NovelToon NovelToon
Indigo X Zombie Apocalypse

Indigo X Zombie Apocalypse

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Zombie / Hari Kiamat / Hantu / Roh Supernatural / Penyelamat
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Mobs Jinsei

Kisah tentang tiga anak indigo yang berjuang demi hidup mereka di dalam kiamat zombie yang tiba tiba melanda dunia. Mereka mengandalkan kemampuan indigo mereka dan para hantu yang melindungi mereka selama mereka bertahan di tempat mereka, sebuah rumah angker di tengah kota.

Tapi pada akhirnya mereka harus meninggalkan rumah angker mereka bersama para hantu yang ikut bersama mereka. Mereka berpetualang di dunia baru yang sudah berubah total dan menghadapi berbagai musuh, mulai dari arwah arwah penasaran gentayangan, zombie zombie yang siap menyantap mereka dan terakhir para penyintas jahat yang mereka temui.

Genre : horror, komedi, drama, survival, fiksi, misteri, petualangan.

Mohon tinggalkan jejak jika berkenan dan kalau suka mohon beri like, terima kasih sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 7

“Grek...gregek,” Reno membuka pagar depan rumahnya yang nampak seperti benteng dan berat, aroma anyir darah dan aromba bangkai busuk langsung tercium, walau sudah memakai masker, Reno tetap menutup hidungnya.

“Astaga,” ujar Reno.

Dia melihat genangan darah yang sudah hampir mengering sehingga menjadi kental tergenang menutupi jalan di depan rumahnya, banyak potongan tubuh berserakan di atasnya dan “gaaaaaa,” banyak kepala yang berdiri di atas genangan darah, mulut kepala kepala itu masih bergerak walau sudah terpisah dari tubuhnya dan daging di kepalanya sudah mulai lepas sedikit demi sedikit. Dewi yang berada di belakang Reno, menepuk Reno yang berhenti dan tidak maju keluar dari pagar,

“Kenapa Ren ?” tanya Dewi sambil mengintip keluar.

Dewi juga langsung tertegun dan menutup hidungnya walau sudah memakai masker, dia langsung bersembunyi di balik Reno.

“Keluar pelan pelan Wi, walau potongan potongan tubuhnya ga bergerak, tapi kepala mereka masih idup,” ujar Reno sambil mencari tempat dia harus melangkah.

Setelah menemukan tempat kering walau berwarna merah, Reno melangkah tangannya terjulur ke belakang untuk memegang tangan Dewi yang menggendong Felis. Selagi melangkah, Reno memperhatikan kepala kepala yang berserakan dan berdiri di jalan,

“Ya ampun....om Edi....mba Sinta...bu Julita.....mas Tono yang buka bengkel sepeda di depan....semuanya...gue kenal,” ujar Reno.

“Trus kenapa kalo lo kenal, ayo jalan,” balas Dewi di belakang.

“Ya ga gimana gimana, biasanya mereka nyapa gue kalao pagi dan nyapa gue kalo gue pulang sore...ga nyangka aja,” ujar Reno.

“Doain aja mereka, ga mungkin kita kubur mereka kan, salah salah mereka malah menggigit kita,” ujar Dewi.

“Iye, lo bener, yuk jalan,” balas Reno.

Selangkah demi selangkah, mereka melompati genangan genangan darah yang menggumpal dan kental, mereka juga melompati potongan potongan tubuh supaya tidak menginjak nya dan menghindari kepala kepala sambil mendoakan mereka dalam hati. Setelah melewati semua itu, mereka berjalan keluar dari gang dan tiba di jalan raya, tidak ada satupun mobil atau kendaraan lainnya yang berjalan, tidak ada orang satu pun yang berjalan jalan di trotoar seperti biasanya, tidak ada satupun lampu yang menyala, suasana benar benar sepi seakan akan kota sudah mati. Yang terlihat hanyalah bekas darah di jalanan yang telihat panjang seperti sesuatu yang berdarah di seret di jalanan.

Dengan perlahan dan tetap bergandengan, Reno dan Dewi berjalan menuju mini market yang tidak jauh dari gang tempat mereka keluar. Reno sekarang menggendong Felis gantian dengan Dewi, dengan hati hati mereka mengintip ke ruko tempat mini market itu berada dari pembatas pagar yang selalu terbuka di depannya,

“Aman Wi ?” tanya Reno.

“Aman sih, ga ada orang sama sekali,” jawab Dewi yang mengintip di depan.

