Menjadi bahan taruhan untuk dijadikan mainan oleh pria terpopuler di kampusnya membuat Naina terperangkap dalam cinta palsu yang ditawarkan oleh Daniel.
Rasa cinta yang semakin berkembang di hatinya setiap harinya membuat Naina semakin terbuai akan perhatian dan kasih sayang yang pria itu berikan hingga Naina dengan suka rela memberikan kehormatannya pada pria itu.
Nasib buruk pun datang kepada Naina setelah ia mengetahui niat buruk pria itu menjadikannya kekasihnya hanya untuk barang taruhan semata. Karena setelah itu Naina pun dinyatakan hamil. Dan untuk menutupi aib anaknya, orang tua Naina pun beralih untuk megalihkan fakta jika anak Naina adalah anak mereka dan adik dari Naina.
Ikuti cerita lengkapnya di sini, yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Zeline putriku
"Tak..." Suara anak balita yang baru berusia tiga tahun delapan bulan itu mengagetkan Naina yang sedang mengaduk masakannya di dalam kuali.
"Zeline... Ada apa dek?" Tanya Naina merasa bingung akibat suara Zelin yang terdengar cukup kuat.
"Ada wowow depan, Tak!" Adunya sambil menirukan suara anjing penjaga ronda di kampungnya.
"Wow... Woow..."
"Wowow di depan?" Tanya Naina memastikan ucapan Zeline.
Kepala mungil itu mengangguk sehingga rambutnya yang dikepang dua itu ikut terayun. "Lutcu itu wowow!" Adunya lagi sambil menampilkan deretan giginya.
"Mau lihat Wowow?" Tawar Naina.
Kepala mungil itu kembali mengangguk. "Ayo Tak!" Ajaknya menarik ujung baju yang dikenakan Naina.
Naina tersenyum. "Tunggu sebentar, ya. Kakak matikan api kompornya dulu."
"Cepat, Tak!" Ucapnya tak sabar.
"Iya, iya."
Setelah mematikan api kompornya, Naina pun segera menggendong tubuh mungil Zeline menuju ke depan rumahnya.
"Wowow itu..." Tunjukkan pada anjing penjaga ronda yang sedang tidur di tepi jalan.
"Iya, wowow..." Naina menahan tawanya. Putri kecilnya itu seperti senang melihat anjing berbulu lebat itu. Namun wajahnya terlihat ketakutan saat melihat anjing penjaga ronda itu dari dekat."
"Lutcu Meow ya, Tak..." Ucapnya menunjuk pada kucing kecilnya yang sedang tertidur pulas di teras rumah.
"Iya... Meow dan wowow sama-sama lucu." Balas Naina mengelus lembut rambut pirang putrinya.
"Yah... Pelgi itu..." Rajuknya saat anjing itu mulai berjalan mengikuti seorang warga yang lewat.
"Iya... Besok balik lagi kok." Ucap Naina menenangkan putrinya."
"Huh..." Suara ******* dari bibir mungil itu dengan bibir mengerucut membuat wajah Zeline terlihat lebih lucu.
"Masuk yuk, Tak. Malas wowow dah pelgi." Ucapnya lalu menjatuhkan wajahnya di pundak Naina.
"Iya, ayo masuk." Ajak Naina sambil mengelus punggung putrinya.
*
"Zelin sudah tidur, Nai?" Tanya Ibu saat melihat Naina keluar dari dalam kamarnya. Walaupun melakukan penyamaran jika Zeline adalah anak Ibu Fatma, Ibu dari Naina. Namun tetap saja, sejak dari bayi Zeline selalu tidur di kamar yang sama dengan Naina. Naina tidak ingin sekalipun berjauhan dari putri kecilnya itu.
"Sudah, Bu." Jawabnya lalu ikut duduk di samping Ibu.
"Apa kau sudah mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa besok sore untuk kembali ke kota, nak?" Tanya Ibu.
Naina mengangguk. "Sudah, Bu."
"Akhirnya kita bisa kembali lagi ke kota ya, Nai... Ibu sudah sangat merindukan tanaman Ibu di sana... Pasti sudah besar-besar." Ucap Ibu dengan tersenyum senang.
Naina ikut tersenyum. Walau dalam hatinya merasa takut jika ia akan bertemu lagi dengan ayah dari anaknya. Namun mengingat jika mereka memang sudah harus kembali ke kota membuat Naina membuang jauh-jauh rasa ketakutannya itu.
"Iya, Bu... Ibu sudah sangat rindu ya berdekatan dengan ayah?" Goda Naina yang membuat Ibu tersenyum malu.
"Kenapa Ayah dan Amara belum sampai juga ya, Bu?" Tanya Naina melihat jam yang menggantung di dinding.
"Sebentar lagi juga sampai. Tadi Ayah kamu nelfon kalau mau membelikan sendal baru dulu buat adik kamu soalnya sendal Amara tanggal saat berhenti makan di jalan." Jelas Ibu.
Hingga beberapa menit menuggu, suara klakson khas mobil Ayah pun mulai terdengar. Naina dan Ibu pun buru-buru keluar rumah menyambut kedatangan Ayah dan Amara.
"Loh... Zeline mana?" Tanya Ayah karena tidak melihat keberadaan cucunya.
"Zeline sudah tidur, Yah..." Balas Naina yang diangguki paham oleh Ayah.
"Loh... Kamu kok bawa baju banyak sekali, Mara?" Tanya Ibu heran melihat plastik baju baru di tangan Amara dan juga beberapa aksesoris rambut di dalam plastik.
"Iya, Bu... Ini semua buat Kak Naina... Karena besok Kakak dan Ibu sudah kembali ke rumah kita yang lama... Maka dari itu Amara akan merubah penampilan Kakak agar terlihat berbeda dari biasanya."
"Maksudnya apa, Amara?" Tanya Naina tidak mengerti.
***
Nanti malam lanjut lagi, ya kalo komennya banyak hehe😊
Untuk mendukung karya author yang baru. Mohon berikan dukungan dengan cara...
Like
Komen
Votenya
Agar author semakin semangat melanjutkan ceritanya. Terimakasih😊😊