*"Ah ... ampun, Kak. U-udah! Naya ngakuh, Naya salah."*
Masa remaja yang seharusnya dilalui dengan ceria dan bahagia, mungkin tidak akan pernah dialami dengan gadis yang bernama Hanaya Humairah. Gadis cantik yang lemah lembut itu, harus terpaksa menikah dengan Tuan muda dingin nan kejam.
Demi menyelamatkan ibunya dari tuduhan penyebab kematian mama dari sang tuan muda, ia rela mengorbankan kebahagiaannya.
Akankah Gadis itu bisa menjalani hari-harinya yang penuh penderitaan.
Dan akankah ada pelangi yang turun setelah Badai di kehidupannya.
Penasaran ...?
Yuk ikuti kisahnya ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggraini 27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 30
Tok ... tok.
"Maaf, Den. Ini bibik bawakan minuman buat teman-teman, Aden," ucap bibik Nanik yang mengetuk pintu tadi. Yang sedang membawa nampan, berisi minuman dan cemilan.
"Hm, letak sana aja, Bik." Malik menunjuk meja dekat sofa di dalam kamarnya.
"Baik, Den." Bik Nanik pun menundukkan kepalanya sekilas, lalu langsung berjalan menuju meja yang ditunjuk oleh Malik.
"Wah, boleh juga ni. Hawanya lagi panas gini, enaknya minum jus jeruk, bikin seger!" seru Riski yang sudah mengambil jus itu, setelah diletakkan bibik Nanik di atas meja.
"Iya, ni. Bibik tau aja kita lagi pingin yang seger-segar. Apalagi ada brownisnya, pas banget deh ah. Kayaknya, kita akan sering-sering main sini terus deh. Ya gak, Ris?" sambung Andra yang sudah berada di sebelah Riski. Yang sudah mencomot brownis itu, dan langsung memasukkan mulutnya.
"Yo'i," sahut Riski membenarkan.
Sedangkan bik Nanik hanya memberi senyuman saja.
"Ya sudah, kalau begitu. Bibik permisi dulu ya, Aden-aden," pamit bik Nanik yang sopan, lalu langsung pergi meninggalkan kamar Malik. Setelah mendapat anggukan dari semua penghuni yang berada di kamar itu.
"Eh, Mal. Sini gabung! Lo gak mau nyicipi ni brownis? enak tau," ajak Andra kepada temanya, yang masih berbaring di atas ranjang.
"Enggak, abiskan aja sama kalian. Gue mau istirahat," sahut Malik yang menutupi semua badannya dengan selimut.
"Oh, ya. Setelah selesai, kalian boleh langsung pulang," lanjut Malik yang membuka lagi sebagian selimut. Setelah itu, kembali menutup wajahnya.
"Huh ... liat tu, Ris! Udah dapat kode no!" sungut Andra.
"Yaelah, baperan amat, Lo! Udah biarin aja napa. Yang penting kita puas dulu di sini," sahut Riski yang tetap mengunyah, tanpa mau perduli.
"Hm, oke lah kalo gitu. Kita sambil mabar gimana?" tanya Andra.
"Kuy lah," sahut Riski girang.
"Woi, jangan berisik bangsat!" seru Malik, yang jengah melihat kedua tingkah temannya.
"Hehe ... sorry, Bos," sahut kedua temannya dengan cengiran.
"Hah ...." Malik mendesah, dan hanya memutar kedua bola matanya malas.
***
Hari sudah menunjukan tengah malam. Di situlah Naya baru berani masuk ke dalam kamar Malik. Saat kedua teman suaminya sudah pulang.
Decitan suara pintu yang dibuka, lalu ditutup lagi dengan perlahan. Karena takut, akan mengganggu si empunya yang sedang tertidur.
Naya pun berjalan dengan sangat hati-hati, untuk sampai di sofa. Di mana tempat untuk tidur dia seperti biasa. Namun, masih beberapa langkah ...
