Arkan Pratama, putra kedua dari pasangan Azel dan Renata. Dia adalah anak tengah yang keberadaannya seringkali di abaikan oleh mereka. Tidak seperti kakak dan adiknya yang mendapatkan kasih sayang dan perlakuan yang berbeda dari orang tuanya. Hingga....
Penasaran?
Akankah Arkan mendapatkan kasih sayang dari keluarganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurFitriAnisyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alone 5
Setelah makan malam Reza mengantarkan Arkan pulang ke rumah, setelah memastikan keponakannya itu baik-baik saja.
Di Mansion 🏡
Arhan bergegas membuka pintu saat mendengar bel rumahnya berbunyi.
"Paman? Bang Arkan? Kenapa paman bisa bersama bang Arkan?" Tanya Arhan heran.
"Yakishh! Dasar anak nakal. Abangmu sudah menghubungimu tapi kenapa kamu mematikan panggilannya?" Ujar Reza sambil menarik telinga Arhan.
"Aduh...duh, paman baru juga datang sudah main tarik telinga saja, sakit tau!" Keluh Arhan sembari memegangi telinganya yang terasa panas.
"Lagian kapan bang Arkan nelpon gue? Dia tuh menghilang tanpa kabar, Paman." Lanjutnya.
"Abangmu bukan menghilang bayi cicak. Abangmu sakit, dan di rawat di rumah sakit selama dua hari." Ujar Reza geram mendengar ucapan Arhan.
"Gue bukan bayi cicak, Paman. Huh!" Ujar Arhan yang tidak terima dirinya dikatakan sebagai bayi hewan besar tersebut.
"Iya, masak adek Arkan di bilang bayi cicak? Dia itu bayi komodo. Hahaha." Ujar Arkan.
"Heh lu baru pulang dah ngatain adek gue. Sekarang lu dah ingat rumah? Atau uang lu dah habis makanya lu pulang?" Ujar Arief sinis.
"Arief, adikmu baru sembuh. Dia di rawat di rumah sakit selama beberapa hari, dan kalian gak ada yang khawatir gitu dengan saudara kalian?" Ujar Reza.
"Oh dia sakit lagi. Dia itu lebay paman. Pusing sedikit saja sudah seperti orang sekarat, gak keluar kamar beberapa hari, gak kuliah. Dia tuh cuman cari perhatian!!" Papar Arief.
Arkan yang mendengar kata-kata yang cukup tajam yang diucapkan oleh Abangnya itu hanya bisa menahan agar air matanya tidak jatuh untuk saat ini.
"Jangan meremehkan penyakit adikmu, Arief. Bisa saja penyakitnya bertambah parah karena ketidakpekaan dari kalian." Ujar Reza.
"Dimana ayahmu?" Tanyanya kemudian.
"Ayah belum pulang, ibu juga." Jawab Arief singkat.
"Yasudah kalau begitu paman pulang dulu, jaga adikmu baik-baik, Arief Pratama." Pinta Reza.
"Dia sudah besar paman. Dia bisa jaga dirinya sendiri." Ujar Arief cuek.
"Ingat perkataan paman baik-baik. Adik kamu itu lemah, dia memiliki beberapa penyakit. Jangan sampai ketidakpedulian mu itu berakhir dengan sebuah penyesalan." Ujar Reza lagi.
"Iya Arief tahu." Sahutnya malas.
Setelah berpamitan Reza pulang kerumahnya. Tak berselang lama kemudian bel pintu rumah berbunyi kembali.
"Ayah!" Teriak Arhan berlari dan memeluk sang ayah sambil meloncat kegirangan.
"Kau merindukan ayah?" Tanya Azel pada anak emasnya.
"Tentu saja!" Jawab Arhan cepat.
Dan saking senangnya Arhan melompat ke punggung Ayahnya.
"Ayah bawa apa kali ini untukku?" Bisik Arhan di telinga Ayahnya.
"Mau tahu?" Goda Azel pada putra bungsunya.
Arhan mengangguk bersemangat ingin tahu hadiah seperti apa yang di bawakan oleh ayahnya.
"Kalau begitu, kamu turun dulu. Biar Ayah ambilkan."
Arhan menuruti ucapan Ayahnya dan melompat turun dari punggung sang ayah.
Azel pun segera membuka kopernya dan membagikan paper bag hadiah satu persatu pada ke tiga putranya.
"Wah aku dapat dasi baru! Terimakasih Ayah. Aku sangat suka warna dan motifnya." Ujar Arief senang.
"Suka warna sama motifnya atau suka karena dasinya branded?" Canda Arkan.
"Diam lu." Balas Arief dingin.
"Yes! Aku dapat jam tangan yang aku inginkan! Terimakasih Ayah. Ayah tahu saja yang anaknya inginkan." Ujar Arhan senang dan memeluk Azel.
Setelah mengetahui hadiah yang di dapat oleh Abang dan Adiknya dari sang Ayah. Rasa ingin tahu pun menghampiri Arkan. Dia mulai menebak-nebak hadiah apa yang akan dirinya dapatkan dari sang Ayah. Mengingat Ayahnya sepertinya tidak mengetahui kegemarannya.
Arkan pun membuka paper bag hadiah miliknya. Dirinya mendapat gantungan kunci dan sebuah buku dari sang Ayah. Arkan segera menghela napas.
"Setidaknya Ayah masih mengingatku." Pikirnya.
"Terimakasih banyak Ayah." Ujar Arkan.
Arkan merentangkan tangannya untuk memeluk Azel. Untuk mengucapkan rasa terimakasihnya pada sang Ayah. Namun tangannya dihempaskan begitu saja oleh Azel.
Namun Arkan tidak menyerah untuk memeluk sang Ayah. Dirinya terus berusaha untuk memeluk Azel. Dan Azel selalu menghindar bahkan sampai mendorong tubuh Arkan.
"Hentikan! Kau itu tuli apa bodoh shi?!" Umpat Azel pada Arkan.
Setelah tubuhnya terhempas ke lantai dan mendengar ucapan kasar dari Ayahnya. Arkan menyerah untuk bisa memeluk Azel.
"Maaf Ayah." Ujarnya dengan kepala menunduk.
...ℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱ...