Keluarga besar yang sangat berkuasa, namun memiliki beberapa pewaris yang saling bertikai untuk memperebutkan kekuasaan puncak.
Salah satu dari mereka tidak peduli bersaing dengan cara kotor sekalipun, karena di dasari dengan selalu kalah dalam hal kekuatan bertarung kelompok maupun individunya.
Keluarga berkuasa itu, adalah keluarga Button.
Keluarga ini menguasai politik, bisnis dan dunia bawah tanah.
Saking kuatnya keluarga Button yang menetap di ibukota negara Trukotan yaitu kota Katao, sehingga jika orang-orang dari keturunan keluarga besar dan kecil lainnya, mereka mendengar tentang keluarga Button langsung terkejut....
=
=
Yuk ikuti kisahnya..
Sengaja menggunakan nama negara maupun kota yang asal sebut agar imajinasi lebih liar...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wissuwe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
004 TUAN MUDA SANGGORO
Chapter 004 TUAN MUDA SANGGORO.
\=
Wanita yang tadi berteriak ke Riko kini histeris memanggil keamanan hotel Mercure, dia berteriak-teriak seperti orang kesurupan karena begitu emosi.
Kapan mereka begitu di rendahan di kota Emerald ini, pasalnya keluarga pacarnya adalah keluarga terkemuka yang berasal dari kota Emerald.
Tuan muda Sanggoro di tampar hingga terkapar oleh anak miskin yang berpakaian kuno, ini seperti penghinaan bagi keluarga Sanggoro.
Lina Hararat langsung melihat harapan setelah melihat ada 3 petugas kemanan yang masuk dari luar.
"Pak, tangkap orang kampung itu! Dia berani memukul tuan muda Sanggoro." ucap Lina dengan kesal.
Riko yang di tunjuk oleh Lina, hanya bisa tersenyum miring dia tidak habis pikir orang sekarang semakin sombong dan arogan hanya karena kekuasaan keluarga.
Kemana hotel Mercure melirik ke arah Lina lalu berpindah ke arah Riko, Alda dan yang lainnya dia mau langsung bergerak menangkap mereka namun karena kalah jumlah sehingga tiga keamanan itu hanya bisa berbicara dulu.
"Nona ada apa ini?" ucap salah satu petugas kemanan hotel.
Sepertinya dia adalah pemimpin dari kedua kawannya, jadi dia yang berbicara duluan.
"Pak, dia menampar pacar ku! Dia harus di tangkap dan di hukum berat karena main memukul orang sembarangan!" ucap Lina dengan getir.
Dia juga termasuk orang yang berada, sehingga cukup sombong meskipun kalah jauh dengan keluarga Sanggoro karena dia hanya keluarga artis yang belum terlalu terkenal.
Namun kecantikan Lina membuat, Rudi Sanggoro sang tuan muda kaya tertarik dengannya dan akhirnya mereka pacaran.
Petugas kemanan itu cukup ragu, akhirnya dia hanya bisa membawa pihak kepolisian di kota Emerald ini.
"Tuan, anda sudah melanggar hukum di negara ini dengan memukul orang tanpa alasan. Sebaiknya kalian ikut kami ke kantor keamanan untuk menjelaskan kelanjutan kasus ini ke pihak berwajib!" ucap pemimpin keamanan hotel Mercure itu.
"Dia pantas di pukul..!" ucap Riko yang sudah kembali tersulut emosi.
"Pak, teman saya berhak memukul mulut kotornya dia, yang seenaknya saja menghina kita!" kini Tama ikut menengahi.
Alda yang ada di samping yang tadinya mau berbicara namun akhirnya di tarik kembali, karena sudah di dahului oleh Tama.
Di tambah Riko kembali berucap dengan keras.
"Kalau tidak memiliki kekuatan jangan merendahkan orang lain, karena orang yang kalian hina belum tentu lebih lemah!" banyak makna yang tersirat oleh ucapan Riko itu.
Sehingga, Rudi Sanggoro yang masih terkapar di lantai tertegun.
"Sayang, cepat minta bantuan kepada keluarga mu! Keamanan di sini tidak becus menjaga ketertiban." rengek Lina pada Rudi.
Rudi Sanggoro berusaha bangun dia mengeratkan gigi yang sedikit goyang, sehingga rasa sakit itu makan tambah di dalam mulutnya dan pipinya yang bengkak.
Dia langsung mengeluarkan ponselnya, lalu mencari nomer seseorang di sana! Setelah di yakini nomernya benar dia langsung memanggil.
Setelah panggilan terhubung, di sebrang sana terdengar ada suara yang menyanjung.
"Tuan muda Sanggoro, ada keperluan apa menelfon ku. Ada yang bisa aku bereskan kali ini?" ucap orang di seberang telfon sana.
Suaranya begitu menyanjung, sehingga senyum licik terkembang di wajah Rudi.
