" Meskipun Anda adalah ayah biologis saya, tapi Anda bukanlah ayah dalam kehidupan saya!" ucap Haneul Ahmad Syafi.
Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun berkata tajam kepada pria dewasa yang mengenakan jas putih. Dia tahu bahwa pria itu adalah orang yang membuatnya dirinya ada di dunia ini sekaligus membuat sang ibu menderita selama bertahun-tahun.
Bagiamana pria itu meluluhkan hati putra dan wanita yang pernah ia buat menderita karena perbuatan jahatnya di masa lampau?
Akankan Haneul dan ibunya bisa menerima pria itu di kehidupan mereka, mengingat trauma yang dibuat pria itu cukup membuat sang ibu merasa menderita?
Yuuk baca, yang tidak suka di skip tidak apa-apa.
Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JSI 29: Jika Abah Tahu
Beberapa jam berlalu, operasi dilakukan dengan sangat baik dan tentunya lancar. Meskipun di awal Sai sempat beberapa kali berhenti, tapi dia melakukannya dengan baik.
" Dokter, kali ini bukan kami kan yang harus bicara kepada wali pasien," tanya Hendar. Jika untuk menjelaskan prosedur operasi maka Hendar masih berani tapi untuk menjelaskan hasil operasi Hendar merasa belum percaya diri.
" Iya, aku yang akan bicara kepada wali pasien."
Hendar dan Robin tersenyum. Mereka lalu mendorong brankar Hyejin untuk dibawa ke rumah intensif. Selama 1x24 jam Hyejin akan dipantau di sana. Jika tidak ada masalah pasca operasi maka Hyejin akan dipindah kembali ke rumah rawat.
Cekleeek
Jeng jeng jeng
Hal yang pertama Sai lihat adalah adanya seseorang yang cukup membuatnya terkejut. Bocah laki-laki kecil yang ia temui di pusat perbelanjaan tadi sedang duduk di samping kedua orang tua Hyejin dan terlihat sangat khawatir raut wajahnya.
" Bagaimana dokter?" tanya Hwan. Rupanya bukan hanya Sai yang terkejut tetapi Haneul pun ikut terkejut. Melihat Sai mengenakan pakaian yang biasanya digunakan oleh seorang dokter untuk operasi.
Ketika mata mereka berdua bertemu banyak sekali pertanyaan di kepala Sai tapi tidak dengan Haneul. Bocah itu terlihat tenang atau lebih tepatnya berusaha untuk tenang. Dan sebuah senyuman tipis terbit di bibir Haneul. Orang yang ia cari ternyata ,alah muncul sendiri di depannya. Dan siapa sangka, takdir lebih cepat mempertemukan mereka. " Sailendra Khalid Daneswara, ternyata kau adalah dokter di rumah sakit ini dan dokter yang mengoperasi Eomma ku. Haaah, lihatlah wajah panik mu itu ketika melihatku. Aku yakin banyak sekali pertanyaan yang muncul dalam kepalamu bukan? Tenang saja, semuanya pasti akan terjawab."
Melihat wajah Sai yang terkejut saat beradu tatap dengannya, Haneul bisa tahu bahwa pria itu juga mencari tahu soal Hyejin atau mungkin ia sudah mengerti siapa Hyejin. Namun Haneul akan bersikap bodoh untuk saat ini.
" Om dokter, bagaimana Eomma ku?"
" Aah maaf, Pasien menjalani operasi dengan sangat baik. Kami tidak perlu mengganti katup jantung karena memang tidak perlu. Pemantauan akan dilakukan di ruang intensif, pasien boleh dijenguk tapi hanya terbatas. Jika tidak ada kendala apapun pasca operasi maka pasien akan segera dipindah ke ruang rawat."
" Terimakasih dokter."
Dirasa sudah cukup karena juga tidak ada pertanyaan Sai pamit undur diri. Di dalam ruangannya ia melemparkan tubuhnya ke sofa. Matanya memejamkan sejenak lalu ia merasakan kepalanya berdenyut hebat. Ingatan tentang mimpi yang terakhir kali kini kembali muncul. Seorang anak laki-laki yang tiba-tiba hadir di mimpinya, dan tadi dia melihat seorang anak laki-laki berada di tengah-tengah keluarga Hyejin. Bocah itu juga menyebut Hyejin sebagai 'Eomma' yang ia tahu memiliki arti 'ibu' dalam bahasa indonesia.
" Apa dia adalah anak Hyejin? Apakah dengan begitu berarti dia adalah anakku? Sudah sebesar itu, Ya Allah seberapa banyak dosa yang aku lakukan?"
Sai benar-benar kalut, meskipun ini hanya sekedar dugaan tapi jelas sekali bahwa kemungkinan bahwa bocah itu adalah darah dagingnya adalah 85%. Hanya butuh sebuah kejelasan yakni bertanya langsung kepada Hyejin. Tapi apakah itu mungkin, sedangkan Hyejin saja begitu melihat Sai sangat ketakutan. Trauma, ya trauma akan dirinya membuat Sai semakin bingung harus bagaimana menemui Hyejin dan meminta maaf.
Drtzzz
Ponsel Sai berbunyi, ia terkejut mendengarnya. Rupanya telepon itu bersalah dari sang ayah. Dan ini membuat Sai kalut. Hal yang belum pernah Sai beritahukan kepada kedua orang tuanya tentang peristiwa 8 tahun silam. Entahlah jika Abah dan Ummi nya tahu akan seperti apa reaksinya. Mungkin mereka akan langsung murka karena putra satu-satunya mereka melakukan perbuatan tercela meskipun ia dijebak.
" Assalamualaikum Ummi, ada apa pagi buta begini Ummi menelpon?"
" Waalaikumsalam, Ummi dan Abah sedang perjalanan ke Kota J, mungkin kami akan sampai di sana pagi, rencana Abah dan Ummi akan menemui Abilla dan kedua orang tuanya. Kamu juga harus ikut ya nak, bagaimanapun kita tetap harus bicara baik-baik kepada keluarga mereka."
" Baik Ummi, nanti Sai akan pesankan hotel di dekat rumah sakit. Kita bertemu di sana. Aah tidak, sebaiknya Abah dan Ummi langsung ke rumah saja. Lebih nyaman di rumah dari pada di hotel."
Sai menghela nafasnya yang terasa begitu sesak di dada. Ia berpikir mungkin ini adalah waktu yang pas untuk mengatakan mengenai kesalahan yang ia perbuat. Meskipun sangat terlambat, tapi memang harus tetap dikatakan."
" Entah apa yang akan Abah lakukan padaku nanti, tapi aku harus siap menerimanya."
TBC
cerita ini sangat bagus bagus banget menurut ku. dan mengenai haneul yang dewasa padahal usia nya masih kecil itu di real juga ada jadi g heran kalau haneul punya pikiran sedewasa itu.
semangat berkarya kk othor 💪💪💪.
sangat2 bijak sekali.
sukses slalu k