Sherin mempunyai perasaan lebih pada Abimanyu, pria yang di kenalnya sejak masuk kuliah.
Sherin tak pantang menyerah meski Abi sama sekali tidak pernah menganggap Sherin sebagai wanita yang spesial di dalam hidupnya.
Hingga suatu ketika, perjuangan Sherin itu harus terhenti ketika Abi ternyata mencintai sahabat Sherin sendiri, yaitu Ana.
Lalu bagaimana kisah mereka setelah beberapa tahun berlalu, Abi datang lagi dalam kehidupannya sebagai salah satu kreditor di perusahaan Sherin sedangkan Sherin sendiri sudah mempunyai pria lain di hatinya??
Apa masih ada rasa yang tertinggal di hati Sherin untuk Abi??
"Apa sudah tidak ada lagi rasa cinta yang tertinggal di hati mu untuk ku??" Abimanyu...
"Tidak!! Yang ada hanya rasa penyesalan karena pernah mencintaimu" Sherina Mahesa....
Lalu, bagaimana jika Abi baru menyadari perasaanya pada Sherin ketika Sherin bukan lagi wanita yang selalu menatapnya dengan penuh cinta??
Apa Abi akan mendapatkan cinta Sherin lagi??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lima tahun kemudian
Lima tahun berlalu....
☘️☘️☘️
"Satu-satunya cara yaitu dengan mencari pembiayaan. Kita tau sendiri kalau dana dalam perusahaan kita ini tidak akan bisa mengcoverage semuanya walau kita yakin proyek kita ini akan berhasil"
Suasana di dalam ruang meeting itu masih begitu serius. Beberapa orang di dalam sana belum juga menemukan bagaimana caranya mendapatkan dana yang besar demi menunjang proyek besar mereka.
Perusahaan yang bisa di bilang masih dalam tahap berkembang itu tentu saja masih bergelut dalam masalah keuangan.
Untuk mewujudkan sebuah proyek ataupun inovasi baru, tentu siapa saja membutuhkan biaya, meskipun itu perusahaan besar sekalipun.
Tapi masalahnya, jika perusahaan-perusahaan besar lainnya akan dengan mudah mendapatkan suntikan dana, maka lain halnya dengan perusahaan kecil seperti mereka.
Perusahaan yang di bangun dari nol sejak lima tahun yang lalu itu sebenarnya sudah mulai bersaing dengan perusahaan-perusahaan setara lainnya. Namun si pemilik tentunya ingin terus mengembangkan perusahaannya dengan cara mencari suntikan dana dari perusahaan besar ataupun dari pembiayaan.
"Tapi Pak, kalau kita mencari pembiayaan lagi, takutnya kita tidak bisa membayarnya sesuai dengan jatuh tempo" Salah seorang pria tidak setuju dengan usulan atasannya itu.
"Jadi kau ragu kalau proyek kita ini akan berhasil??"
Pria berparas tampan di usianya yang ke dua puluh tujuh tahun itu tampak mengernyit ke salah satu karyawannya yang tampak tidak yakin dengan proyek mereka itu.
"Bukannya ragu Pak, saya yakin proyek kota ini sangat berpotensi dan saya yakin kalau sampai ke pasaran pasti akan menguasai pasaran. Tapi coba kita lihat dari sisi operasional dan produksinya Pak. Kita tentu butuh banyak mesin baru, kita juga butuh Brand Ambasador yang mumpuni, lalu masih banyak lagi yang lain. Kita tidak sedang mencari dana hanya satu atau dua milyar Pak, tapi berkali-kali lipat dari itu"
Pria yang sejak tadi duduk di barisan paling depan itu tampak berpikir sejenak.
"Benar katamu. Kalau begitu, kita harus mencari perusahaan besar yang mau berinvestasi di dalam proyek ini" Putus pria itu. Jabatannya sebagai pemimpin di perusahannya sendiri membuatnya harus bisa mengambil keputusan yang telah ia rundingkan bersama para bawahannya itu.
"Pak Anjas, tolong berikan saya daftar perusahaan-perusahaan yang sangat mendukung go green. Saya mau secepatnya, kita tidak punya banyak waktu" Perintah sang atasan pada salah satu karyawan kepercayaan itu.
"Baik Pak Abi, nanti sore pasti sudah saya serahkan daftarnya"
"Maaf Pak, tapi kenapa kita harus mencari perusahaan dengan latar belakang seperti itu. Apa tidak sebaiknya kita mencari perusahaan yang bergerak dalam bidang yang hampir mirip dengan kita?? Dengan begitu, mereka juga akan lebih mudah memasarkan produk kita, sebagai kolaborasi atau semacamnya" Tanya Ela, bagian pemasaran di perusahaan milik Abi.
Iya Abimanyu, setelah lima tahun berlalu, kini pria itu telah berhasil membangun sebuah perusahaan yang berpacu pada gerakan go green sesuai dengan cita-citanya dulu.
"Tidak, saya ingin perusahaan dan produk saya mempunyai citra tersendiri. Kalau kita menggandeng perusahaan yang bergerak dengan bidang yang sama tentunya mereka akan memandang sebelah mata produk kita karena nama mereka sudah besar lebih dulu" Tolak Abi dengan tegas.
