Elang Dan Merpati
Sebuah motor dan mobil saling berlomba dijalan raya, siapa lagi jika bukan Elang dan Merpati.
Dua saudara kembar yang berbeda sifat. Yang satu dingin dan cuek pada lawan jenis, dan yang satunya bar bar.
Hari ini adalah hari pertama mereka masuk kampus. Setelah menyelesaikan sekolah menengah mereka.
Merpati yang menunggangi kuda besi nya itu menoleh ke mobil di belakangnya. kemudian ia menancap gas agar lebih laju.
"Awas dek!" teriak Elang.
Merpati mengerem secara mendadak saat melihat seorang nenek menyebrang jalan bersama cucunya.
Merpati mengelus dadanya karena hanya tinggal sedikit lagi ia akan menabrak nenek itu.
"Nenek tidak apa-apa? Adik tidak apa-apa?" tanya Merpati cemas.
Keduanya menggeleng, mereka masih shock dan masih mematung ditempatnya. Merpati segera memeluk adik itu.
"Tenang ya, jangan cemas," ucapnya. Padahal dia sendiri juga cemas.
"Nenek baik-baik saja?" tanya Elang yang juga keluar dari mobil.
Nenek itu menggeleng, ia belum bisa berbicara karena masih shock. Andai saja Merpati tidak mengerem cepat, mungkin nenek dan cucunya sudah tertabrak.
Merpati memberikan uang sakunya untuk nenek itu sebagai kompensasi karena shock. Nenek itu menolak, namun Merpati memaksanya.
"Kita sudah terlambat," ucap Merpati. Kemudian iapun berpamitan kepada nenek itu.
Merpati tidak sadar jika sikunya terluka, karena saat ia mengerem secara mendadak, motornya tumbang.
Ponsel Merpati berdering tertera nama pemanggil paman kecil. Mengapa paman kecil, karena usia nya lebih muda dari Merpati dan Elang.
Namun mereka satu angkatan dalam sekolah, karena Elang dan Merpati sengaja menunggu nya saat masuk sekolah dulu.
Karena mereka ingin bersama-sama dalam satu sekolah. Dan masuk di universitas yang sama dan jurusan yang sama.
"Assalamualaikum paman," ucap Merpati.
"Wa'allaikum sallam, sudah berapa kali aku bilang jangan panggil paman, apalagi jika di kampus."
"Lah kan benar Paman itu, Pamanku. Salahnya dimana coba, aku tidak mau kurang ajar ya? Nanti aku diomeli mama dan nenek dan mengira aku ponakan kurang ajar, kurang sopan santun. Walaupun iya," ucap Merpati.
Marvel menutup mulutnya menahan tawa. "Kalian dimana? Kok belum datang, aku sudah tiba di kampus nih."
"Masih dijalan, sebentar lagi kok. Udah dulu ya, assalamualaikum."
Panggilan telepon pun terputus secara sepihak. Merpati kembali menyimpan ponselnya di saku jaketnya.
Sedangkan Elang sudah berjalan lebih dulu tanpa menunggu Merpati. Tapi gak apa-apa, Merpati sudah terbiasa ngebut.
"Alhamdulillah belum terlambat," gumam Merpati.
Merpati melepas jaket dan helmnya, dan hanya memakai kemeja putih celana hitam. Ia berjalan cepat memasuki kampus.
"Paman!" Merpati langsung merangkul leher pria itu dari belakang. Tanpa melihat siapa yang ia rangkul.
Karena postur tubuh pria itu lebih tinggi, jadi pria itu tertunduk karena rangkulan Merpati. Pria yang memakai Hoodie warna abu-abu itu menoleh.
Ia hendak memaki, siapa yang sudah berani merangkulnya? Namun tidak jadi saat melihat ternyata seorang gadis.
"Eh ... maaf, maaf," ucap Merpati menangkup kedua tangannya didada. Kemudian ia berlari karena malu.
Pria itu memandang Merpati yang berlari tanpa ekspresi. Karena dia juga pria dingin yang cuek.
Meskipun begitu, banyak cewek yang menyukainya karena ketampanannya. Dia bernama Hansen Johnson, seorang senior di kampus ini.
Setelah merasa cukup jauh, Merpati pun menghentikan larinya. Ia berjalan santai menuju ruang Dekan.
"Mengapa lama, Dek?" tanya Elang.
"Ada kesalahan teknis tadi, jadi telat," jawabnya enteng.
Kemudian merekapun masuk ke ruang Dekan untuk mendaftar ulang atas kehadiran mereka.
"Huuh ... Akhirnya selesai juga," ucap Merpati saat sudah keluar dari ruang Dekan.
Kemudian Merpati pun berjalan ke toilet. Saat di lorong kampus menuju toilet, Merpati dihadang empat orang senior wanita.
