NovelToon NovelToon
Bismillah, Aku Ingin Kau Menjadi Adik Maduku

Bismillah, Aku Ingin Kau Menjadi Adik Maduku

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Poligami / Ibu Pengganti / Pengganti
Popularitas:10.2k
Nilai: 5
Nama Author: Hany Honey

“Apa yang ingin kau katakan, Fe?” tanya Arina.
“Bismillah, aku ingin kau menjadi adik maduku, Rin. Aku mohon menikahlah dengan Mas Rafif,” pinta Felisa..
"Tidak, Fe. Aku tidak bisa!" tolak Arina.
"Aku tidak akan menikah lagi, Fe! Dengan siapa pun itu!" tolak Rafif.
Felisa ingin suaminya menikahi sahabatnya, yang tak lain adalah mantan kekasih suaminya. Namun, Rafif menolaknya. Apa pun keadaan Felisa sekarang, dia tidak mau menikah lagi, meskipun dengan mantan kekasih yang dulu sangat ia cintai.
Namun pada akhirnya, Rafif menyerah, dan dia bersedia menikahi Arina, mantan kekasihnya dulu yang tak lain sahabat Istrinya sekaligus Dokter yang menangani istrinya.
Rafii sudah memberikan semua cinta dan kasih sayangnya hanya untuk Felisa. Cinta itu tetap abadi untuk Felisa, meski pada akhirnya Felisa pergi untuk selamanya. Akankah Rafif bisa mencintai Arina, yang sudah rela mengabdikan dirinya untuk menjadi istrinya sekaligus ibu sambung dari anaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 20 : Kepergian Felisa

Rafif duduk di samping pembaringan Felisa, dia menggenggam tangan Felisa lalu menciumnya. Rafif tertidur di sebelah Felisa, dengan kepalanya bersandar di pembaringan Felisa. Pun Arina, dia melihat Rafif tertidur, Arina pun tertidur di sofa. Dia melihat Felisa baik-baik saja keadaannya. Jadi Arina bisa istirahat, meskipun sebentar saja.

“Mas ... Rin ....” Panggil Felisa.

Rafif langsung bangun dari tidurnya. Ia melihat jam dinding, sudah pukul empat pagi, dan sudah terdengar Shalawat Tarhim di toa Masjid sebelum adzan subuh dikumandangkan.

“Kamu sudah bangun, Sayang?” tanya Rafif.

“Pengin minum, Mas,” pinta Felisa.

“Iya aku ambilkan sebentar.” Rafif mengambilkan minum untuk Felisa. Terlihat Arina juga bangun dari tidurnya, karena mendengar Rafif dan Felisa sudah bangun.

Arina langsung memeriksa keadaan Felisa. Keadaan Felisa masih terlihat baik, meskipun belum begitu stabil. “Semoga akan tetap begini, biar Felisa cepat pulih keadaannya,” batin Arina.

Felisa dan Arina sedikit bercerita sebelum adzan subuh berkumandang. Rafif melihat mereka sangat akrab, dan terlihat saling menyayangi.

“Salat subuh dulu yuk, Rin? Itu sudah adzan,” ajak Rafif.

“Iya, Mas. Di sini saja salatnya, ya?” pinta Arina.

“Iya, Rin,” jawab Rafif.

“Aku salat dulu ya, Sayang?” ucap Rafif.

“Iya, Mas,” jawab Felisa.

Felisa menunggu Arina dan Rafif salat subuh, dia melihat mereka yang sedang siap-siap salat subuh bersama. Felisa bahagia melihat Rafif sudah tidak dingin lagi dengan Arina, bahkan dia mengajak salat berjamaah dengan Arina, meskipun tanpa dirinya, karena dirinya sedang nifas.

“Semoga kalian bisa saling mencintai lagi. Aku butuh kalian untuk Abyan,” gumam Felisa dalam hati.

Selesai salat Felisa minta Rafif mengaji di sebelahnya. Arina duduk di Sofa melihat Felisa yang sedang mendengarkan Rafif mengaji. Arina mendekati Felisa yang terlihat sedang tidak baik-baik saja. Napasnya terlihat begitu berat sekali. Arina duduk di samping Felisa, di depan Rafif yang sedang mengaji.

“Rin, titip Mas Rafif dan Abyan, ya?” pinta Felisa setelah mendengar suaminya selesai mengaji.

“Iya, Fe,” jawab Arina.

“Mas, aku titip Abyan, dan Arina, jangan kamu siakan Arina, belajarlah mencintai Arina,” ucap Felisa. “Tuntun aku, Mas,” pintanya.

Rafif sudah tidak bisa menahan tangisnya mendengar Felisa berkata seperti itu. Diturutinya permintaan Felisa, dia menuntun Felisa mengucapkan dua kalimat syahadat, dan mengantarkan bidadari surganya pergi untuk selamanya.

