NovelToon NovelToon
Danyang Wilangan

Danyang Wilangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Mata Batin / Roh Supernatural
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: neulps

RONDHO KANTHIL SEASON 2

4 tahun setelah tragedi yang menjadikan Desa Wilangan tak berpenghuni. Hanum masuk usia puber dan kemampuan spesialnya bangkit. Ia mampu melihat kejadian nyata melalui mimpi. Hingga mengarah pada pembalasan dendam terhadap beberapa mantan warga desa yang kini menikmati hidup di kota.
Hanum nyaris bunuh diri karena setiap kengerian membuatnya frustrasi. Namun seseorang datang dan meyakinkannya,
“Jangan takut, Hanum. Kamu tidak sendirian.”

CERITA FIKTIF INI SEPENUHNYA HASIL IMAJINASI SAYA TANPA MENJIPLAK KARYA ORANG LAIN.
Selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon neulps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gudang Tua

Taufan mendorong bahu Febri hingga guru muda itu mundur beberapa langkah dari pintu kantor panti asuhan. Sorot mata keduanya tampak menegang cenderung tajam. Mahesa geleng kepala. Ia sudah menduga dua pria itu akan bersitegang, terlebih jika menyangkut masalah balas dendam. Taufan geram saat Febri tiba-tiba datang dan meminta kunci gudang belakang panti asuhan.

“Nggak akan kubiarin kamu ngacak-ngacak tempat kami!” hardik Taufan dengan ekspresi penuh amarah. “Jangan libatin kami sama urusan balas dendam kalian!” lanjutnya.

Febri melangkah maju dengan mantap menuju Taufan yang berdiri tegap dengan sikap menantang. Dengan cepat tangan Febri terulur lalu menarik kerah kemeja Taufan. “Justru aku ngelakuin ini demi mendiang Ayahmu, Bunda, Kak Sintya, sama Ozza, Bang! Juga demi keamanan anak-anak panti yang sewaktu-waktu bisa diincar kelompok penganut ilmu hitam!”

“Kalau mau bales dendam, jangan bawa-bawa keluargaku sama anak-anak yang aku asuh!” bentak Taufan. Dicengkeramnya tangan Febri yang menarik kerahnya lalu ia entakkan dengan kasar.

“Bang Topan! Kenapa sih kamu nggak mau paham?”

Taufan mendorong Febri lagi hingga ke halaman. Febri tak terima. Jika bukan sekarang mengurus isi gudang, maka akan berbahaya. “Bang! Maling yang semalem itu pasti ngincer barang penting di dalem gudang!” bentak Febri.

Dorongan Taufan berhenti. Ia menatap Febri dengan nyalang. “Jangan-jangan, maling semalem itu kamu? Atau orang suruhanmu?”

“Bukan!”

Taufan melayangkan tinju ke pipi kiri Febri. Hanum yang masih berada bersama mereka sejak turun dari mobil Febri langsung menjerit. “Pak Taufan kenapa mukul Pak Febri?!”

“Kamu masuk kamar, Hanum!” hardik Taufan yang terlanjur dikuasai amarah. Lalu tiba-tiba sebuah tangan ganti mendorong dada Taufan. Taufan menoleh sambil melotot pada pemilik tangan itu. Seketika Taufan membatu.

“Sayang? Kamu kenapa di sini—” Taufan tercekat melihat istrinya mengangkat kunci pintu berbandul makrame mini. “Sayang, kamu—”

Ibu panti mengabaikan suaminya dan menyerahkan kunci itu pada Febri. “Ini kunci gudang belakang,” ucapnya dengan suara pelan.

“Sayang!” rengek Taufan. Ia tarik tangan istrinya hingga menjauh dari Febri. “Kenapa kamu kasihin kuncinya?”

“Aku nggak mau kalian ribut-ribut di sini,” jawab istrinya selaku ibu panti. Ia menoleh ke arah pintu kantor dan tampak beberapa anak kecil maupun besar sedang memperhatikan para orang dewasa yang ribut di halaman. “Anak-anak jadi takut, Mas!”

Taufan menciut. Ia tak kuasa mendebat istrinya yang sedang mengandung anak kedua mereka. Febri menggenggam erat kunci yang sudah didapatkannya. “Makasih, Kak. Kami permisi ke gudang sekarang,” pamitnya lalu beranjak diikuti Mahesa.

