NovelToon NovelToon
Rahim Perjanjian

Rahim Perjanjian

Status: tamat
Genre:Tamat / Ibu Pengganti / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Keluarga
Popularitas:83.6k
Nilai: 5
Nama Author: LapCuk

"May, kalau nanti kita dewasa, terus aku gak bisa menjadi wanita sempurna. Apa yang bakal kamu lakukan?"

"Hila, dali masih dalam pelut Bunda, kita sudah saling belbagi makanan dan kasih sayang. Jadi ketika nanti kita udah besal, gak ada alasan untuk gak saling belbagi. Aku akan menjadi pelengkap kekulanganmu, Mahila," dengan aksen yang masih cadel, Maysarah menjawab pertanyaan yang diajukan Mahira. Matanya memandang penuh kasih adik kembarnya itu.

Percakapan dua anak kembar yang masih berumur 7 tahun itu benar-benar menjadi kenyataan sekaligus ujian bagi ikatan persaudaraan mereka.

Cobaan kehidupan datang menghampiri salah satu dari mereka, menjadikan dirinya egois layaknya pemeran Antagonis. Lantaran perlakuan manis orang-orang di sekitarnya.

Demi menutupi Luka hatinya yang kian menganga. Maysarah melakukan pengorbanan besar, ia bertekad untuk menepati serta melunasi janji masa kecilnya.

Ayo, ikuti kisahnya...💚

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LapCuk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RP bab 35

~ Spesial Pengantin baru 💜

Jangan sungkan-sungkan untuk berkomentar ya semuanya ♥️

...----------------...

Mobil yang dikendarai oleh Muntaz Abraham memasuki kawasan perumahan elit Ibukota, selama perjalanan yang hampir memakan waktu satu jam itu, tidak ada pembicaraan apapun. Maysarah memilih melihat jalan raya, gedung-gedung perkantoran daripada mengajak ngobrol suaminya. Muntaz sendiri tak ambil hati atas sikap dingin sang istri, dirinya paham betul jika wanitanya membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk membuka hatinya. Dirinya bertekad akan menyuburkan kembali cinta yang dulu pernah tumbuh.

"Kita sudah sampai." Beritahunya sambil melepaskan seat belt. mobil yang ia kemudian terparkir sempurna dihalaman rumah baru yang dia beli dua bulan lalu setelah mengetahui kenyataan pahit. Dirinya benar-benar membuktikan ucapannya, merebut kembali apa yang sedari awal menjadi miliknya.

May langsung membuka seat belt lalu menarik handle pintu mobil. Tidak menghiraukan perkataan Muntaz untuk menunggunya membukakan pintu. Wanita berusia 24 tahun itu mengedarkan pandangannya, menatap bangunan rumah yang terbilang mewah jika hanya huni beberapa orang saja.

"Ayo masuk." Ajak sang suami, mengambil tangan kiri sang istri untuk dia genggam. Beriringan mereka melangkahkan kaki bersama.

Sejujurnya May menyukai rumah ini, memiliki halaman luas serta tumbuhan hijau, sejuk bila dipandang mata. Cat temboknya juga berwarna soft tidak mencolok.

"Selamat datang Bu." Sapa dua orang wanita sepantaran tantenya, berkisar umur 40 tahunan.

"Terimakasih atas sambutannya." Balas May yang ikut sedikit menundukkan kepalanya, menghormati orang lebih tua darinya.

"Dek... perkenalkan ini kedua Bibi yang akan membantu dan menemanimu setiap hari, saat Mas sedang bekerja." Ujar Muntaz, tangannya sudah beralih mengusap sayang punggung istrinya.

May sedikit terkejut dengan panggilan baru itu, tetapi dirinya begitu lihai menjaga ekspresi raut wajahnya tetap tenang tanpa riak, tidak juga menyentak tangan Muntaz yang sedari tadi mengelus tubuh belakangnya.

"Semoga kita bisa saling membantu dan sama-sama betah bekerja samanya ya, Bi. Kalau boleh tahu, saya mesti manggilnya bibi siapa, ya?" tanyanya sopan.

"Panggil saja saya bik Nur, Bu." Ragu-ragu bi Nur mengulurkan tangannya, tetapi keraguan itu berganti senyum sumringah saat sang Nyonya langsung menjabat tangannya. si Bibik terkagum-kagum melihat keramahan dan adab Maysarah yang begitu santun.