“Innalillahi Wainna Ilaihi Roji’un,” ucap Rafif lirih bersama dengan Arina.

Arina langsung mengecek keadaan Felisa. Iya, Felisa sudah tidak bernapas lagi. Rafif menangis di sisi Felisa. Dia tidak pernah menyangka, pagi ini ia mengaji yang terakhir di samping Felisa setelah salat subuh.

“Tenang di Surga, Sayang,” bisik Rafif.

Arina masih tercenung di depan pintu setelah memanggil perawat dan dokter untuk memastikan keadaan Felisa. Padahal dirinya sudah tahu, kalau Felisa sudah tidak ada beberapa menit yang lalu.

“Kenapa, Fe? Kenapa kamu malah pergi? Aku kira kamu akan kuat untuk melanjutkan pengobatan kamu? Kenapa malah gini?” isak Arina.

Arina masih belum percaya Felisa sudah tiada. Baru kemarin dia bertemu lagi dengan Felisa, tapi sekarang Felisa pergi untuk selama-lamanya.

“Fe, kamu tega sekali ninggalin aku? Kita baru ketemu lagi, Fe? Kenapa mesti gini Fe?” ucap Arina dengan terisak.

Arina melihat jenazah Felisa di bawa ke ruang pemulasaraan jenazah. Dia langsung berjalan mengikutinya lalu menunggu di depan ruang pemulasaraan jenazah, menunggu jenazah Felisa siap dibawa pulang.

Jenazah Felisa sudah berada di rumah, Rafif terduduk di samping jenazah istrinya. Dia terus mengaji di sebelahnya, dari tadi tangannya tidak melepaskan Al-Qur’an terus membacanya meski kadang tersendat oleh tangisannya. Arina pun tidak mau beranjak dari duduknya, dia masih tetap di samping jenazah Felisa, dia terus membacakan doa untuk Felisa.

“Raf, sudah waktunya jenazah Felisa dimakamkan, ayo nak?” ucap Abahnya Rafif.

“Iya, Bah,” jawab Rafif.

Rafif dipapah oleh abahnya, sedangkan Arina dari tadi bersama ibunya, dan juga ummiknya Felisa.

Seusai pemakaman, Rafif masih belum ingin pulang. Dia masih ingin berada di samping gundukan tanah merah dengan mengusap nisan yang bertuliskan nama istrinya.

“Raf, ayo pulang,” ajak ummiknya.

“Ummik pulang dulu saja, aku masih ingin di sini,” jawab Rafif.

Semuanya pulang, meninggalkan Rafif. Semua tahu perasaan Rafif bagaimana saat ini. Arina saja belum berani mengajak Rafif bicara dari tadi. Sejak dari rumah sakit, Arina sama sekali tidak berani mengajak Rafif bicara. Dia tahu keadaan Rafif saat ini, jadi Arina memilih diam saja.

^^^

Malam ini seusai pengajian di rumah, Rafif masih tetap diam. Belum mengajak bicara Arina sama sekali. Arina mencoba mendekati Rafif yang sedang duduk di sofa yang berada di depan kamarnya.

“Mas, kamu belum makan dari pagi, aku ambilkan makan dulu, ya?” Arina menawari Rafif untuk makan, karena dari tadi ummiknya membujuk Rafif untuk makan, Rafif masih belum mau.

“Aku belum lapar, Rin,” jawabnya.

“Oh ya sudah, Mas,” ucap Arina, tidak mau memaksanya, karena kalau dipaksa takut Rafif marah.

Arina pergi ke kamarnya, dia tidak mau terus memaksa Rafif untuk makan atau istirahat. Arina membiarkan Rafif sendiri dulu, merenungi kesendiriannya setelah ditinggal pergi Felisa.

^^^

Satu minggu Felisa pergi. Rafif masih sering terpekur sendiri, tidak ada lagi semangat hidup, padahal ada Abyan yang membutuhkannya. Tapi, Rafif benar-benar melupakannya.

Arina juga tidak mau mengganggu kesendirian Rafif. Dia pernah memaksa Rafif untuk makan, tapi Rafif malah pergi, dan pulang hingga menjelang maghrib.

“Mik, titip Mas Rafif, ya? Arina mau lihat keadaan Abyan,” pamit Arina.

“Apa Rafif masih mendiamimu, Rin?” tanya Ummiknya Rafif.

“Iya seperti itu, Mik. Biar saja, Mas Rafif butuh sendiri, Mik. Mas Rafif butuh banyak waktu untuk sendiri,” jawab Arina.

“Tapi tidak seperti itu, Rin? Dia punya Abyan juga, dia satu minggu ini mengabaikan Abyan lho, Rin?” ucap Ummik.