Hanum yang ternyata masih berdiri di kantor bersama anak-anak lain diajak juga oleh Febri. Ia ingin tahu rahasia apa sebenarnya yang tersimpan di sana. Sedangkan Taufan hanya bisa mendengus kesal beberapa kali. Dalam hati merutuki kegagalannya mengusir Febri.

“Sayang, aku aja dari dulu nggak diijinin Bunda lho buat buka gudang itu. Aku nggak pernah tahu isinya apa aja karena kita udah punya gudang penyimpanan yang baru.”

Wanita hamil itu menatap Taufan dengan lembut. “Mas, yakinlah tujuan Febri sama rekan-rekannya itu demi kebaikan. Kita percayain aja sama mereka, ya. Demi semua anggota keluarga kita yang masih hidup maupun yang udah tiada.”

Bujukan sang istri berhasil melunakkan hati Taufan. Pria itu pun mengangguk pelan. “Tapi aku nggak akan diem aja kalau Febri sampai ngelibatin Hanum ke dalam bahaya,” gumamnya.

***

Selama beberapa saat Febri dan Hanum mengitari ruangan berdebu tebal yang tak terlalu luas itu. Barang-barang lusuh dan rusak tersebar memenuhi ruangan. Lampu kecil sebagai satu-satunya penerangan tampak bergoyang padahal tak ada angin luar yang bisa masuk ruangan. Ventilasi rapat. Bahkan Febri menutup lagi pintu depan dan menyisakan Mahesa yang berjaga di luar. Meski merasa aneh, Febri meminta Hanum untuk tak ambil pusing mengenai lampu yang terus bergerak itu.

“Ini kita musti nyari apa ya, Pak?” tanya Hanum seraya menebah sebuah buku kamus rusak yang baru diambilnya dari rak di tengah ruangan.

Sejenak Febri terdiam. Ia pun tak tahu barang Mirandani secara spesifik. Mengedar pandang ke penjuru ruangan, namun tetap tak dapat gambaran. “Kita cek aja semua yang ada di sini meski bakalan makan waktu.”

“Kalo gitu Pak Mahesa suruh masuk juga?”

Febri mengangguk. “Iya, tolong kamu panggilin. Lebih banyak yang nyari lebih cepet ketemu.” Febri kemudian tak buang waktu dan segera mengecek barang-barang ketika Hanum beranjak keluar ruangan.

“Apa nggak apa-apa kalo nggak ada yang jaga di luar?” tanya Mahesa yang berlari masuk diikuti Hanum.

“Gas, Bang! Di sini banyak barang—” Ucapan Febri terhenti. Ia lalu menoleh pada Mahesa. “Bang, kamu pasti tahu barang Mirandani yang disimpen di sini? Kan kamu udah bareng dia sejak lama.”

Mahesa menelan ludah. Ia memang tahu tepatnya barang-barang apa itu. Dulu ia akan merahasiakannya sesuai perintah Mirandani, tapi tidak untuk saat ini. Sudah saatnya ia memberi tahu Febri. “Beberapa buku kuno sama senjata keramat.”

Febri dan Hanum saling pandang. “Cepat bergerak!” titah Febri.

Kemudian dengan upaya ketiga orang itu, tak ada barang-barang tersebut yang ketemu. Frustrasi. Waktu sudah berlalu cukup lama sejak ketiganya masuk ke gudang tua. Tapi ternyata apa yang dicari tak terlihat wujudnya.

Mahesa berdiri bersandar dinding sambil melipat tangan di dada. Febri mondar-mandir sambil berpikir. Hanum masih coba mencari-cari di bagian belakang. Hanum mengernyit. Jajaran rak buku yang rapat di bagian belakang ruangan tampak memiliki jeda dengan plafon paling ujung. “Pak, sini, deh,” panggil Hanum.

Febri dan Mahesa segera menghampiri gadis yang sedang menunjuk ke plafon itu. “Di belakang rak tinggi ini bukan dinding. Masih ada ruang di belakang sana.”

Febri dan Mahesa saling pandang lalu mengangguk bersamaan. Sejurus kemudian keduanya menuju ke sisi kanan dan kiri rak paling tengah. Febri mendorong sisi kiri sedangkan Mahesa menarik sisi kanan hingga rak besar tinggi itu bergeser secara vertikal.

Tiga orang itu sontak membelalak menemukan sebuah lemari kuno menempel di dinding sudut kanan ruangan. Mereka bergegas ke sana. Namun lagi-lagi kecewa, karena pintu lemari tak bisa dibuka. Mahesa bahkan mengecek ke atas lemari dan mencoba menggesernya berharap bisa menemukan cara.

