Demi pengobatan sang ibu, Bella rela menjadi simpanan Steven, CEO PT. Graha Sanatama. Namun, jodoh dan maut di tangan Tuhan. Sang ibu tetap tak dapat diselamatkan.
Setelah ibunya meninggal, Bella melepaskan diri dari Steven. Namun, takdir kembali mempertemukan mereka ketika Bella diperkenalkan kepada keluarga Axel, kekasih barunya. Tanpa di sangka ternyata pria itu adalah adiknya Steven.
Steven cemburu melihat kemesraan Axel dan Bella. Dia nekat merebut kembali Bella dari adiknya itu.
Apakah takdir tetap mempersatukan Bella dan Steven, sedangkan ada hati lain di antara mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Delapan Belas
Axel menjalankan mobil menuju kafe miliknya. Dia ingin Bella bisa bicara bebas. Jika di restoran lain, takutnya wanita itu akan sungkan.
Tadi dia sengaja mengikuti Bella saat melihat wanita itu masuk taksi ketika dia ingin mengajak sarapan.
"Bicaralah, Bella! Katakan apa yang ingin kamu katakan," ucap Axel begitu mereka telah duduk di sofa dalam ruangan pria itu.
Bella masih diam. Menarik napas dalam, tak tahu harus memulai dari mana. Mengatakan hal sebenarnya itu tak mungkin. Apa yang akan dipikirkan pria itu jika tahu anak yang dia kandung merupakan ponakannya. Anak dari abangnya sendiri.
"Aku hamil, Kak. Aku hamil di luar nikah. Aku pernah katakan jika aku bukan wanita baik," ucap Bella memulai obrolan.
"Terus masalahnya di mana? Kamu bisa minta tanggung jawab pria itu. Kenapa kamu bersedih?" tanya Axel.
"Aku hamil dengan pria yang telah beristri. Aku yakin dia tak akan bisa menerima anakku. Aku mau gugurkan saja, Kak. Bantu aku, carikan dokter yang mau melakukan semua itu," ucap Bella dengan suara lirih.
Axel terkejut mendengar ucapan wanita yang ada dihadapannya Tak menyangka kalau Bella melakukan hal itu. Berhubungan bebas dengan suami orang.
Bella yang dia lihat tenang, dan juga baik, ternyata menyimpan rahasia sangat besar. Jika dilihat dari sikapnya, dia termasuk wanita lugu, tapi ternyata dia salah, Bella bukan lugu tapi suhu.
"Kenapa kamu ingin menggugurkan bayi itu. Dia tak bersalah. Kamu dan pria itu yang telah melakukan dosa. Apa kamu tega membunuh darah dagingmu sendiri? Belum lahir ke dunia tapi sudah harus dihilangkan. Seharusnya kalian tahu resiko hubungan yang kalian lakukan. Jika kamu tak mau hamil kenapa kalian tak pakai pengaman?" tanya Axel.
"Semua salahku. Aku yang murahan karena mau saja tidur dengan pria beristri," jawab Bella. Dia tak akan mau jujur jika awalnya semua hanya keterpaksaan untuk pengobatan orang tuanya.
Bella makin menunduk dan air mata tak bisa dia bendung lagi. Apa yang Dokter Sarah dan Axel katakan adalah benar. Dia yang melakukan kesilapan dan kesalahan, kenapa anak itu yang harus menanggungnya. Kenapa harus bayi itu yang di buang?
"Maafkan jika ucapanku sedikit kasar. Aku hanya ingin mengingatkan kamu, jika bayi itu tak bersalah. Kasihan jika harus dilenyapkan. Pikirkan lagi keputusanmu ini, Bel."
"Aku tak punya siapa-siapa. Bagaimana aku bisa membesarkan bayi itu seorang diri," balas Bella.
"Kau bisa besarkan bayi itu bersama denganku. Kita rawat bersama," jawab Axel.
Bella langsung menengadahkan kepalanya. Menatap mata Axel untuk melihat kesungguhan dari ucapan pria itu. Dia melihat kesungguhan dari kata-kata pria itu.