Ketiganya mulai berjalan masuk, Reno menurunkan Felis dan ketiganya memegang senjata mereka masing masing berjaga jaga. Akhirnya mereka sampai di depan pintu mini market, sebelum masuk mereka mengintip terlebih dahulu ke dalam melalui kaca jendela yang pecah. Setelah memastikan aman, Reno menoleh kepada Dewi dan mengangguk, Dewi membalas mengangguk kemudian tangannya memegang gagang pintu. “Cklung....ckling,” bel berbunyi ketika pintu di buka, ketiganya langsung diam dan mengangkat senjata mereka.

“Rese amat sih, pake bunyi segala,” ujar Reno.

“Biasanya kita ga peduli tapi sekarang jadi peka ama gituan,” tambah Dewi yang bersiaga.

“Oi Wi,” ujar Reno.

“Apa ?” tanya Dewi.

“Biasa aja kale, ga usah gaya ninja kayak gitu, ga ada apa apa,” jawab Reno.

“Bawel lo, gue takut tau,” balas Dewi.

Ketiganya mengendap ngendap masuk ke dalam, kemudian mereka memeriksa gang demi gang di dalam mini market, setelah memastikan aman, ketiganya menaruh kembali senjata mereka, semua barang barang di dalam mini market masih tertata rapi seperti sebelumnya, hanya ada beberapa rak yang jatuh dan isinya berserakan di lantai, ketiganya mulai berkeliling di dalam mini market mengambili makanan, minuman dan apa saja yang bisa di ambil.

Reno mengambil keranjang belanja, dia memasukkan semua kaleng sarden, kornet, tuna dan semua makanan kaleng yang dia temui, sementara Dewi memasukkan snack seperti potato chip yang berkantung kantung ke dalam keranjangnya. Felis juga memasukkan roti roti,selai, keju, coklat dan semua yang ada di rak ke dalam keranjangnya. Selagi mereka berjalan jalan di gang, tiba tiba, “brak,” “klontang,” Reno menjatuhkan keranjangnya dan mencabut pemukul baseballnya, di depannya ada seorang wanita berpakaian putih, berambut panjang yang menutupi wajahnya dan menunduk membungkuk sehingga wajahnya tidak terlihat.

Mendengar suara benda jatuh, Dewi dan Felis langsung berlari mendapati Reno dan bersembunyi di belakang Reno yang sedang bersiaga penuh, Dewi melihat ke depan Reno,

“Ada apa sih Ren ?” tanya Dewi.

“Lah lo ga liat itu di depan ?” tanya Reno bingung.

“Lo jangan mengada ngada, ga ada apa apa di depan,” jawab Dewi yang kembali berdiri seperti biasa.

Dewi berjalan melewati Reno ke arah wanita yang di lihat Reno berdiri mematung, melihat Dewi semakin mendekat dan tangan wanita itu mulai terangkat, Reno langsung menyusul Dewi dan menghalangi Dewi maju menggunakan tangannya, “nyot,” “aw,” tanpa sengaja tangan Reno memegang dada Dewi.

“Apa apaan sih lo,”

“Plak,” sebuah tamparan mendarat telak lagi ke pipi Reno, yang langsung memegang pipinya dengan tangannya walau tetap bersiaga mengacungkan pemukul baseballnya ke wanita di depannya.

“Aaaaaah sakit tau, ga sengaja, ngapain sih maen tabok aja,” teriak Reno.

“Abisnya, lo megang gue, masih bagus cuman gue tabok lo,” ujar Dewi sambil memeluk tubuhnya sendiri dan berbalik.

“Lo ga liat di depan hah, liat tuh, ada cewe kayak kuntil gitu di depan, maen maju aja, kalau dia nempel ama lo gimana, repot urusannya,” ujar Reno.

“Serius lo ?” tanya Dewi.

“Ngapain gue bohong soal ginian....tunggu, lo ga liat ?” tanya Reno menoleh melihat Dewi.

“Enggak, sumpah,” balas Dewi.

“Felis, kamu liat ga ?” tanya Reno.

Felis yang wajahnya terlihat bingung menggelengkan kepalanya, Reno berbalik dan melihat wanita itu masih di depannya dan berdiri mematung tanpa bergerak, dia menyadari kalau hanya dia yang melihat wanita itu, kemudian dia memberikan pemukul baseballnya kepada Dewi.

“Nih pegang bentar,”

“Mau ngapain lo ?” tanya Dewi memegang pemukul baseballnya.

Reno maju ke depan, dia menjulurkan tangannya dan memegang kepala wanita di depannya, tiba tiba tubuh wanita itu bergerak gerak dengan sangat cepat tidak beraturan dan kencang, tiba tiba wujudnya berubah menjadi seorang gadis berpakaian seragam mini market yang nampak cantik dan tersenyum. Dewi dan Felis baru melihat apa yang di katakan Reno benar,

“Loh dia nongol dari mana ?” tanya Dewi.