"Kalau saya bik Inah, Bu." Gantian si Bibik satunya memperkenalkan diri sembari ingin menjabat tangan sang Nyonya. Bibirnya menyunggingkan senyum lebar, melihat betapa baiknya majikan barunya itu. Ia yakin pasti betah bekerja di rumah ini.

Kedua asisten rumah tangga itu, Muntaz sendiri yang memilih melalui lembaga yayasan penyaluran tenaga kerja rumah tangga. Dia memilih dua orang wanita yang sudah berusia matang. Dirinya juga memperkejakan dua orang satpam berusia 40 tahun, berjaga dan menempati pos di halaman samping berdekatan dengan gerbang rumahnya. Memang kawasan rumah yang dia beli ini sudah memiliki keamanan yang mumpuni, tetapi Muntaz ingin lebih lagi dalam melindungi sang istri.

Terdengar suara mesin mobil yang dinaiki oleh Esti bersama dua orang bodyguard laki-laki yang bertugas mengawal dan menjadi supir kemanapun Muntaz berpergian. Esti keluar dari mobil, langsung berjalan dengan langkah lebar mendekati sang Nona yang kini sudah berubah status menjadi sang Nyonya.

"Mbak Esti, kenalkan ini ke-dua Bibik yang akan menjadi teman kita." Seru Maysarah sembari menyentuh lengan Esti, terlepas lah rangkulan tangan sang suami.

Esti segera berkenalan dengan bik Inah dan Nur, kemudian mereka bersama memasuki rumah itu, ternyata dalamnya lebih indah daripada tampilan luarnya. Muntaz menggunakan jasa desain interior rumah untuk menata setiap ruangan agar terlihat luas dan elegan.

"Ayo! kekamar utama di lantai atas." Muntaz merangkul pundak May, mengajak sang istri menapaki anak tangga menunju kamar mereka.

Lagi-lagi May hanya diam, menurut tanpa membantah. Setiap sentuhan ringan yang diberikan oleh Muntaz ia terima begitu saja, dia berusaha keras menekan perasaan yang berkecamuk di dadanya. Apalagi didepan orang lain, Dia masih menjunjung tinggi kodratnya sebagai seorang istri, menghargai dan menghormati sang suami. Kedepannya apapun yang terjadi, tidak akan terlontar dari bibirnya kalimat tidak terpuji tentang laki-laki yang beberapa jam yang lalu berhasil menikahinya.

Muntaz membuka handle pintu kamar, menarik tangan Maysarah untuk memasuki ruangan pribadi mereka berdua. "Ini kamar kita."

Kamar yang cukup luas, ranjang king size, deretan lemari pakaian tinggu dengan beberapa pintu. Meja rias berkaca besar, lemari hias berisikan belasan tas wanita. Dan terakhir lemari kaca yang menampilkan selusin sepatu flatshoes sesuai ukuran kaki Maysarah. Kamar bernuansa cream dan coklat campur putih itu sungguh perpaduan warna yang menenangkan.

Maysarah membuka pintu penghubung yang terbuat dari kaca, ia menjejakkan kakinya di balkon kamar mereka. di bawah sana tampak kolam renang yang berada di halaman belakang rumah. Ada gazebo beratapkan daun rumbia dikelilingi kolam ikan dan ada jembatan kayu serta air terjun buatan.

"Suka nggak, Dek... dengan rumahnya?" Bisiknya lirih tepat di telinga sang istri yang masih tertutup hijab, tangannya ia lingkarkan pada perut ramping wanitanya. Memeluk dari belakang, mengecup puncak kepala Maysarah, lalu menumpukan kepalanya pada pundak May.

Bohong jika kulit May tidak meremang, ini kali pertama Dia bersentuhan dengan laki-laki yang bukan anggota keluarga kandungnya. Maysarah berusaha tetap tenang, walaupun tubuhnya sedikit gemetar. Ia tidak menolak pelukan hangat itu, tetapi tidak juga membalas.

"Aku ingin membersihkan diri, sebentar lagi mau masuk maghrib." Beritahunya, memajukan sedikit tubuhnya agar tidak menempel erat dengan Muntaz.

"Ya sudah, mandilah dulu." Muntaz melepaskan belitan tangannya, menatap sang istri yang berjalan masuk kedalam kamar.

"Aku yakin! suatu saat nanti, dirimu pasti mau membuka hati lagi untukku." Gumamnya lirih, ia akan sabar menanti hari itu datang.