Tap.
Lampu dihidupkan seseorang. Karena penasaran, Naya pun membalikkan bandannya.
Deg.
Seketika detak jantungnya berhenti, saat melihat suami nya sudah berdiri tegap di dekat stop kontak.
"Dari mana aja, Lo?" tanya Malik yang memicingkan tatapan tajam.
"Gak, gak, gak dari mana-mana, Kak. Naya cuma dari kamar bibik. Nunggu teman kak Malik pulang, baru berani masuk ke sini," ujar Naya sedikit gugup.
"Jangan bohong!" bentak Malik.
"Naya berani sumpah, Kak. Naya gak berani bohong," ucap Naya jujur.
"Alah, gak usah berkelit! Ngapain juga lo pake segala sembunyi, kalo nyatanya lo udah ketemu sama mereka!" tegas Malik.
"Hah, maksud kakak apa?" tanya Naya tak mengerti.
"Oh, Naya baru ingat, Kak. Tadi tu Naya cuma mau manggil bibik. Kalo gak, bibik hampir saja keceplosan memberitahu mereka tentang hubungan kita. Makanya itu, Naya gak sengaja nampakkan diri ke mereka, Kak," lanjut Naya yang langsung menunduk.
"Hh, pintar juga lo ngarang cerita ya? Kok gak sekalian aja lo tulis cerita tentang 'Suami Kejam,' kan bisa dpt duit, Lo," tungkas Malik yang mendekatkan wajahnya di depan wajah Naya, sambil menggengam dagu Naya erat.
Naya yang menahan sakit, hanya bisa memejamkan mata sambil menggigit bibir bawahnya.
"Cih, ngapain lo merem segala. Pingin gue cium? ngarep!" sarkas Malik yang menghempaskan wajah Naya.
Naya yang tak berani menjawab, hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Sambil memegangi dagunya yang terasa kram, dan sakit.
Sedangkan Malik kembali duduk di atas ranjangnya, "Sss ...." Malik berdesis, menahan rasa sakit, saat dia terlalu banyak bergerak dan bersuara lantang.
"Kak, Kak Malik gapapa?" tanya Naya yang khawatir, langsung mendatangi Malik berada.
"Alah, udah awas! Gue gak butuh perhatian, Lo! Lebih baik, sekarang lo pergi tidur. Karena gue malas dengar karangan lo lagi," tepis Malik, yang menunjuk ke arah sofa. Menyuruh Naya untuk segara tidur di sana.
"Ta-tapi, Kak ...."
"Lo gak dengar, hah!" potong Malik, yang memberikan tatapan tajam.
"I-iya, Kak. Naya tidur duluan ya? Jika kakak butuh sesuatu, bilang saja ke Naya," ujar Naya gugup.
"Gak butuh!" cetus Malik.
"Baiklah, kalau begitu, Kak. Selamat malam," ucap Naya, setelah itu berjalan menuju sofa.
Malik tidak menanggapi lagi, dia memilih membaringkan dirinya, dan langsung tenggelam ke dalam mimpi.
Lama, Naya memperhatikan Malik dari tempat dia berada. Kemudian dia berjalan menuju Malik yang sedang tertidur pulas.
'Aku tau kamu itu masih punya hati nurani, walapun sedikit. Tapi kamu tetap perduli denganku, walaupun kamu menyanggah itu. Kak, aku janji akan bersabar sebisa mungkin, untuk meyakinkanmu. Apa artinya mengikhlaskan kepergian seseorang, tanpa harus dengan balas dendam,' batin Naya, yang menyelimuti tubuh Malik. Menatap nanar wajah suaminya.
"Ngapain, kamu?"
Deg.
Bersambung ...
Ya ampun gemesnya.
penasaran apa selanjutnya yang terjadi?
Jangan lupa beri dukungan autor ya, biar upnya semakin semangat.
Terima kasih.