NovelToon NovelToon
CEO Cantik Milik Mafia Kejam

CEO Cantik Milik Mafia Kejam

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Mafia / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:8.2k
Nilai: 5
Nama Author: Evi Mardiani

Menceritakan seorang gadis CEO yang terkenal dengan kecantikan dan kekayaan yang dimiliki oleh nya, harus terjerat dengan mafia kejam yang sedang menjalankan misi untuk menjatuhkan lawan nya.

Pria itu tidak menyangka jika dihari pertama dirinya berada di negara M untuk menjalani misinya di salah satu perusahaan besar yang ada di negara tersebut harus bertemu dengan seorang wanita cantik yang menjadi target dari misi nya sendiri. Sampai akhirnya pria itu menyatakan kepemilikan atas wanita itu.

"You are mine and will forever be mine" ucap pria itu dengan tatapan tajamnya menatap CEO cantik yang berada di hadapan nya itu.

"Kita lihat saja sampai mana kau bisa menaklukkan aku tuan Mafia" balas gadis itu dengan senyum manis nya yang terlihat begitu menawan di pandangan sang mafia kejam.

apakah sang mafia kejam itu bisa menaklukkan hati sang CEO cantik itu dan menyelesaikan misi nya?

apakah sang CEO cantik bisa jatuh ke dalam pesona tuan mafia kejam dan menerima perasaan dari mafia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evi Mardiani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 Hari pernikahan Laura dan Albert

Hari ini telah tiba, hari yang telah dinanti-nanti oleh Albert namun hanya sekadar formalitas bagi Laura. Karena pernikahan yang mereka jalani bukanlah didasarkan pada benih cinta, melainkan simpul kepentingan bisnis semata.

Di ruang ganti yang mewah, Laura termenung dengan pucat, mematung sambil ditata oleh penata rias profesional yang didatangkan khusus dari luar negeri oleh Albert, yang ingin memastikan segalanya sempurna, bagaikan pertunjukan megah di mata dunia.

Sementara itu, Sintya hanya bisa menatap Laura dengan mata berkaca-kaca. Ia melihat sahabatnya terkurung dalam gaun pengantin yang indah, namun wajahnya menyiratkan tekanan yang tak mampu diungkapkan dengan kata-kata.

Dengan langkah yang berat, Sintya mendekat dan meletakkan tangannya di bahu Laura, sebuah usaha untuk mengalirkan kekuatan dalam keheningan yang menyayat hati."Ikuti saja, kau kuat," bisik Sintya dengan nada yang nyaris terdengar, menggambarkan perasaan pilu yang merayap dalam dada setiap pengantin wanita yang terpaksa menikah tanpa cinta.

Laura menelan getir, menyimpan sejuta kata di balik senyum pahitnya yang terpaksa dipertontonkan di hadapan mereka yang tak tahu menahu tentang perih yang dia alami.

"gue yakin Lo adalah wanita yang kuat dan luar biasa, sehingga lo harus mampu menerima segala takdir yang telah Tuhan amanah kan kepada lo," ucap Sintya, memeluk Laura dengan penuh kekuatan, seakan memberikan semangat bagi sahabatnya untuk tetap tabah.

"Terima kasih, karena kamu selalu mendukung dan berada di sampingku," balas Laura, menggenggam tangan Sintya erat.

Di tengah keharuan itu, seorang desainer busana pengantin mendekat, membawa gaun pernikahan yang sangat mewah dan mempesona.

"Gaun ini dirancang khusus oleh calon suami Anda, Nona. Dia ingin Anda terlihat megah di hari spesial Anda, karena begitu dalamnya cinta Tuan Albert kepada Anda," ujar desainer itu, matanya berkilau memandangi wajah cantik Laura.

"Terima kasih, Tuan," bisik Laura, matanya berkaca-kaca, tersentuh oleh kasih sayang yang ditunjukkan calon suaminya melalui detail gaun itu, simbol cinta yang tak tergoyahkan.

"Sahabatku ini memang bidadari yang belum terungkap keindahannya, Tuan," ujar Sintya sambil memandang desainer tersebut dengan sorot mata yang berbinar. "Dengan gaun ciptaan mu, kecantikannya pasti akan bersinar bak permata yang baru diasah, dan pada suatu hari, kau juga akan merancang mahkota untuk pernikahanku, jadi bersiaplah, Tuan!"

Desainer itu tersenyum, seraya menjawab, "Tenang saja, Nona. Apabila karya saya memenuhi ekspektasi dan kepuasanmu, akan menjadi kehormatan bagiku untuk menyulam impianmu menjadi kenyataan di altar pernikahanmu nanti. Dan saya yakin, Tuan Jeremy pun akan membubuhkan sentuhan ajaibnya pada gaunmu."Raut Sintya berubah dalam sekejap, matanya menajam memerhatikan desainer itu. Reaksi Sintya mengundang tawa pelan dari desainer yang terkesan dengan perubahan ekspresi dramatis dari gadis itu.

Sedangkan di ruangan lain, terlihat Albert tersenyum senang melihat ruang pernikahan nya dan juga dia juga memantau Laura yang sedang di rias  oleh penata rias dan juga oleh penata busana.

Pria itu sangat tampan dengan jas pernikahan dan beberapa aksesoris pelengkap pernikahan nya.

