Aksa yang selalu saja merasakan sakit hati kala jatuh cinta, kini ia harus merasakan sakit hati lagi kala sang kekasih memilih pergi kala pernikahan akan berlangsung besok.
Mau tidak mau demi menjaga martabat keluarga dan Perusahaan, Aksa harus menikahi Adik Iparnya, Yara.
Apakah yang terjadi dengan pernikahan serba terpaksa mereka?
jangan lupa follow, vote, dan like yaa 🤩
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33
Jantung Yara berdegup kencang menunggu hal yang akan di katakan Aksa. Ia sampai cepat-cepat menghabiskan makannya agar fokus dengan yang Aksa katakan nanti.
"Kau ingin memasak untukku bukan?" Tanya Aksa yang membuat Yara menganga sebentar.
Tidak lama, Yara langsung berusaha menyadarkan dirinya.
"I-iy-iyaa, Kak.." Jawab Yara dengan terbata-bata, ia bingung dan penasaran apa yang akan dikatakan Aksa kali ini.
"Karna kau ingin maka aku bisa apa.. Hem, maksudnya kau boleh memasak untukku. Ingatlah, ini semua karna kau ingin bukan karna aku meminta mu untuk melakukannya." Ucap Aksa dengan ekspresi wajah yang lucu bagi Yara.
Yara terlalu bahagia hingga tidak bisa berkata-kata, ia bingung harus mengatakan apa dengan semua ini.
"Kenapa kau diam saja?" Tanya Aksa dengan ekspresi wajah yang menahan kesal.
"Ah iya, terimakasih, suamiku.." Yara tersenyum sangat manis bahkan memberikan ibu jari dan jari telunjuk yang menyatu membentuk love ala Korea itu kepada Aksa.
Aksa menurunkan tangan Yara, ia menggelengkan kepala melihat tingkah sang istri yang ada-ada saja. Aksa bangkit meninggalkan Yara yang masih tersenyum bahagia, bahkan tidak menyadari jika sang suami sudah pergi meninggalkan dirinya.
"Bocah aneh!" Gumam Aksa di dalam hati.
•
•
Sesuai yang dikatakan Yara, pagi ini ia benar-benar menjalankan tugas sebagai seorang istri. Memasak untuk sang suami, Yara melakukan semua proses memasak dengan senyuman manis yang tidak pudar sedikitpun.
Pak Gus dan pelayan lain sudah berusaha untuk membantu Yara, tapi lagi dan lagi Yara tidak mau dibantu. Kali ini Yara ingin melakukan atas usaha sendiri, melayani sang suami melalui isi perut.
Masakan Yara sudah selesai, sekarang tinggal membangunkan sang suami dari tidur nya. Yara yakin jika sang suami pasti masih berperang dengan alam mimpi. Dan benar saja, kala membuka pintu kamar Aksa masih tertidur pulas dengan gaya tengkurap.
"Kak.." Panggil Yara sembari menarik selimut Aksa, ia menarik sekuat tenaga agar pria itu terganggu dari tidur nya.
"Ayo bangun, kita harus pergi bekerja bukan?" Yara memukul pelan punggung sang suami. Tapi, Aksa malah semakin pulas tertidur.
Sebenarnya sudah sedari tadi Yara berusaha membangunkan sang suami, hanya saja tidak berhasil. Yara kira selesai dirinya memasak, maka Aksa sudah terbangun. Nyatanya tidak, malah semakin tidur pulas.
Yara terduduk di samping Aksa, ia mengelus rambut sang suami dengan usapan yang lembut.
"Suamiku yang tampan.. Bangun, sudah hampir jam tujuh ini." Yara tetap berusaha membangunkan sang suami.
Aksa merasa terusik, perlahan membuka mata yang masih sangat mengantuk. Yara terus mengelus rambut Aksa sembari mengatakan hal yang aneh-aneh. Tanpa sepengetahuan Yara, Aksa mengubah posisi hingga Yara berada diatas tubuhnya.
"Selamat pagi.." Ucap Aksa dengan suara khas bangun tidur, sangat menggoda bagi Yara.
"Kakak kesambet apa? Tumben banget ucapin selamat pagi?" Bukannya baper atau apa, Yara malah mencurigai Aksa. Dan itu berhasil membuat Aksa tersenyum sinis, ia terus menatap bibir Yara yang sangat menggoda.
"Kenapa, mau cium?" Tanya Yara dengan nada penuh menantang, seolah-olah tidak takut jika Aksa melakukan sesuatu hal yang mengerikan.
"Sanggup?" Tanya Aksa lagi dengan suara deep voice yang berhasil membuat Yara berdegup kencang.
"Kenapa tidak? Hanya_ emmmmm.." Tiba-tiba saja bibir Aksa sudah membungkam bibirnya dengan lumatan yang cukup ganas. Yara tidak tahu membalasnya, ia hanya mengikuti saja pergerakan bibir Aksa.
