?" tanya pak Hilman lalu bangun dari duduknya.
Bara lalu berdiri dan menghadap ke arah pak Hilman.
"Karena Karin adalah calon ibu dari anakku...'' jawab Bara.
"Apa...? Calon ibu dari anakmu...? Maksud kamu Karin hamil...?" tanya bu Rima dan pak Hilman kaget. Sementara Viona hanya memasang wajah datar.
"Benar Karin...?" tanya bu Rima menatap wajah Karin.
"I..iya bu..." jawab Karin sambil menunduk.
"Hah..? Kok bisa sih..? Memangnya dari kapan kalian menjalin hubungan itu...?" tanya bu Rima.
"Se..semenjak Karin jadi sekertaris kak Bara bu...'' jawab Karin.
"Apa...? Jadi kalian sudah berhubungan selama tiga bulan...?" tanya Bu Rima dan Karin pun menunduk.
Iya, bu Rima tidak menyangka kalau hubungan Karin dan Bara sudah berlangsung cukup lama. Bu Rima mengira mereka melakukan hubungan terlarang baru- baru ini ketika mereka ditinggal oleh Viona ke Malang. Karena terbawa susana saja di rumah hanya berdua. Tapi ternyata hubungan mereka sudah berjalan tiga bulan.
"Ayah ,bagaimana ini...?" tanya bu Rima pada sang suami dia merasa pusing dengan keadaan ini.
"Bagaimana kalau orang- orang tahu kalau menantu kita menghamili adik iparnya...? Mau di taruh di mana muka kita Yah...?" tanya bu Rima khawatir. Pak Hilman pun hanya diam tidak menjawab pertanyaan bu Rima.
"Ini semua gara- gara kamu Viona...!" ucap bu Rima sambil berdiri menunjuk wajah Viona.
Viona pun kaget kenapa dia malah disalahkan oleh sang ibu.
"Kenapa gara- gara aku bu...?" tanya Viona tidak terima disalahkan.
"Iya, kamu nggak becus mengurus suami...! Nggak becus jadi istri yang baik buat suami kamu sendiri. Sudah menikah tiga tahun masih belum juga hamil. Gimana suamimu akan tahan hidup dengan kamu yang mandul itu.Akhirnya suami kamu mencari perempuan lain kan...." jawab bu Rima dengan kesal.
Viona menggelengkan kepalanya mendengar ucapan sang ibu. Bagaimana mungkin dia yang disalahkan . Viona yang di selingkuhi, viona yang disakiti. Tapi Viona juga yang salahkan. Ini benar- benar tidak adil buat Viona.
"Bara, ibu ngerti bagaimana perasaan kamu. Kamu pasti jenuh dengan istri kamu yang nggak bisa ngasih kamu anak. Ibu memaklumi jika kamu berpaling pada perempuan lain. Tapi kenapa harus dengan Karin...? Kenapa kamu nggak cari perempuan lain saja...." ucap bu Rima.
"Kalau sudah kaya gini, kita harus gimana..? Apa yang akan kita lakukan...?" tanya bu Rima.
Bara pun hanya menunduk, dia juga sebenarnya bingung harus melakukan apa sekarang. Tadi dia memang mengatakan ingin menikahi Karin dan juga tetap mempertahankan Viona. Tapi sebenarnya dia ragu dengan ucapannya sendiri.
"Kita harus membicarakan masalah ini dengan besan kita bu, kita ke rumahnya pak Bobby sekarang. Kita akan mencari jalan keluar bersama - sama...." ucap pak Hilman.
"Ya udah , ayo Bara kita ke rumah orang tuamu..." ucap bu Rima.
Bersambung...