"Lihatlah Jeremy, aku mampu merebut hati wanita itu, sekeras apapun dia, pastilah aku akan meluluhkan ketegarannya," kata Albert dengan senyum sinis yang memenuhi wajahnya.

"Jeremy, perintahkan Lucas untuk menayangkan rekaman pernikahanku dengan Laura kepada Marcus, ingin sekali aku melihat wajah terkejutnya saat menyaksikan sang putri tercinta menikah dengan diriku," lanjutnya dengan nada menggurui dan licik, menerangkan rencana jahat yang akan menghancurkan Marcus, menghilangkan hak waris sang putri dan menyaksikan dia berpaling pada musuhnya sendiri. Penderitaan Marcus melihat kenyataan pahit ini adalah puncak dari balas dendam Albert, sebuah tontonan yang penuh ironi dan penghinaan.

"Kau benar-benar iblis terkutuk, Albert!" kata Jeremy dengan sorot mata yang membakar.

"Aku tidak pernah menyangka jika Laura mengetahui bahwa kamu lah dalang di balik lenyapnya sang ayah, dia akan hancur! Dia pasti akan merasa dikhianati oleh orang yang seharusnya melindunginya, karena bagi dia, ayahnya adalah segalanya dalam hidupnya!" kata Jeremy dengan nada meninggi, menatap Albert yang hanya bersikap acuh tak acuh.

Albert, dengan senyum sinis dan mata yang berkilau kejam, menjawab tanpa sedikit pun penyesalan, "Aku tidak peduli, Jeremy. Tujuan ku menikahi Laura adalah untuk melihatnya terpuruk, bukan untuk membuatnya bahagia."

Dia berkata sambil terus menatap layar yang memperlihatkan Laura yang tengah didandani oleh salah satu MUA paling terkenal.

Setelah selesai di dandani, Laura, yang tidak mengetahui rencana jahat di balik semua ini, berjalan menuju altar pernikahan, di mana Albert sudah menunggunya dengan senyum penuh kepalsuan. Penghulu pun telah siap di depan mereka, menanti untuk mengikat mereka dalam janji suci yang telah dinodai oleh kebencian dan niat jahat.

"Indahnya tak tertandingi," gumam Jeremy, sambil menunjuk ke arah Laura yang segera akan melangkah sebagai mempelai wanita. Pujian itu langsung menarik perhatian Albert, yang mata dan hatinya terpaut pada wanita yang akan segera menjadi belahan jiwanya.

Kagum tak terkira, Albert terpana menyaksikan keanggunan Laura yang berjalan menuju altar. Setiap biaya yang dia keluarkan untuk pernikahan megah ini terasa sebanding dengan keindahan yang kini ia saksikan—biaya yang tidak hanya meliputi sewa gedung mewah tapi juga penerbangan para desainer dan petugas terpilih dari berbagai penjuru dunia.

Sementara itu, sorot mata para tamu laki-laki yang tertuju kepada Laura membuat tangan Albert menggenggam erat. Sorot mata mereka yang terkesima seolah melukai hatinya.

"Beraninya mereka memandangnya seperti itu," geram Albert dalam hati, matanya semakin tajam menyapu setiap lelaki yang terpikat oleh pesona Laura.

"Hari ini adalah hari bahagiaku, dan aku tak akan membiarkan pandangan kurang ajar kalian merusaknya," batin Albert, penuh amarah namun berusaha tetap tenang, mengingat hari istimewa yang sedang ia jalani.

Perlahan, Sintya mendampingi Laura menuju kursi pengantin di mana Albert sudah duduk menunggu di depan penghulu. Dengan tatapan yang dalam, Albert menyambut Laura yang mengambil tempat di sampingnya.

"Tersenyumlah, Laura, biarkan semua orang di sini tahu betapa bahagianya kau dengan pernikahan ini," bisik Albert dengan suara yang sarat makna, seakan mengunci Laura dalam permainan emosi yang rumit.

Wajah Laura memucat, senyum palsu tergores tipis di bibirnya—tanggapan terpaksa atas desakan Albert yang menggema pilu di telinganya. Kilas ketegangan berlalu, dan sesaat kemudian, mereka diumumkan sebagai suami istri.

Penghulu itu meminta Laura menghormati suaminya dengan mencium tangan Albert, sebuah tindakan penuh makna dalam setiap lipatannya. Albert membalas dengan kecupan lama di kening Laura, namun di balik ciuman yang tampak penuh kasih tersebut, terselip senyuman licik—membayang seram di wajahnya.

Di sana, di ruang yang dipenuhi ucapan selamat, Albert merasakan kemenangan pahit; putri dari musuhnya kini adalah miliknya selamanya. Dalam diam, dia bersumpah pada diri sendiri, Laura tidak akan pernah bisa terlepas dari genggamannya. Dia telah mengekangnya dalam janji-janji yang suram, terjebak dalam pernikahan yang tak dia impikan.

1
Princes Family
Semangat, Kak..
EM💜💜: terimakasih kak
total 1 replies
ZonZon
cerita ini bikin saya ingin terus membacanya sampai selesai! Keren banget, thor!
EM💜💜: terimakasih kak, jadi semangat ini
total 1 replies
menhera Chan
Membuncah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!