Emelia Azzahra merupakan seorang perawat sekaligus muslimah taat. Sementara Kenzo Alianso merupakan korban investasi bodong yang memilih menjadi seorang mafia keji, demi melunasi hutang sekaligus membalas sakit hatinya. Selain itu, Kenzo juga pernah menjadi kakak ipar Emelia, sebelum Bella kakak Emelia yang Kenzo nikahi, meninggal dunia.
Setelah sekian lama tak bertemu, Emelia dan Kenzo dipertemukan dalam situasi tak terduga. Emelia yang biasa berhijab, tampil seksi di acara pelelangan wanita yang Kenzo pimpin. Emelia dijual oleh sang suami yang kalah judi. Kenzo yang langsung mengenali Emelia tak segan mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan Emelia. Sejak itu juga Emelia dan Kenzo terjerat dalam hubungan simbiosis mutualisme. Gambaran malaikat dan sang kriminal, melekat dalam hubungan keduanya.
“Berani kamu mencampuri urusan pribadiku, ... aku tak segan untuk membunuhmu! Tak peduli meski aku pernah menolongmu bahkan sekarang aku sudah menjadi suamimu!” ucap Kenzo di setiap Emelia mengobati luka-lukanya sekaligus mengajaknya berhijrah.
“Sampai kapan pun, aku tidak akan pernah mati bahkan meski Kakak membunuhku berulang kali. Ayo kita sama-sama berhijrah, Kak! Tolong tinggalkan dunia hitam ini!” tulus Emelia yang bertekad akan selalu bersama Kenzo dalam suka maupun duka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Manis~Panas
Waktu di beker meja sebelah tempat tidur Emelia, menunjukkan pukul empat lewat seperempat sore. Sampai detik ini, Emelia masih kerap menghela napas dalam sekaligus pelan di tengah detak jantungnya yang belum kembali normal. Namun ketimbang dirinya, Kenzo yang masih menindihnya, justru lebih parah.
Bukan perkara napas dan juga detak jantung yang sangat jelas di indera pendengaran Emelia. Namun juga keringat Kenzo yang sibuk menetes dan sebagian besar membasahi tubuh Emelia. Beberapa kali, Kenzo yang menghela napasnya terdengar sangat kasar, juga masih kebablasan mendesah. Kini, Kenzo menarik diri tanpa benar-benar melepaskan Emelia.
Kenzo menatap wajah Emelia dengan sangat saksama. Rias tipis di wajah Emelia sudah sepenuhnya luntur. Wajah cantik Emelia tengah sangat merah merona. Perpaduan segar sekaligus cerah menggambarkan keadaan wajah Emelia kali ini. Sementara baru saja, kedua mata Emelia terpejam sejenak. Sebab buih keringat wajah sekaligus kepala Kenzo menimpa mata dan bagian wajah Emelia yang lainnya. Ketika itu terjadi, dunia Kenzo seolah berputar lebih lambat.
Bagi Kenzo, dalam keadaan seperti sekarang, gadis kecil yang dulu sangat ia manjakan, kini tampak sangat memesona. Emelia dengan segala pesonanya sungguh menghanyutkan dunia seorang Kenzo. Ditambah lagi, ingatan Kenzo yang dihiasi kedekatan Emelia dengan sang putri. Terakhir, Alesha yang seharian ini tidak bisa diam. Bahkan Alesha terlihat menjadi orang yang paling bahagia, sampai ketiduran di pangkuan sekaligus dekapan Emelia. Jadi, tadi saat dibawa pulang oleh Khalisa dan Kenan, Alesha juga masih tidur. Kenzo yang membopongnya sampai mobil.
“Kira-kira apa yang sedang Kak Kenzo pikirkan? Aku rasa, dia sedang memikirkan sesuatu. Namun cara dia menatapku, ... sepertinya beliau belum mau udahan. Sampai sekarang pun, beliau tetap belum melepaskanku meski cairannya sudah menyirami rahimku dan terasa hangat. Harusnya ini langsung jadi calon adiknya Alesha tanpa harus pesen di sopi,” batin Emelia yang kemudian menawari Kenzo apakah suaminya itu mau melanjutkan percintaan manis mereka dalam menyempurnakan ibadah mereka sebagai suami istri.
“Kakak mau lagi, enggak? Namun setelah ini, kita langsung junub buat kejar waktu ashar,” bisik Emelia benar-benar lirih meski ia melakukannya tepat di depan bibir Kenzo. “Ah ... harusnya enggak ditanya,” sergah Emelia yang berangsur membingkai wajah Kenzo kemudian melumat bibir bawah Kenzo dengan sangat lembut.
Kenzo benar-benar tak berdaya, dan memang langsung hanyut dengan ulah Emelia. Ia membalas ciuman Emelia hingga mereka kembali terikat dalam hubungan manis sekaligus panas.