Namun, apa kedua orang tuanya Axel juga bisa menerima bayinya. Jika tahu itu anak Steven, mungkin mereka akan mempertimbangkan, tapi Bella sudah bertekad tak akan mengatakan tentang kehadiran bayi itu di perutnya.
"Apa maksud Kak Axel?" tanya Bella.
"Aku akan menikahi kamu. Kita besarkan bayi itu bersama. Jangan kamu tambahkan dosamu dengan membuangnya," jawab Axel.
Mulut Bella terbuka lebar mendengar ucapan Axel. Ternyata masih ada pria sebaik Axel. Namun, dia takut nantinya akan jadi bumerang saat Steven tau itu anaknya. Tapi, bukankah dia bisa sembunyikan tentang siapa bapak biologisnya.
"Apa kedua orang tua Kak Axel akan mau menerima anakku ini?" tanya Bella dengan tersenyum miring.
Axel menarik napas berat. Tentu saja orang tuanya tak akan menerima jika tahu Bella sedang berbadan dua dan hamil anak pria lain.
Semua orang tua tak akan bisa menerima putranya menikahi wanita lain. Namun, dia memiliki ide agar Bella dan akan dalam kandungannya bisa diterima.
"Nanti malam kita ke rumah mama dan aku akan mengatakan jika kita akan segera menikah karena ada bayiku dalam kandunganmu. Aku akan mengakui jika itu darah dagingku," ucap Axel.
Air mata Bella kembali jatuh membasahi pipi. Dia merasa beruntung karena dipertemukan dengan orang sebaik Axel. Entah doa atau amalan apa yang ibunya lakukan sehingga dia bisa dipertemukan dengan seorang pria yang baiknya tidak bisa di ucapkan dengan kata-kata.
"Sekarang kamu pulang saja ke kost. Jangan bekerja. Istirahatlah hingga malam aku jemput," ucap Axel.
"Apa aku boleh istirahat di sini saja?" tanya Bella. Dia tak ingin pulang ke kost, karena yakin Han akan menjemputnya dan membawa ke apartemen.
Bella sudah bertekad akan menolak jika Han menjemputnya. Tak peduli dia akan berurusan dengan Steven. Dia juga ingin mengatakan pada pria itu jika mulai besok tak akan pernah melayaninya dan tak akan mau lagi menjadi pemuas napsunya saja.
Bella masuk ke ruang istirahat kafe itu. Di sana tersedia tempat tidur lajang, cukup buat yang membutuhkan istirahat karena sakit.
Dia lalu membaringkan tubuhnya dan kembali matanya berair. Saat ini perasaannya tidak bisa digambarkan. Sedih, kecewa dan banyak hal tak terduga hati.
Tuhan sebenarnya sekuat apa sih aku di mata Mu. Sampai Engkau se percaya itu, bahwa aku bisa melewati semua sendirian. Sebenarnya aku capek, tapi aku malu harus mengeluh terus. Padahal aku nggak sekuat yang orang-orang tau. Aku tak sekuat itu Tuhan. Sebenarnya bahuku tak sekuat dulu yang sanggup menahan apa pun itu. Hatiku tak sesabar dulu, yang selalu yakin suatu saat tidak akan lagi sakit. Apa yang kamu lihat kini adalah aku yang sekarang. Terkadang menangis tanpa suara dan kadang terkadang diam tanpa kata-kata.
Sementara itu di ruang kerjanya, Axel mengeluarkan foto seorang pria dengan wajah putih bersih. Dia mengusapnya dengan penuh cinta.
"Sayang, tak akan ada lagi yang curiga tentang hubungan kita. Aku akan menikahi Bella untuk menutupi kelainan pada diriku ini. Aku tak bisa menyukai wanita secantik apa pun dia, aku hanya bisa jatuh cinta dengan sesama pria. Maafkan aku, Bella. Kamu akan aku jadikan tumbal agar orang percaya jika aku normal. Aku menikahi kamu hanya demi status," gumam Axel pada dirinya sendiri.