“Mik, nanti juga Mas Rafif tidak seperti itu kalau sudah bisa menerima kepergian Felisa. Jujur Arina saja masih belum bisa melupakan semuanya, masih belum bisa melupakan Felisa. Tapi, mau bagaimana lagi, Felisa sudah diberikan tempat yang indah, Felisa sudah tidak sakit lagi. Aku juga sangat menyayangi Felisa, Mik, tapi Allah lebih sayang Felisa,” jelas Arina.

“Benar katamu, Rin. Ada yang lahir pasti ada yang meninggalkan kita. Begitulah kehidupan. Kamu yang sabar menghadapi Rafif ya, Rin?”

“Iya, Mik. Ummik juga bantu Mas Rafif, supaya mau makan, dan ingat Abyan ya, Mik? Abyan sudah sehat lho mik, sebentar lagi bisa dibawa pulang. Berat badannya juga sudah ada kenaikan sedikit. Doakan Abyan biar bisa kuat ya, Mik. Dia bayi yang sehat, hanya saja dia lahir belum waktunya,” jelas Arina.

“Iya, ummik akan bujuk Rafif, dan memberikan pengertian pada Rafif. Nanti sore ummik juga akan ke rumah sakit, lihat keadaan Abyan,” ucapnya.

“Arina berangkat dulu ya, Mik?”

Arina mencium tangan ummik lalu dia berangkat ke rumah sakit. Selama satu minggu Arina yang selalu melihat keadaan Abyan, kadang ummiknya Felisa juga ikut menjenguknya.

“Sampai kapan kamu begini, Raf? Apa kamu gak ingat ada Abyan yang butuh kamu? Kamu jangan egois begini, ummik tahu kamu sangat mencintai Felisa, tapi lihat Abyan? Kamu sudah satu minggu ini tidak memedulikannya?” ujar Ummik Salwa pada putranya.

“Ummik gak tahu perasaan Rafif, Rafif kehilangan separuh nyawa Rafif, Mik! Bahkan seluruhnya! Rafif sudah tidak memiliki semangat untuk hidup, Mik!” desah Rafif kacau.

“Lihat Abyan! Dia putramu, dia butuh kamu, Rafif!” tutur Ummik Salwa.

“Kamu laki-laki kok lemah begitu, Raf? Kalau kamu begini terus, apa kamu tidak sayang dengan buah cintamu dengan Felisa?” tutur Abah Furqon pada putranya.

“Rafif tidak tahu, Bah. Rasanya hidup Rafif sudah tidak ada gunanya lagi tanpa Felisa,” jawabnya.

“Istighfar, Raf. Kamu ini punya anak, anak dari Felisa, wanita yang sangat kamu cintai. Kalau kamu begini, kamu sama saja menyakiti ummik, Raf? Karena secara tidak langsung kamu membuat cucu ummik menderita karena abahnya gak peduli! Dan, secara tidak langsung kamu juga membuat Felisa sedih, Raf,” tutur Ummik Salwa.

Rafif hanya diam mencerna ucapan ummiknya. Benar, kalau dirinya terus seperti ini, itu berarti dirinya belum ikhlas melepaskan Felisa.

“Felisa sudah tidak sakit, aku harusnya tidak begini, benar kata ummik, aku secara tidak langsung menyia-nyiakan Abyan, dan juga membuta Felisa sedih di sana,” batin Rafif.

1
Irmha febyollah
KA novel nya di lanjut apa gak kak. kok udh lama gk update
Nety Dina Andriyani
bagus
Nety Dina Andriyani
lanjut kakakkkkk
afaj
woii jgn lama lama woi anak kalian nangis nungguin woh
Uswatul Khasana
lanjut
afaj
🥵🥵
afaj
iya marahin mak
afaj
🥹🥹🥹🥹
Diyah Pamungkas Sari
pisah aja dulu nikah sm yg mencintai tulus. jengkel aq klo prmpuan cm d jdikan pengasuh. apaan
اختی وحی
knp up lma bnget
uchee
💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼 buat up nyaa
afaj
iya takut kan lu wkkwkwkwkw
Irmha febyollah
kk kalo update jgn lama2.
Reny Dwiseptianingsih
kak up nya jangan lama lama donk..kan jadi penasaran jalan critanya😊
Uswatul Khasana
lanjut
Irmha febyollah
tinggal kan sajalah laki2 kek gtu. untuk apa nungguin nya. laki2 kurang bersyukur.
afaj
mla bgt ngelihatnya
uchee
next
afaj
knp ceitra yg atu g ada lg ya
afaj: ok mb tp nnt d lanjutkan kan mb ? hehe
afaj: ok mb tp nnt d lanjutkan kan mb ? hehe
total 3 replies
Uswatul Khasana
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!