“Tadi wujudnya wanita berambut panjang hitam, berbaju putih kayak gaun pemakaman dan serem....sekarang percaya, gue beneran ga sengaja megang lo,” jawab Reno.

“Oh gitu....ya udah gue percaya, sori gue udah nabok lo, tapi tetep, gue rugi nih, lo megang di tempat yang belum pernah di pegang siapapun,” ujar Dewi sambil menutup dadanya.

“Udeh sih, rese,” balas Reno.

Hantu pegawai mini market itu menunjuk ke arah gudang yang pintunya tertutup, Dewi memberikan lagi pemukul baseballnya kepada Reno dan Reno berjalan mendekati pintu yang di tunjuk oleh sang hantu. “Krieeek,” Reno mengintip ke dalam, di dalam terlihat sangat gelap, tapi “groooo,” tedengar suara erangan yang lemah di dalam. Tiba tiba sang hantu sudah berada di depan Reno, dia menunjuk dinding tepat di sebelah pintu, Reno menjulurkan tangannya dan ternyata ada saklar untuk menyalakan lampu di sana, “klik,” Reno menekan nya dan matanya langsung membulat, ternyata di dalam ada beberapa rak tempat penyimpanan barang yang jatuh dan menimpa dua orang pegawai mini market yang sudah berubah menjadi zombie, mereka mengerang dan tidak bisa keluar karena terhimpit rak besi yang sangat berat itu.

Wajah hantu pegawai mini market itu terlihat sedih melihat dua zombie wanita yang masih memakai seragam pegawai mini market bernama “in**mart” itu. Dewi menyusul Reno masuk ke dalam dan langsung menutup mulutnya dengan tangan, tangan sebelahnya menutup mata Felis yang masuk bersamanya.

“Oi Ren, lakukan sesuatu, cepetan,” ujar Dewi.

“Gue musti ngapain ?” tanya Reno bingung.

Tiba tiba Felis menyingkirkan tangan Dewi, kedua tangan kecilnya mencabut dua buah pisau di pinggang Dewi, “tap...tap...tap,” Felis berlari kecil ke depan dua zombie yang terhimpit lemari dan jongkok di depan mereka, “graaaaah,” “crep...crep,” ketika zombie itu mengerang, kedua tangan Felis langsung menancapkan pisau ke kedua kepala zombie itu tepat di ubun ubun. “Blugh,” kedua zombie itu langsung diam dan tidak bergerak lagi, wajahnya juga menjadi kaku dan matanya terpejam.

“Oh...jadi gitu ?” tanya Reno.

“Felis....jangan main maju kayak gitu aja, bahaya tau,” teriak Dewi.

“Maaf kak, tapi Felis ga tega, mba nya bilang begitu caranya,” balas Felis.

“Hah,” Reno dan Dewi langsung menoleh tapi hantu pegawai mini market yang bersama mereka sudah hilang entah kemana. Reno dan Dewi langsung melihat satu sama lain kemudian keduanya melihat Felis yang terlihat bingung menatap mereka dengan mata bulatnya yang lucu menggemaskan.

“Jadi gitu ya caranya, berarti kepala kepala depan rumah kita dan om Didi bisa kita....bunuh ?” tanya Reno.

“Kayaknya gitu ya....tapi....gue ogah nyobanya,” jawab Dewi.

“Sama sih...gue juga ogah, dah lah yu, buruan balik, ntar keburu malem repot,” balas Reno.

“Iya yuk,” balas Dewi.

Ketiganya mencari beberapa barang yang kira kira bisa di pakai di gudang mini market, mereka mengambil sebuah linggis dan sebuah batang besi berkait yang biasa di gunakan untuk menutup roling door bagian depan mini market, setelah itu mereka membawa keranjang masing masing berjalan keluar dari mini market dan kembali menuju rumah mereka.

1
Yulitasari Daniel
tetap sehat Thor agar bisa up terus
Fitri
jangan jangan pak yohan yang jahat
anggita
like👍☝iklan. moga novelnya lancar.
Mobs Jinsei: makasih kak dukungan nya /Pray/
total 1 replies
anggita
reno, dewi, podo" sama" 🤫
anggita
👋😡 pembukaan cerita marah nampar orang.
heyza. 617
bikin cerita kok setengah setengah buruan update
Mobs Jinsei: update tiap malam kak
total 1 replies
Aryanti endah
Luar biasa
Mobs Jinsei: makasih dukungan nya kak /Pray/
total 1 replies
FJ
padahal aku dah berpikir, emang bisa dibuka?
Mobs Jinsei: Tembus kak
total 1 replies
adib
wah genre baru... makasih thoe
Mobs Jinsei: sama sama kak, semoga suka
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!