"Marko, kirim orang-orang kalian menuju ke hotel Mercure sekarang juga, jangan begitu lama! Ada orang yang berani memprovokasi aku cepat!" ucap Rudi dengan marah.
Belum sempat orang itu menjawab, sambung langsung di matikan oleh Rudi, lalu dia bangun dan memandang ke arah Riko dan yang lainnya.
"Kalian jangan beraninya kabur, aku sudah memanggil orang-orang ku! Percuma juga kalian kabur aku akan mencari ke mana kalian pergi!" ucap Rudi Sanggoro kembali sombong.
Dia tidak berani melawan sekarang karena dia hanya anak yang di manja dan tubuhnya cukup ringkih akibat wanita dan minuman sehingga dia hanya bisa menggunakan pengaruhnya saja.
"Kalian tidak berani bertindak, aku akan melaporkan pada manager hotel ini! Lihat saja nanti." ucap Rudi pada pihak keamanan.
"Tuan, jangan kami hanya keamanan biasa! Jangan laporkan kami ke pak manager!" keluh pemimpin keamanan hotel Mercure itu.
Ketiganya adalah keamanan hotel di pintu masuk, mereka sudah sering bertemu dengan orang penting dan baru kali ini mendapatkan pemukulan di tempat, biasanya mereka bertengkar hanya adu mulut saja, sehingga gampang untuk di lerai namun kali ini berbeda.
"Aku tidak peduli..!" ucap Riko.
"Aku pesan kamar dulu, apa kalian akan memperdulikan idiot itu!" ucap Riko dia sudah tidak berminat lagi dengan orang lemah.
Dia langsung melangkah ke meja resepsionis, jaraknya tidak begitu jauh sehingga dua wanita cantik resepsionis hotel Mercure bisa melihat perkelahian itu.
Namun mereka hanya bisa melihat dari balik meja saja, karena itu bukan urusan mereka.
"Selamat datang tuan, ada yang bisa kami bantu?" ucap wanita resepsionis itu berbicara bersama dia bersikap ramah kepada Riko dan yang lainnya.
Memang di tuntut untuk profesional, namun juga karena Riko berani memukul tuan muda Sanggoro sehingga dia juga takut menyinggung orang ini.
"Kami mau memesan kamar Penthouse Suite, tolong reservasikan untuk kami!" ucap Riko pada resepsionis hotel itu.
"Tuan, apa benar anda hendak memesan kamar itu?" ucap salah satu resepsionis hotel.
"Apa kamar itu sudah penuh?" tanya Riko ingin tahu.
"Tidak tuan, kami akan siapkan!" jawab wanita resepsionis yang satunya.
Dia sambil menyenggol lembut rekannya, karena rekannya menanyakan yang tidak perlu.
Akhirnya rekanya sadar, sehingga dia tersenyum canggung! Dia kembali sadar adegan tadi Riko menampar tuan muda Sanggoro, jadi dia yakin bahwa Riko adalah orang yang memiliki kekuasaan.
Hanya saja dia kurang percaya, karena pakaian mereka berempat sangat lusuh meskipun seperti pakaian bermerek dulunya.
Itu wajar saja, mereka cukup lama tinggal di gunung! Mendapatkan pakaian yang di pakai itu sekitar 3 tahun lalu itu juga yang membeli salah satu dari saudara seperguruannya.
Di tambah pakaian itu di pakai setiap hari, lalu di kenakan seharian ini untuk turun gunung! Sehingga wajar terlihat lusuh dan berantakan.
"Gunakan ini untuk memesannya! Cukup satu hari saja." ucap Riko sambil mengeluarkan kartu kredit yang di berikan oleh keluarganya.
"Baik tuan, tunggu sebentar akan kami proses!" ucap wanita cantik resepsionis tadi yang mengingatkan kawannya.
Setelah dia memegang kartu kredit yang berwarna hitam yang dia hanya tahu sedikit tentang kartu itu, dia sedikit mengerenyitkan alisnya.
Hatinya sedikit bergetar, karena dia pernah melihat orang yang di layani langsung oleh manager lobi, menggunakan kartu sejenis itu.
Setelah proses selesai, laporan dari mesin edc itu menunjukkan bahwa pemilik kartu adalah Riko Setiadi, dia cukup terkejut karena kamar ini sangat mahal namun kartu itu berhasil memprosesnya.
Dia belum pernah mendengar keluarga Setiadi sebelumnya, jadi hanya menyerahkan kartu itu kembali dan meminta tanda tangan Rudi saja.
"Silahkan tuan, kamar anda sudah siap! Staf Hotel Mercure akan mengantarkan anda ke kamar yang telah anda pesan!"
Riko menengok ke Alda dan yang lainnya, segera ingin pergi ke kamar yang sudah di pesan, baru saja selangkah berjalan dari belakang ada yang menegur.
"Tunggu, kalian mau kabur kemana?" ucap seseorang di belakang mereka.
\=