"Alasan saya meminta Pak Anjas untuk mencari tau perusahaan yang mendukung penuh gerakan go green, itu karena saya yakin mereka pasti akan tertarik dengan proyek kita ini. Terutama tujuan kita adalah untuk mendukung kelestarian lingkungan hidup. Tentunya itu sudah sesuai dengan visi mereka, walau kita bergerak dalam bidang yang berbeda"
Ela langsung mengangguk mengerti dengan penjelasan dari atasannya itu. Atasan yang masih begitu muda namun begitu disegani karena ide-idenya yang cemerlang, sikapnya yang tegas namun hangat, juga sosok yang begitu menghargai karyawannya, membuat semua bawahannya menjadi segan kepadanya.
"Baiklah kalau begitu meeting kita akhiri sampai di sini. Untuk Pak Anjas, saya tunggu daftarnya nanti di ruangan saya"
"Baik Pak"
Abi pun meninggalkan ruangan itu dengan langkah kakinya yang lebar. Dalam setiap langkahnya di atas lantai perusahaannya itu dia tidak pernah berhenti bersyukur. Bahkan dia masih tidak menyangka jika dia bisa sampai di titik ini dan membangun perusahaannya sendiri.
Pria yang semakin terlihat tampan dengan garis wajahnya yang semakin tegas juga tubuhnya yang tegap dan tinggi membuat pasnya semakin mempesona.
"Sayang, kamu sudah selesai??"
Abi terkejut saat membuka ruangannya karena di dalamnya sudah ada seseorang yang menunggunya.
"Sudah, kamu udah dari tadi??"
"Enggak, aku baru aja sampai" Wanita itu langsung menghampiri Abi.
Cup...
Abi sempat terkejut karena sebuah kecupan di pipinya itu.
"Ana, ini di kantor, nggak enak di lihat karyawan ku" Abi melihat keluar di mana ruangannya hanya di batasi dinding kaca dengan para karyawannya di luar sana. Tentu saja Abi enggan apa yang di lakukan oleh kekasihnya itu di lihat orang lain apalagi mereka sedang ada di kantor.
"Loh, emangnya kenapa sayang?? Kan mereka semua juga tau kalau aku ini calon istri kamu"
Abi tak ingin menyahuti Ana lagi, dia memilih duduk di kursinya dan menyalakan laptopnya karena pekerjaannya masih sangat banyak.
"Kamu mau apa ke sini?? Tumben nggak bilang-bilang dulu??" Tanya Abi namun matanya fokus pada laptop di depannya.
"Kebetulan aku tadi ketemu klien di sekitar sini, jadi aku mampir sekalian. Kita makan siang bareng yuk?? Aku udah lapar banget nih" Pinta Ana dengan manja.
Abi melirik kekasihnya itu, wanita yang sudah dikencaninya selama lima tahun itu semakin terlihat seksi dan terlihat dewasa karena sudah pandai merias wajahnya seperti saat ini.
"Ya udah ayo, tapi bentar aja ya. Pekerjaan ku masih banyak" Abi yang tak ingin mengecewakan kekasihnya akhirnya menyetujui permintaan Ana. Apalagi dia sampai menghampiri Abi ke kantor.
Abi hanya mengambil dompet dalam lacinya, lalu beranjak menghampiri Ana. Wanita itu tersenyum penuh kemenangan karena berhasil mengajak kekasihnya itu makan di luar.
"Tunggu, kalian mau ke mana??" Anjas tiba-tiba masuk menghentikan Ana yang sudah bergelayut manja di lengan Abi.
"Mau makan siang di luar" Jawab Ana.
"Nggak bisa!! Kalau mau makan pesan aja terus makan di sini. Ada hal penting yang harus gue bicarakan sama Abi"
"Nanti aja kenapa sih?? Sekarang gue udah laper banget" Ana tampak kesal karena kedatangan Anjas, apalagi pria itu tampak tidak menyukainya dari dulu.
"Ada apa Njas??" Abi sudah menghilangkan bahasa formalnya saat tak ada karyawan lain di sekitar mereka.
Ana tampak kesal karena Abi tampak meladeni Anjas dan seperti melupakan ajakan Ana.
"Gue udah dapat perusahaan yang gue yakin mau ives sama kita" Anjas langsung duduk di depan meja Abi. Membuat Abi mau tak mau ikut duduk juga.
"Hufff, sial*n emang si Anjas!!" Ana juga kembali duduk dengan wajah masamnya.
"Yang benar?? Cepet banget"
"Nih lihat profilnya. Gue dapat ini dari Belva. Katanya perusahaan ini kompeten banget sama Visi Misi kita"
Abi membaca map yang berisi profil perusahaan produk makanan sehat dan kosmetik itu.
"Tapi siapa CEO nya Njas?? Kok nggak ada di sini??"
"Nah itu dia. Kata Belva, CEO mereka itu misterius banget. Tapi kalau kita punya proyek yang bagus, dan hampir sejalan dengan visi mereka, kita pasti bisa mendapatkannya"
Abi kembali membaca profil juga Visi Misi perusahaan besar itu. Perusahaan yang berkembang pesat dalam waktu yang sama seperti Abi membangun perusahaannya.
Dalam hati sungguh memuji CEO dari perusahaan itu yang berhasil memimpin perusahaannya dengan begitu baik.
"Kaya nggak asing sama visi misinya, kaya pernah dengar tapi di mana ya??" Batin Abi mengingat-ingat sesuatu.
"Jadi gimana??" Tanya Anjas.
"Oke, secepatnya lo buat janji sama mereka gue mau ketemu sama CEOnya"
bukan mcm kmu bermuka dua🤭🤭