Hingga Yara merasa sesak, ia memukul dada Aksa untuk menghentikan semua nya. Hingga Aksa melepas tautan bibir nya, ia tersenyum puas kala melihat Yara yang terengah-engah di bawahnya.
"Dari yang kulihat.. Kau tidak sanggup mengikuti pergerakan bibirku." Ucap Aksa dengan nada mengejek tapi tidak membuat Yara marah sedikitpun.
Aksa kembali ke posisi duduk pada pinggiran ranjang hingga Yara bisa bangkit. Kala Yara melihat pintu kamar, ia langsung terkejut.
"Astaga!" Yara ingin pingsan saja sekarang rasanya.
"Ada apa?" Aksa heran melihat Yara seperti itu, sangat terkejut. Aksa berbalik badan, dan ya sekarang dirinya sama terkejut seperti Yara.
"Kak Danu? Kenapa kau datang tiba-tiba begitu?!" Tanya Aksa dengan nada kesal, ia yakin jika Danu melihat semua adegan yang terjadi.
"Kenapa kau tidak menutup pintu?" Tanya Aksa kepada Yara dengan berbisik, ia juga menatap tajam Yara yang pipinya bersemu merah.
"Lupa.." Hanya itu yang bisa Yara katakan, ia malu sekali kepergok seperti ini.
•
•
Dan kini Aksa dan Yara duduk bersama dengan Danu di meja makan. Danu sarapan pagi dirumah mereka, tentu saja itu tidak heran bagi Aksa. Sudah pasti penyebab utamanya karena bertengkar dengan Lovie.
"Sudahlah jangan canggung begitu, hal seperti itu sudah biasa dalam pernikahan." Kata Danu dengan mulut yang penuh dengan makanan.
"Hem, enak banget.. Kamu yang masak ini, Yara?" Tanya Danu kepada adik iparnya.
"Iya, Kak.." Yara sudah tidak canggung lagi, ia terlihat biasa saja karna ucapan Danu tadi.
"Wah, kau hebat.. Masakanmu ini sangat enak, beruntung Aksa memiliki istri seperti mu." Pujian Danu mendapatkan cebikkan bibir dari Aksa. Sepertinya Aksa tidak setuju dengan itu, menurut nya Danu yang lebih beruntung dari pada apapun.
Aksa makan sembari memerhatikan cara Danu dan Yara berbicara. Terlebih lagi Yara tertawa karna lelucon Danu, dan itu tidak membuat Aksa heran. Danu terkenal dengan tengil serta selalu mengatakan hal yang tidak penting. Tapi, hati mungil Aksa sedikit terganggu kala Yara bisa tertawa lepas dengan sang Kakak.
"Kalau sudah kenyang, diharapkan segera pulang. Aku tidak banyak waktu untuk menyambut tamu seperti mu," Ucap Aksa dengan nada ketus membuat Yara langsung mencubit pelan lengan Aksa.
"Kak, tidak boleh bicara seperti itu!" Aksa malah semakin menatap tak suka Danu yang dapat pembelaan dari Yara.
Danu tidak sakit hati, ia malah asyik makan tidak menghiraukan semua ucapan Aksa. Sudah terbiasa, Danu juga terlalu bodoamat dengan semua ucapan orang. Itulah salah satu alasan yang membuat Lovie terkadang lelah sendiri menghadapi Danu Pratama.
Sesuai dugaan Aksa, dengan tidak malunya Danu Pratama, sang Kakak malah meminta membungkus masakan Yara tadi. Dengan alibi ingin makan bersama dengan Lovie, dan itu berhasil membuat Aksa mengeluarkan asap di telinga nya.
Kala Yara sedang membungkus makanan, Aksa mendekati sang Kakak.
"Harus banget dibungkus?" Tanya Aksa dengan sedikit penekanan.
"Yaelah, Dek.. kamu pelit amat sama Kakak sendiri." Cibir Danu dengan ekspresi wajah yang cukup menyebalkan bagi Aksa.
"Nggak usah drama!" Ucap Aksa ketus, ia terganggu sekali dengan tingkah Danu kali ini. Seperti biasa Danu akan bersikap bodoamat, apa lagi kala Yara sudah memberikan paper bag yang berisi masakannya.
"Ini, Kak.. kalau mau lagi, datang aja tiap hari.." Kata Yara yang langsung membuat Aksa melotot sempurna.
"Oke, terimakasih para adikku. Aku pulang dulu, pasti istri ku yang cantik sudah menunggu." Danu pamit sembari tersenyum mengejek kepada Aksa.
Yara terus tersenyum kala kepergian Danu, tanpa menyadari ada Aksa yang menatap nya tajam serta tak suka dengan semua sikap Yara barusan.
"Harus banget senyum manis gitu dengan Kak Danu?" Tanya Aksa dengan ekspresi wajah yang menahan kesal, Yara bingung dibuatnya.