Eliza yang belum move on dari mantan tunangannya-Aizel- menikah karena dijebak oleh Raiyan yang merupakan ipar tiri Aizel , sedangkan Raiyan yang awalnya memiliki kesepakatan dengan adik tirinya yaitu Ardini, sengaja melanggar kesepakatan itu demi membalas dendam pada Ardini dan ibu tirinya.
"Kesepakatan Kita hanya sebatas kau membuat nya jatuh cinta, lalu meninggalkannya setelah Aku dan Aizel menikah, Kau melanggar kesepakatan Kita Raiyan. " ~Ardini
"Tapi di surat perjanjian itu juga tidak ada larangan kalau Aku mau menikahinya."
~ Raiyan
akankah kisahnya berakhir indah? akankah Eliza kembali pada Aizel setelah mengetahui semua fakta yang selama ini Raiyan sembunyikan?
ikuti terus Kisah Eliza, jangan lupa like dan vote sebanyak-banyaknya guys
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon erulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 Motel Bobox semalam
Alarm ponsel di atas nakas membangunkan Raiyan, dengan berat ia mengucek mata dan mencari keberadaan Eliza, ketika tak menemukan Eliza di kamar mandi, Raiyan berpikir jam segini gadis itu pasti sibuk di dapur.
Raiyan bergegas mandi Dan ia hanya butuh lima belas menit untuk bersiap lalu turun ke bawah dan sarapan.
"Eliza, Kau dimana? Ayo sarapan bersama." panggilnya mencari-cari Eliza, namun tak ada jawaban, ia hanya menemukan sebuah catatan yang tertempel di meja makan.
"Aku berangkat duluan, ada syuting pagi ini, Selamat menikmati sarapan, semoga Kau suka." Raiyan mengedikkan bahu dan menyuap makanannya.
Berhubung sarapan pagi ini hanya roti dengan isian daging dan sayur, Raiyan sarapan dengan santai, ia bahkan sambil memainkan ponselnya.
Raiyan merasa dirinya perlu mengecek apakah Eliza sudah sampai di perusahaan atau belum, kini ia kembali melacak posisi Eliza namun merasa aneh karena posisi Eliza saat ini sangat jauh dari perusahaan, seketika pikirannya langsung tertuju pada Ardini.
Saat ini mungkin saja Ardini berulah lagi dengan menculik Eliza, Raiyan tak sempat menyudahi sarapannya dan segera meraih kunci mobil.
Raiyan segera menghubungi sekretarisnya di kantor yaitu Tyo, ia meminta agar Tyo membatalkan semua schedule nya hari ini karena ia dalam keadaan darurat.
Raiyan yang dulu sempat mengikuti balap liar terpaksa memakai kemampuan nya untuk segera sampai di motel itu.
Raiyan terus memantau kemana tujuan gps Eliza. Dalam paniknya Raiyan merasa ia sedang berburu dengan waktu, ia menambah kecepatan saat gps Eliza berhenti di sebuah motel dengan plang bobox semalam.
Raiyan berlari keluar dengan langkah pontang panting.
"Apakah perempuan ini datang kesini?" tanya Raiyan pada resepsionis sambil menunjukkan wallpaper ponselnya, namun wanita itu segera meminta maaf karena ia merasa tak pernah kedatangan tamu dengan wajah yang sudah dipoles makeup dan memakai baju pengantin.
Raiyan menarik rambutnya lalu mencari foto Eliza tanpa makeup, ia semakin frustasi karena tak menemukan satu foto pun di ponselnya.
Untungnya Raiyan masih bisa berpikir, ia segera menunjukkan foto profil WhatsApp Eliza.
"Mbak ini baru saja check in bersama suaminya pak."
"Apa? Suami? Aku lah suaminya! Dimana Dia sekarang?" Lagi-lagi resepsionis itu mengangkat tangan meminta maaf.
"Mohon maaf Pak tapi demi kenyamanan tamu sebaiknya bapak menunggu di sini atau menghubungi-"
"Istriku dalam bahaya dan Kau menyuruhku menunggu di sini? Cepat antarkan Aku kesana atau Kau akan menyesal!" Potong Raiyan tak sabar.
"Kalau bapak membuat keributan Kami bisa-" Raiyan menyapu meja resepsionis dengan tangannya membuat barang-barang yang ada di sana berhamburan ke lantai, resepsionis itu terpekik.
"Aku akan menelepon polisi kalau Kau masih tak menuruti perintahku, sampai penjahat itu menyentuh istriku sedikit saja maka Aku pastikan motel ini akan tutup selamanya!"
"Ba-Baik Pak! Mereka di lantai dua kamar nomor dua." Ucapnya ketakutan sambil menyerahkan kunci cadangan.
Raiyan bergegas naik bahkan kaki panjangnya melangkahi tiga anak tangga sekaligus, begitu melihat kamar yang di maksud, Raiyan membuka pintu dengan tergesa. Pemandangan di dalam tak hanya membuat bola matanya membulat Namun juga membuat darahnya naik sampai ke ubun-ubun karena Aizel menindih tubuh Eliza sambil memagut bibir mungilnya. Tangan Raiyan mengepal erat dengan rahangnya yang mengeras, kini iatak peduli dengan apapun lagi termasuk pengakuan Eliza kemarin yang membuatnya merasa dipermainkan.
