Kiara Larasati terpaksa menikahi lelaki yang tak dikenal karena sebuah salah paham salah satu warga desa yang melihat Kiara d cium seorang lelaki bule dalam keadaan seluruh pakaiannya basah
Elvano yang berkunjung d vila keluargnya sedang menikmati pemandangan air terjun melihat seseorang tenggelam jiwa heroiknya memaksa dia untuk menolong dan berakhir menikahi gadis yang dia tolong
bagaimana kisah percintaan mereka, ikuti terus kisahnya ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon etha anggra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10
Kiara keluar dari kamar mandi lengkap dengan pakaiannya karena tidak ingin kejadian seperti kemarin terulang lagi.
Kiara berjalan kearah cermin memakai bedak dan lipstik tipis, membuka cepolan rambutnya dan menyisir rambut hitam panjang dan ikal terakhir dia mengikat rambut ekor kuda.
Aktivitas Kiara tak luput dari pandangan Elvano.
"Mau kemana?" protes Elvano yang merasa tidak di anggap keberadaannya dari tadi.
mendengar pertanyaan Elvano, Kiara menghentikan aktivitasnya dan menatap Elvano.
"Aku mau antar nenek kepasar, kenapa? mau ngekor lagi?" ketusnya.
"Apa perlu berdandan wah seperti ini?" Elvano beranjak dari ranjang menghampiri Kiara. padahal Kiara berdandan biasa saja seperti biasanya entah kenapa Elvano tidak suka.
"Tunggu! Anda tidak sedang bersikap posesif bukan??" Kiara memicingkan mata.
"Aku? posesif? oh ayolah, wajahmu hanya biasa saja, bahkan kekasihku lebih cantik berlipat-lipat" ucap Elvano menutupi kegugupannya. Entah kenapa mendengar Elvano memuji kekasihnya membuat dadanya sesak.
Tanpa berucap Kiara mengambil jaket denim dan tasnya lalu beranjak keluar kamar.
BRAK!!
Elvano menghela nafas "Apa dia tersinggung dengan ucapanku" dia mengangkat kedua bahunya dan berjalan masuk kekamar mandi.
"Huh! Memang secantik apa kekasihnya itu" Dengus Kiara setelah keluar kamar.
"Ada apa sayang?" tegur nenek Astri
"Tidak ada nek, ayo berangkat" ajak Kiara merubah ekspresinya.
Kiara mengeluarkan mobil jeep butut milik kakek Bima, dan melajukan pelan keluar halaman rumahnya.
Selepas mandi Elvano menemani kakek Bima di ruang keluar menikmati berita pagi dan secangkir kopi.
"Kek! Minggu depan saya harus berangkat ke Jepang, karena kolega saya ingin bertemu sebelum menandatangani kontrak kerja sama kami, dan ini sangat penting buat saya kek" ucap Elvano.
"Apa kau akan kembali" tanya kakek sambil menyesap kopinya. hening tidak ada jawaban dari Elvano. " Pergilah! aku tidak akan menghalangi dan kembalilah ceraikan Kiara setelah kau kembali" ucap kakek Bima tegas.
Elvano memang akan pergi tapi untuk bercerai dari Kiara tidak pernah terlintas dari pikirannya.
"Aku akan kembali kek, tapi tidak untuk bercerai dari Kiara, walaupun belum ada perasaan di antara kami, tapi pernikahan itu sesuatu yang suci tidak untuk di permainkan dan saya menghargai suatu hubungan" ucap Elvano menggurui.
"Lalu! bagaimana dengan kekasihmu yang akan kau nikahi itu, bukankah kau berencana melamarnya " ucap kakek Bima mengingatkan penuturan Elvano beberapa hari yang lalu.
"Biar itu menjadi urusanku kek, aku akan segera menyelesaikannya" Elvano berusaha meyakinkan kakek Bima akan keseriusannya. untuk cinta entahlah mungkin masih otw hehehe..
"hmmm baiklah! terserah kau saja" kakek Bima menghabiskan kopinya dan hendak beranjak dari duduknya tapi di tahan oleh Elvano.
"Tunggu kek! ada lagi" ucap Elvano membuat kakek Bima kembali duduk.
"Banyak sekali permintaanmu anak muda" ucap kakek Bima mendengus
Elvano hanya nyengir dan menggaruk-garuk Kepalanya
"emm.. itu kek! ini tentang tujuanku berada di desa ini" ucap Elvano ragu-ragu.
"Ekhem.. saya ingin membangun resort di dekat perkebunan teh yang saya datangi kemarin bersama Kiara, sebentar kek" Elvano masuk kamar lalu kembali ke ruang keluarga dengan membawa lembaran, kemudian menyerahkannya pada kakek Bima, entah kakek mengerti apa tidak, dia harap kakek mau membantunya.
"kemarin saya sempat menggali informasi dari Kiara tapi dia bilang hanya kakek yang bisa membantu" jelasnya panjang kali lebar.
kakek Bima mengambil kacamata yang ada di meja dan memakainya, membaca dengan seksama proposal yang di berikan Elvano.
Elvano menjelaskan secara rinci isi proposalnya seperti sedang melakukan presentasi, dia akan mengajukan kerja sama dengan pemilik lahan tersebut. maka dari itu Elvano meminta bantuan kakek untuk mengenalkan dirinya dengan pemilik lahan itu.
Kakek Bima mendengarkan penuturan Elvano hanya manggut-manggut, hingga terjeda karena terdengar suara mobil memasuki halaman rumah.