Elang Dan Merpati

"Hai!" Sapa pria itu. Merpati pun mendongak karena posisi pria sedang berdiri.

Seorang pria tampan dan mapan, tadi saat ia masuk ke kampus, para mahasiswi memekik melihat pria tampan itu.

Ditambah lagi, ternyata pria itu menghampiri Merpati di kantin. Mereka menduga jika itu adalah kekasihnya Merpati.

"Kamu?"

"Ya, masih ingat, kan? Yang semalam hadir di acara ulang tahun perusahaan Wijaya," tanya Richard.

"Ada apa anda kemari, Tuan? Bukankah ini kampus?"

"Saya adalah investor di kampus ini."

Merpati hanya mengangguk, ia tidak terlalu menanggapi perkataan Richard itu. Menurut Merpati, pria yang bernama Richard terlalu pamer.

"Boleh duduk disini?"

"Tempat ini bukan punya saya, Tuan. Jadi tidak ada hak saya untuk melarang anda," jawab Merpati lugas.

Richard tersenyum, ia semakin kagum dengan kepribadian gadis didepannya ini. Sementara Hansen hanya mengamati dari jauh.

Namun tiba-tiba terbesit ide jahil di pikirannya. Hansen berjalan cepat seperti orang yang sedang terburu-buru.

"Maaf sayang, aku terlambat," ucap Hansen lalu mengecup kening Merpati.

Merpati yang tidak menduga pun hanya bisa bengong sambil menatap Hansen dalam. Seketika iapun mengerti.

"Tidak apa-apa sayang, aku juga belum lama kok," ujar Merpati sambil menarik tangan Hansen agar duduk disampingnya.

Richard mengepalkan tangannya dibawah meja saat melihat interaksi mereka berdua. Semalam ia diganggu, dan hari ini juga diganggu.

"Siapa dia, sayang?" tanya Hansen pura-pura tidak tahu.

"Oh, dia Tuan Richard CEO dari perusahaan apa ya? Aku lupa!"

"CEO di perusahaan R.C.M," jawab Richard dengan bangganya.

"Saya kekasih Merpati," ucap Hansen sambil mengulurkan tangan. Namun tidak disambut ramah oleh Richard.

"Ayo sayang kita pergi, kelas sebentar lagi akan di mulai," ajak Hansen. Kemudian Hansen membayar makanan dan minuman yang Merpati pesan tadi.

Richard memandang mereka yang sedang bergandengan tangan. Namun saat sudah tidak terlihat lagi, Merpati pun mendorong Hansen.

"Kamu cari kesempatan, kan?"

"Tidak! Aku hanya ingin menolongmu bebas dari dia.'

"Tapi gak gitu juga kali, aku yang rugi, kamu yang untung. Pakai acara cium kening segala."

Hansen hanya tersenyum saat melihat kepergian Merpati. Entahlah, ia merasa senang saat tadi berperan sebagai kekasih nya Merpati.

Sementara Richard kembali ke mobilnya, ia memerintahkan bawahannya untuk mengawasi Merpati.

Setelah itu iapun kembali ke perusahaan. Hatinya dongkol saat mengetahui jika gadis incaran nya sudah memiliki kekasih.

Kelas pun berakhir, saatnya mereka pulang. Merpati berjalan tergesa-gesa menuju ke parkiran.

Merpati melihat ada sebuah mobil terparkir tidak jauh dari kawasan kampus. Dan mobil itu belum pernah Merpati lihat sebelumnya.

Merpati cuek-cuek saja, dan masih memakai jaket dan helmnya. Merpati pun pergi dari parkiran.

Mobil yang tadi terparkir pun mengikutinya. Hansen yang kebetulan melihat ada yang mengikuti Merpati pun segera berlari ke motornya.

Dengan cepat ia mengejar mobil tersebut. Sementara Merpati baru menyadari jika ada mobil mengikutinya pun melaju kan motornya.

Mobil itu juga melaju mengejar motor milik Merpati. Hansen melihat ada yang tidak beres pun ikut melajukan motornya mengejar mobil tersebut.

"Sepertinya mereka mengincar Merpati," gumam Hansen.

Merpati menghentikan motornya dan masih duduk santai di jok motornya. Mobil yang mengikutinya pun berhenti.

Empat orang pria pun keluar dari mobil dan menghampiri Merpati. Merpati dengan sikap anggun membuka helmnya.

"Nona, silahkan ikut kami," ucap salah satu dari mereka.

"Siapa kalian?" tanya Merpati.

"Kami hanya di perintahkan untuk membawa anda, Nona," jawab pria itu.