"Jauhi Hansen," ucap salah satu wanita dari empat orang tersebut.
"Hansen? Siapa?" tanya Merpati yang memang tidak mengenali nama itu.
Kemudian wanita itu memberi kode kepada rekannya untuk menangkap Merpati. Mereka belum tahu jika Merpati jinak tapi susah didekati.
Merpati mundur beberapa langkah. "Mau apa kalian? Aku tidak punya masalah dengan kalian."
"Jangan pura-pura tidak tahu," jawab wanita itu.
Dua orang berhasil menangkap Merpati dan memegang tangannya kiri dan kanan. Merpati tidak berontak sedikitpun.
Wanita itu maju. "Kenalkan, namaku Olivia anak orang kaya, jika kau berani melawanku maka ...."
Olivia meletakkan jari dileher nya lalu menggerakkan nya seolah memotong. Namun Merpati masih terlihat tenang-tenang saja.
Olivia semakin mendekat dan tersenyum sinis karena mengira Merpati tidak berdaya. Olivia mengangkat tangannya dan ...
Plaak ... Satu tamparan mendarat dipipi rekannya, karena Merpati menjadikan salah satu dari yang memegang tangannya sebagai tameng.
"Aww!" pekik rekannya itu. Dan kesempatan itu Merpati gunakan untuk melarikan diri setelah ia berhasil menginjak kaki salah satu yang memegang tangannya.
Merpati mengurungkan niatnya untuk ke toilet. Untuk sementara ia ingin menghindari perkelahian.
Karena sewaktu di sekolah SMA dulu, ia beberapa kali kena skors dari sekolah karena kedapatan berkelahi.
Sebenarnya ia hanya membela diri, tapi untuk bersikap adil, guru harus memberikan hukuman kepada mereka semua. Beruntung otaknya cerdas jadi ia bisa lulus dengan nilai sempurna.
"Aku baru masuk, tidak mungkin aku membuat onar lagi," gumam Merpati.
Saat berlari, Merpati tidak sengaja menabrak pria tadi yang ia rangkul. Namun Merpati tidak terlalu memperhatikan wajahnya.
"Maaf." Hanya itu yang Merpati ucapkan. Kemudian ia melanjutkan larinya.
Hansen melihat Merpati yang berlari, kemudian melihat kearah Olivia dan rekannya. Hansen seketika mengerti.
Dan mahasiswa-mahasiswi pun tidak heran lagi dengan kejadian ini, karena ini bukan yang pertama kalinya.
"Mengapa kamu?" tanya Marvel.
"Ada setan, ada setan empat setan di jalan ke toilet," jawab Merpati.
"Setan? Mana ada setan pagi-pagi begini?" tanya Darrel.
"Ada, cantik sih, tapi lebih seram," jawab Merpati.
"Ada-ada saja kamu dek," ucap Elang.
"Sudah, sebentar lagi kita pulang, hari ini kita belum ada kelas. tadi Dekan sudah bilang, jika besok baru masuk," kata Marvel.
"Wah senang dong, Paman bisa cepat pulang," kata Merpati.
"Ssst, sudah ku bilang, jangan panggil paman," ucap Marvel yang tidak mau dipanggil paman. Apalagi jika ada embel-embel kecil dibelakang nya.
Seakan harga dirinya tidak ada sama sekali. Namun Merpati masih saja memanggil nya paman kecil.
Dari kejauhan, Hansen memandang mereka yang sedang mengobrol. Hansen tidak peduli, ia lebih suka sendiri.
Entahlah, dia tidak suka memiliki teman yang hanya memanfaatkan dirinya saja. Dia berpikir lebih baik tidak punya teman.
"Hansen!" panggil Olivia.
Hansen tidak menggubris nya sama sekali, ia malah sibuk dengan ponselnya. Seolah kehadiran Olivia tidak penting baginya.
....
Hai semuanya, kisah Elang dan Merpati sudah aku tulis, ya. Semoga kalian suka dengan karya recehku kali ini.
Kisah cinta remaja cewek bar bar dan cowok dingin. Mungkin kisah seperti ini sudah sering kalian baca.
Tapi aku harap kalian suka dengan ceritaku kali ini. Tadinya bingung mau yang mana duluan, namun setelah di undi. Ternyata yang dapat cerita ini dulu.
Selamat membaca, jangan lupa tinggalkan jejak jika kalian suka. Like, komen, dan subscribe atau favorit kan. Gift juga boleh, seikhlas kalian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Yulia Pancawati
aku selalu baca karya karya mu Thor
2024-09-07
1
𝒮🍄⃞⃟Mѕυzу᭄
.
2024-08-14
1
Isabela Devi
itu pake mobil atau motor?
merpati hy salah meluk ko knp di hadang sih dasar cewek cewek
2024-07-01
1