***

Malam hari setelah makan malam, pasangan pengantin baru itu kembali ke kamar mereka untuk beristirahat. Muntaz duduk bersandar pada headboard memangku laptop. Dia sedang memeriksa email yang dikirim beberapa orang kepercayaannya. kaca mata baca bertengger pada hidung mancungnya. Fokusnya teralihkan ketika mendengar handle pintu kamar mandi di putar. Matanya melotot sempurna melihat penampilan Maysarah yang baginya terlihat seksi dan menantang.

May keluar dari kamar mandi. Dirinya mengenakan dress ungu muda berlengan mencapai siku, menyembunyikan garis-garis hasil benda tajam. Rambut panjang bergelombangnya dibiarkan tergerai. bibirnya sudah ia poles dengan lip balm, malam ini dirinya sudah bertekad untuk sepenuhnya menjadi seorang istri. Membalas budi kepada Muntaz yang sudah berhasil membawanya pergi dari cengkraman Rahadian.

Berbicara tentang hati, jawabannya hanya satu, sudah mati. Tugas terakhirnya adalah mengabdi kepada sang suami sampai waktu dirasa cukup untuk melunasi hutang budi.

Maysarah melangkah dengan pasti mendekati ranjang, menatap lekat sang suami yang terpana melihat penampilannya. Sedikit merendahkan badan, ia mengambil laptop dan meletakkan di atas nakas. Kemudian dilepasnya kaca mata Muntaz, menaruhnya didekat lampu tidur.

"Mas... jadikan aku seorang istri yang sesungguhnya. Tunaikanlah kewajibanmu sebagai seorang suami, dan penuhi lah hak-ku sebagai seorang istri." Ditatapnya lekat bola mata Muntaz, lalu turun menyusuri bibir, sampai pada jakun yang tengah menelan saliva itu. Wanita yang belum terjamah itu mengikuti instingnya, mendekatkan indra pengecap-nya pada bibir tebal berbelah tengah. Kemudian... Bersambung ya ✌️😁

...----------------...

Mohon dukungannya ya kak, jika suka jangan lupa tinggalkan jejak like, komentar dan permintaan update 🥳♥️.

1
Tanz>⁠.⁠<
gak kerasa Udah end aja. gak ada niatan mau lanjut kehidupan may sama Muntaz apa Thor 😭😭
Tanz>⁠.⁠<
semoga kalian bahagia ya dengan tempat tinggal yang baru. ingat Muntaz jaga baik baik istri berhati malaikat mu itu
Tanz>⁠.⁠<
seperti rumah ku dulu. nyaman banget walau terlihat sederhana 🤗
Tanz>⁠.⁠<
kok aku mewek ya baca nya 😭
Tanz>⁠.⁠<
siappppp /Scream/
Tanz>⁠.⁠<
demi kesembuhan may, senja. tolong mengerti lah
Tanz>⁠.⁠<
ayo taz semangat /Determined//Determined/
Tanz>⁠.⁠<
apa alasan mu untuk bohong, Dania?.
Tanz>⁠.⁠<
pabrik mu may
Tanz>⁠.⁠<
semoga aja sifat nya juga kembar 😆
Tanz>⁠.⁠<
kasian juga liat Hira 🥺

semoga may cepat sadar 🤲🏻
Tanz>⁠.⁠<
turut berduka dan bersuka cita Hira 😌
Tanz>⁠.⁠<
Dania bisa aja nih 🤭
Tanz>⁠.⁠<
suka kesel kalo lagi ada kecelakaan, malah sibuk nge videoin nge foto foto. bukan nya ngebantu, malah mencari kesempatan dalam kesempitan 😤
Tanz>⁠.⁠<
plz aku ngakak bagian ini, sakit perut ku ngetawain ini aja 🤣🤣🤣🤣
Tanz>⁠.⁠<
heisss kenapa gak sekali kubur suami mu senja. biar sekalian, gak repot repot lagi nanti /Facepalm/
Jumli
mawar-mawar untuk maysarah. kenapa harus secepat ini berakhir.
Jumli
lah.... kok tamat😭
secepat ini kak😭😭😭
Jumli
di bagian ini aku tidak bisa menahan tangis🥺
walau kesal sama saga, tapi setidaknya dia menyesal🥲
Tanz>⁠.⁠<
terus kan Dania buat keluarga satu ini kena mental 😆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!