“Sebentar,” sergah Kenzo mengakhiri ciumannya. Di bawahnya, Emelia segera menatap, menyimaknya serius. Namun selama itu, kedua tangan Emelia yang sudah ada di kepala, jadi kerap membelai di sana maupun punggung kokohnya.
“Kamu beneran enggak pakai KB dan sejenisnya?” tanya Kenzo dengan volume suara jauh lebih tinggi.
Namun, Emelia yang terlihat panik, segera menggunakan kedua tangannya untuk membekap mulut Kenzo. Sesekali, Emelia juga akan menatap ke pintu maupun sebelah keberadaan kamar Berliana berada.
“Kenapa?” tanya Kenzo meski mulutnya masih Emelia bekap.
“Jangan keras-keras. Takut ada yang dengar karena dari suara kita apalagi suara Kakak saja, udah beda banget! Enggak enak kalau kedengeran mereka apalagi, kedengeran Berliana. Rumah orang tuaku enggak kedap suara. Bisik-bisik gini saja masih bisa kedengaran. Berliana pasti sudah ngerti,” lirih Emelia wanti-wanti. “Iya ... aku enggak nunda. Biar Kakak punya alasan buat cepat pulang. Biar Kakak lebih hati-hati ketika bekerja. Biar ... Alesha enggak minta pesen dedek bayi di sopi!”
Dengan segera, Kenzo meloloskan bibirnya dari kedua telapak tangan istrinya. “Makanya aku maunya kamu di rumah. Kalau kamu di rumah, mau kita sampai teriak-teriak, kita beneran bebas!” ucapnya tetap tidak bisa benar-benar berbisik seperti yang Emelia lakukan.
Namun untuk yang kali ini, Emelia justru menahan tawa. Emelia menggunakan tangan kirinya untuk membekap bibirnya sendiri. Kenzo yang sebal sekaligus geregetan pada Emelia, sengaja menghentak, memulai percintaan manis nan panas yang sudah mereka sepakati untuk dilanjutkan.
Emelia langsung syok sendiri lantaran ulah sang suami refleks membuatnya mendesah sangat keras. Namun, di atasnya, Kenzo malah ia pergoki menahan senyum.
“Lakukan itu di telingaku kalau memang kamu tidak mau membebaskan desahanmu!” pinta Kenzo sengaja menggoda Emelia, tapi Emelia yang wajahnya makin bersemu, malah menepuk bahu kirinya dengan gemas.
“Aduh ...,” batin Berliana merasa resah dengan suara desahan keras dari kamar sebelah. Suara desahan yang terdengar bertepatan dengan dirinya yang melepas headphone—nya.
“Duh ... pengantin balu malah mendesah berjamaah. Beneran enggak ada toleransinya banget ke bocil masih di bawah umur ini!” batin Berliana langsung uring-uringan sendiri. Ia kembali memasang headphone—nya. Berliana sengaja menyetel lagu dengan volume keras.
Sekitar puluh delapan malam, tak lama setelah shalat isya berjamaah sekaligus makan malam bersama. Kenzo memboyong Emelia pergi, pindah ke rumah mereka. Meski bukan untuk kali pertama diboyong suami. Apalagi sebelumnya, Emelia sudah pernah tinggal di rumah Kenzo. Emelia tetap tidak bisa untuk tidak merasa nelangsa apalagi menangis. Namun yang membuat Emelia merasa berat, ialah sang ayah maupun Berliana sang adik. Karena selama ini, keduanya yang paling dekat dengannya. Mengenai sang bapak yang sudah komplikasi, meski ada ART sekaligus orang Kenzo yang menjaga, Emelia tetap khawatir. Begitu juga dengan Kekhawatiran Emelia kepada Berliana. Didikan terlalu keras dari sang ibu, membuatnya takut sang adik sakit mental sekaligus trauma.
Sampai di dalam mobil, Emelia tetap sibuk sesenggukan. Emelia memeluk Kenzo dari samping dan membenamkan wajahnya di dada sang suami. Leo yang mengemudikan mobil mereka jadi sesak sendiri. Apalagi untuk kebersamaan kali ini, Kenzo memperlakukan Emelia dengan manis. Kenzo merengkuh pinggang Emelia menggunakan tangan kirinya. Sementara tangan kanan menggenggam tangan kiri Emelia.
tuan lee lucu sekali.... beraninya keroyokan aja, giliran kenzo bwa pasukan belum apa2 udh mau melarikan diri...
si endah dicekik gt aja udah klepek2 gk bosa ngelawan... gimana ceritanya bisa jdi mafia...
Semoga Alloh membalas kebaikan Mb dengan rejeki yg melimpah...
amin 🤲
😀😀😀❤❤❤❤
aku selalu kasih like, sebagai tanda Terima kasih aku buat kakak yg buat cerita dengan susah payah