Hansen juga sudah tiba ditempat itu, ia tidak langsung bertindak. Namun ia ingin melihat dulu apa yang terjadi selanjutnya.

"Maaf, saya tidak kenal kalian, bisa saja kalian adalah penculik," kata Merpati.

Tidak berapa lama, datang lagi mobil mewah dan berhenti disamping motor Merpati. Merpati mengamati orang tersebut.

"Mari ikut denganku!"

"Ternyata kamu lagi, maaf saya tidak bisa sembarangan mengikuti orang asing."

"Saya bukan orang asing, bukankah kamu sudah mengenal saya?"

"Maaf, saya tidak bisa ikut anda."

Merasa mendapat penolakan, Richard menarik tangan Merpati. Namun yang tidak dibayangkan oleh Richard.

Tubuhnya yang lebih besar dari Merpati dengan mudah dibanting oleh Merpati. Sehingga Richard terjatuh ke aspal.

Sang asisten yang ada didalam mobil pun melongo. Selama ini belum ada yang berani membanting tuannya seperti itu.

Keempat bawahan Richard juga melongo melihatnya, bahkan mereka bergidik melihatnya.

Sementara Hansen hanya tersenyum, ia tau kekuatan Merpati, jadi ia tidak heran lagi.

"Menarik! Ternyata selain cantik, dia juga bisa beladiri," batin Richard. Kemudian bangkit sambil menahan sakit di tubuhnya.

Para bawahan Richard hendak maju, namun ditahan oleh Richard sendiri. Kemudian membiarkan Merpati pergi begitu saja.

Namun sebelum Merpati pergi, Merpati sempat berkata. "Kita tidak punya urusan, jadi jangan ganggu aku."

Richard bukannya marah, malah semakin bersemangat untuk mendapatkan gadis itu.

Setelah kepergian Merpati, Hansen pun menyusul untuk memastikan jika Merpati selamat sampai tujuan.

"Tuan, Tuan tidak apa-apa?" tanya sang asisten.

"Kita ke RS, sepertinya pinggang ku bermasalah," jawab Richard.

"Padahal Tuan juga ahli beladiri, mengapa Tuan bisa dibanting?" tanya sang asisten.

"Jika dia pria, baru aku balas," jawab Richard.

.....

"Mengapa kamu mengikuti ku?" tanya Merpati. Merpati sengaja menghentikan motornya karena Hansen mengikutinya.

"Aku tidak ingin kamu kenapa-kenapa, setidaknya jika kamu di keroyok, aku bisa membantu," jawab Hansen.

"Lain kali tidak perlu seperti itu," kata Merpati.

"Bagaimana jika kita makan dulu, pasti kamu lapar, kan?"

"Aku tidak lapar, jangan ikuti aku lagi."

"Bagaimana jika kita minum?"

"Tidak! Aku tidak mau, sudah ku bilang jangan ikuti aku lagi."

"Bagaimana jika kita pergi bermain ke pusat permainan?"

Merpati mendelik, tatapan matanya tajam, namun seketika ia mengangguk. "Kamu yang traktir!"

Hansen langsung setuju, ia hanya ingin bersama Merpati saat ini. Sekalian ingin memastikan Merpati baik-baik saja.

Keduanya berlomba menuju mall, dimana ada pusat permainan. Merpati tidak lupa memberitahu sang mama, jika ia pulang terlambat.

Keduanya berjalan beriringan saat memasuki mall, ternyata mereka sedang diawasi oleh Richard dan asistennya.

"Aku semakin tertarik dengan gadis ini," gumam Richard. Iapun masuk ke mall.

"Richard!" panggil seseorang. Merasa dipanggil, Richard pun menoleh.

"Kebetulan bertemu kamu di sini, aku ingin perhiasan limited edition," ucap Revalina.

"Gam, kamu urus Reva, aku masih ada urusan." lalu Richard pun pergi dari situ.

Tapi sebelum itu, ia memberikan kartu miliknya kepada Gama untuk membayar belanjaan calon tunangan nya nantinya.

"Selalu saja aku yang kena," gumam Gama.

"Richard ... Richard!" Pekik Revalina memanggil Richard. Namun yang dipanggil seolah tuli.

Richard pun memasuki lift menuju lantai atas, dia ingin menyusul Merpati dan Hansen. Tadinya Richard ingin ke RS, namun ia urungkan dan lebih memilih mengikuti Merpati.

Meskipun tubuhnya masih terasa sakit, namun sebisa mungkin ia tahan demi mengikuti gadis itu.