Raiyan memisahkan keduanya sambil terus melayangkan tinju ke wajah Aizel, sepintas membuatnya Dejavu ketika Paman Udi menonjok nya berkali-kali.
"Bajingan! Berani-beraninya Kalian bermain di belakangku!" ucapnya penuh amarah.
Eliza yang masih di bawah pengaruh obat terus saja merengek, meski harus bersusah payah bangun, Eliza memaksa dirinya untuk menghentikan baku hantam tersebut.
Ia memeluk tangan Raiyan namun tubuh lemahnya terhuyung mengikuti gerakan tangan pria tampan yang tengah dilanda emosi itu.
"Kalian hentikan lah perkelahian ini! Tolong Aku, bantu Aku menormalkan tubuhku kembali!" Pekik Eliza membuat Raiyan berhenti menghajar Aizel.
"Ini tidak sesimpel yang Kau lihat, percayalah! Aku masih ingin bersaing secara fair dengan mu tapi semua terjadi begitu saja tanpa sempat ku cegah." jelas Aizel dengan napas tersengal.
"Jadi maksudmu Dia yang memaksamu datang kesini dan menggoda mu untuk melakukan semua itu?" ujar Raiyan tak percaya.
"Tidak Raiyan bukan seperti itu, ini semua salahku yang terlalu keras kepala, Aku menyesal kenapa tak mempercayainya saja dari awal, Aku menyesal..." lirih Eliza yang terduduk di lantai.
Raiyan memijit pelipisnya, mencoba mengumpulkan kewarasannya sebelum dia benar-benar gila menghabisi dua manusia di depannya ini.
"Jadi, Kau benar-benar masih mencintainya, sampai Kau rela melakukan perbuatan hina ini di belakangku?" ulang Raiyan lagi, mencoba menarik kesimpulan atas ungkapan sesal Eliza.
"Dasar bodoh Kau Raiyan! Kalau Kau tak berniat membantuku sebaiknya Kau pergi dari sini, sialan Kau!" umpat Eliza seakan lupa siapa orang yang ia katai bodoh.
Raiyan menarik napas dalam dan keluar begitu saja tanpa menutup pintu dan menyandarkan tubuhnya ke dinding sambil memejamkan mata untuk mencerna semuanya.
'Apa pengakuannya kemarin benar? Dia masih mencintai mantannya? Apa perasannya sedalam itu sampai harus berbuat sejauh ini? Eliza benar, Kau bodoh Raiyan! Kau terjebak dengan permainan yang Kau ciptakan sendiri dan sekarang Kau menginginkan Eliza lebih dari sekedar teman yang hidup seatap.' batin Raiyan menatap langit-langit bangunan ini.
'Meskipun Aku kalah setidaknya Aku tak bisa membiarkan mereka bersatu semudah itu, Aku hanya ingin Ardini jatuh dan aku berhasil merebut hakku kembali, jangan sampai karena hal ini justru Aku yang akan gila, walaupun sekarang bukan Aku pemilik hati Eliza tapi Aku masih suami sah nya dan Aku bisa memisahkan mereka dengan statusku itu.' ucap Raiyan masih berperang dengan batinnya, Ia juga mulai mengerti apa nama perasaan aneh yang tak bisa di jelaskannya selama ini.
"Eliza maaf kan Aku, Kau pasti akan menyalahkan ku kalau Kita terlanjur melakukannya, ayo Kita cari cara lain, Kita ke dokter saja ya?" ujar Aizel sambil mengelap sudut bibirnya yang mengeluarkan noda merah.
Raiyan yang masih berdiri di luar merasa aneh dengan ucapan Aizel barusan, apalgi dari tadi Eliza terus saja mengucapkan kata tolong.
"Aku tidak sanggup Aizel! Aku tak tahan dengan reaksi tubuhku sendiri, tadinya Aku berharap Raiyan sialan itu yang membantu tapi lihatlah Dia pergi meninggalkanku bahkan tanpa bertanya bagaimana keadaan ku saat ini..." Mohonnya lagi.
"Ba-baiklah, mari Kita lakukan, dan jangan pernah menyalahkan ku setelah ini." Aizel tak tega melihat Eliza seperti itu karena dirinya sudah mengalami sendiri bagaimana reaksi yang ditimbulkan oleh obat itu.
Meskipun tak paham dengan pembicaraan mereka namun Raiyan kembali masuk dan kembali menjauhkan Aizel yang hampir menyentuh bibir Eliza.
"Pergilah sekarang! Aku yang akan menanganinya namun setelah ini Kita harus berbicara secara jantan." usir Raiyan, awalnya Aizel merasa berat untuk meninggalkan mereka karena membayangkan bagaimana Raiyan menyentuh Eliza untuk menghilangkan pengaruh obat itu, namun Aizel teringat mereka bahkan pernah membahas hair dryer rusak di hari pertama mereka tinggal di rumah utama, itu artinya Raiyan dan Eliza memang sudah pernah melakukan hubungan itu, dan Aizel bersaing dengan Raiyan untuk mendapatkan hati Eliza, bukan tubuh Eliza, dirinya tak masalah jika Eliza sudah menjalankan kewajibannya pada Raiyan.
sejatinya berharap pada manusia adalah seni paling menyakitkan