Gadis cantik bernama Alina Humaira, dinikahi Tuan muda tampan, bernama Jonathan Arya untuk memberikan seorang keturunan anak laki-laki dari keluarga konglomerat itu. Dia rela menjadi istri ketiga demi menyelamatkan ayahnya yang sedang sekarat.
Meski berat, gadis itu harus berani menghadapi segala resiko yang akan ia hadapi setelah terjadi pernikahan itu, termasuk meninggalkan calon suaminya yang sedang bekerja di luar negri.
Mampukan ia menjalani takdir, yang tak pernah terbayang sebelumnya? Apakah ia akan menjalani kehidupan seperti surga? Ataukah kehidupan seperti di neraka setelah kakinya menginjak rumah mewah bak istana itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arsy Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 18
Sampai di depan pintu kamarnya. Gadis itu disambut oleh kedua pelayannya, Sari dan Mita.
"Non Alina, Non kemana saja?" tanya mereka.
"Aku habis jalan-jalan!" jawab Alina terkekeh. Bahkan dokter Santi yang mendengar jawaban Alina, dia mengernyitkan dahinya, karena merasa bingung.
Alina masuk ke dalam kamarnya, gadis itu merasa sekarang kondisinya sedang tidak baik-baik saja. Bahkan dokter Santi mengatakan kalau demamnya mencapai, 39°.
"Non Alina, istirahat yang cukup, makan yang cukup, banyak minum, dan diminum obatnya tepat waktu ya! Ingat jangan banyak gerak dulu, sampai demamnya benar-benar turun ya! Ayo sekarang Non Alina makan dulu dan diminum obatnya!" pesan dokter Santi.
"Dan untuk, Mbak Mita, dan Mbak Sari, ini obat yang harus diminum Non Alina ya, saya sudah tulis, aturan minumnya. Tugas saya sudah selesai. Dan saya pamit pulang!" ujarnya lagi.
"Iya Dok," jawab gadis itu tersenyum.
"Tuh, dengerin! Makanya jangan kelayapan!" cetus Arya yang masih tampak kesal kepada istrinya itu.
Alina tidak menjawab, dia malah tidur membelakangi suaminya setelah dokter Santi pamit pergi, dan diantar Sari dan Mita lagi ke bawah.
"Kamu tidur? Kamu gak makan? Kamu dengar kan, apa yang tadi dokter Santi katakan. Makan!" ucap Arya kesal.
"Astagfirullah Al adzim… Tuan, nyebut! Kenapa sih? Tuan Muda marah-marah terus? Iya aku akan makan, tapi aku tidak mau di tonton Tuan Muda di kamar ini!" jawab Alina jengkel.
"Ya. Baguslah, jangan lupa diminum obatnya!"
"Iya iya, bawel!" gadis itu menjawabnya ketus.
"Kenapa masih diam disini? Ayo Tuan Muda pergi!" usir Alina.
"Heh… ini rumah saya, ya otomatis ini adalah kamar saya! Dan kamu harus ingat Al, kamu itu adalah istri saya! Dalam agama kita, seorang istri harus menghormati dan melayani suaminya, bak seorang raja. Ini kamu ke suami kasar, tukang ngedumel, dan tidak ada hormat-hormatnya,!" ucap Arya, tidak mau beranjak pergi dari kamar istrinya.
"Oh ya? Seorang istri harus menghormati, melayani, suaminya bak seorang raja? Iya, ucapanmu itu tidak salah, semuanya benar. Tapi apakah selama ini Tuan Muda, memperlakukan istri Tuan Muda seperti ratu?? Apakah hak, para istri di rumah ini, mereka dapatkan?" tanya gadis itu dengan tatapan tajam menghunus.
Arya seketika terdiam, ucapan Alina bagaikan mencekal, suara di tenggorokan, sampai tidak bisa keluar. Hati dan pikiran pria itu, ingin menjawab pertanyaan Alina. Tapi bibir seakan terkunci, dan menyetopnya.
"Kenapa? Tuan tidak bisa menjawab? Apakah alasan Tuan karena mama? Kalau iya karena mama. Mau sampai kapan Tuan Muda seperti ini? Demi membahagiakan mama, Tuan menghancurkan masa depan wanita lain, yang seharusnya Tuan lindungi, bayangkan jika posisi mbak Sandra, mbak Sukma, dna juga aku menimpa mama, apa Tuan akan terima?" cecar gadis itu.
"Cukup! Kamu menikah dengan saya, atas kemauanmu sendiri. Saya tidak pernah memaksamu, Alina!" Arya memotong ucapan istrinya.
"Kenapa Tuan Muda? Apa yang aku katakan salah? Oke maaf jika aku salah. Ya, memang aku akui, jika aku saat ini, menikahi Tuan atas keinginanku sendiri, tapi apakah aku salah, sebagai seorang anak, yang ingin berbakti kepada orang tuanya? Meskipun dengan itu aku harus mengorbankan masa depan sendiri. Terserah, apa pandanganmu padaku Tuan Muda, sudah aku katakan, aku ini sudah menjual hidupku padamu dan juga kepada mamamu!" jawab Alina.
"Apa maumu, Al? Kenapa kamu sekarang seolah benci kepada saya? Biasanya meskipun kamu, menjengkelkan. Kamu tidak seperti ini kepada saya?" tanya Arya lalu mendekati istrinya.
"Lepaskan mbak Sandra, dan juga mbak Sukma! Hanya itu keinginanku!" jawab gadis itu tegas.
"Tidak! Itu tidak mungkin terjadi!"
"Lalu. Mau sampai kapan Tuan Muda menyiksa mereka? Kamu itu manusia bukan sih?" gadis itu betul-betul tak habis pikir dengan jalan pikir suaminya.
"Tidak Al, keluarga ini, tidak memperbolehkan perceraian. Dan mama, pasti tidak akan mengizinkan!" jawab pria itu, intonasi suaranya pun sekarang agak mulai menurun.
"Jadi alasan utamanya adalah karena, mama? Tuan Muda, bersikap semena-mena terhadap mbak Sandra dan mbak Sukma, karena mama? Demi apa Tuan? Apakah demi seorang keturunan putra laki-laki? Tuan, mohon maaf, jika Tuan ditakdirkan tidak mempunyai seorang laki-laki bagaimana??" tanya gadis itu kini menatap tajam ke arah suaminya.
Arya hari ini kalah bicara oleh istrinya. Istri yang belum seminggu dia nikahi, padahal sebelumnya, baik Sandra maupun Sukma, keduanya tidak pernah berani bicara, tegas padanya, apalagi sambil menatapnya.
Arya pergi dari kamar istrinya. Tanpa bicara sepatah katapun. Entah apa yang ada di pikiran pria itu. Sehingga, wajahnya begitu muram saat ini.
"Kok, dia malah pergi? Apa aku salah bicara ya? Tapi yang aku katakan itu benar, kok. Dan aku tidak salah," gumam Alina bingung dahinya berkerut.