“Aduh!” pekik Hanum saat tangannya menempel di knop terasa seperti tersetrum.

“Kenapa, Num?” panik Febri.

“Gagang pintunya nyetrum, Pak.”

“Tapi tadi aku nggak,” ucap Mahesa pada Febri. Febri pun heran karena dirinya yang paling pertama mencoba membuka pintu itu juga tak merasakan sengatan apa-apa.

CKLEK!

Semua terdiam. Suara barusan seperti bunyi kunci yang digerakkan. Ketiganya saling pandang. Mereka punya pikiran yang sama yaitu mungkin saja ada seseorang yang membuka kunci pintu lemari itu dari dalam sana. Tapi memangnya siapa yang mau menghuni gudang tua?

Dengan hati-hati, Febri coba memegang knop lalu menariknya dengan perlahan. Dan pintu pun terbuka. Seketika udara dingin nan lembab menguar dari dalam lemari yang gelap. Bukan isi lemari berupa sekat-sekat maupun barang-barang, melainkan sebuah gawang pintu yang menghubungkan ruang lain.

Febri segera merogoh HP dari saku celananya lalu mengarahkan flashlight ke sana. Kini mereka tercengang menemukan tangga menuju ke bawah. Tanpa buang waktu, serta mengabaikan fakta mengenai siapa yang membuka kuncinya, ketiga orang itu mulai melangkah masuk ke dalam lemari. Mahesa paling akhir untuk menutup pintu kembali. Dan menyalalah lampu-lampu yang menerangi jalan, juga ruangan kecil yang ada di bawah gudang.

Hanum membekap mulutnya karena terkejut melihat potret wajah-wajah yang ia kenal tertempel di dinding. Wajah pelaku pembunuhan, pria yang memiliki mata dan alis mirip si maling, serta wanita tua berkonde di pemakaman. Hanum langsung menunjuk ke foto-foto itu. Febri dan Mahesa bergegas menyimpannya dengan kamera HP masing-masing berupa foto dan video.

Bukan hanya tiga orang, melainkan puluhan, termasuk yang belum Hanum temui dalam mimpi. “Ini penemuan besar! Mustinya Kak Tika juga ikut ke sini,” gumam Febri.

“Feb,” panggil Mahesa. Febri segera menoleh ke arahnya. Febri melihat pria itu sedang berdiri di rak buku-buku kuno. Ia lalu mengentakkan kaki menuju ke tempat itu. Febri terhenyak saat menemukan buku dengan sampul bertuliskan aksara Jawa yang ia ingat dulu pernah membacanya bersama Ozza di perpustakaan panti asuhan. “Ya... Buku ini yang pernah kuceritain ke Mira,” gumamnya.

Tiba-tiba HP Mahesa berdering. Mahesa segera mengecek dan mendapati nama Dirman yang tertera di sana. Ia antusias karena akhirnya akan mendapat kabar. “Halo, Pak?” Mahesa mengernyit karena tak mendapat jawaban. “Pak Dirman?” Suara-suara seperti radio rusak yang justru terdengar. Tiga orang itu pun menegang.

1
Ali B.U
next
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
lanjut
n e u l: siap pak /Determined/
total 1 replies
Andini Marlang
makin seru ...💙💙💙💙💙

apa kabar ka ..... insyaa Allah selalu sehat juga sukses karya2 nya 🌺 🤲aamiin ......
Andini Marlang: Alhamdulillah sae .....🌺

sami2 .... Barakallahu fiik 💙
n e u l: alhamdulillah
apa kabar juga bund?
aamiin aamiin 🤲 matur suwun setia mengikuti karya ini ☺️
total 2 replies
Ali B.U
next
Lyvia
suwun thor u/ upnya
n e u l: sami-sami /Joyful/
total 1 replies
Ahmad Abid
lanjut thor... bagus banget ceritanya/Drool/
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
next
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
next
reska jaa
wahhh.. masih sempat up.. thank you👌
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
next
Yulia Lia
lanjut thoor
reska jaa
bagus cerita muu thour.. di lanjut 🥳🥳
n e u l: terima kasih /Pray/ siapp /Good//Smile/
total 1 replies
Lyvia
suwu thor u/ upnya, matrehat
n e u l: sami-sami /Pray/ matur suwun juga terus mengikuti
total 1 replies
Ali B.U
apa yang terjadi sama Pak Dirman.?

lanjut
n e u l: masih misteri ya pak /Joyful/
total 1 replies
Lyvia
lagi thor
Ali B.U
next.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!