NovelToon NovelToon
TA'ARUF KELUAR JALUR

TA'ARUF KELUAR JALUR

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Hamil di luar nikah / Selingkuh / Beda Usia / Keluarga / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: cerryblosoom

Keputusan untuk melanjutkan pendidikan atau menikah, menjadi beban sejak aku menerima surat kelulusan SMA. Ditengah kegundahan hati, kepercayaan keluargaku, membawa penerimaan hatiku akan kehadiranmu yang asing.

Meski perkenalan kita hanya singkat, janji yang kamu ucapkan kala itu begitu manis.

"Gpp, aku tungguin kamu sampai lulus kuliah kok. Kita tunangan saja dulu. Nanti aku juga akan membantu biayanya."

"Tapiiii-"

"Udahlah, nduk percaya sama, Rian. Niat nya kan baik mau mengikat kamu. Dari pada kalian pacaran-pacaran yang gak bener, loh."

"Tapi bu, aku masih ingin kuliah."

"Iya kan bener kalian tunangan dulu, kamu lanjut tuh kuliahnya. Itu nak Rian juga mau bantu biayai, benar kan, nak."

"Iya bener, Bude."

Masih kuingat pancaran mata berapi-api tanpa keraguan yang menatapku. Mata itu pula yang membuat aku jatuh hati. Karena seolah hanya aku di matanya. Saat itu aku hanya bisa menggangguk pasrah.

"Baiklah."

Tanpa kutahu badai yang menerpa akan begitu dasyatnya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cerryblosoom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 24 PATAH HATI TEMAN PRIA

Di hari minggunya.

Adrian benar-benar hadir di tengah-tengah, bocah yang baru lulus SMA, yang tengah belajar. Dia duduk disudut dalam, tepat belakang Ameera. Sehingga tak masuk dalam kelompok yang melingkari meja.

"Jadi kalau yang ini semacam persamaan gitu, Ra. Kamu mesti cari kata sifat nya apa dulu. Biasanya lebih mudah jika kamu buat kalimatnya."

"Emm, gimana tuh?"

"Contoh nya Koki memasak di Dapur, nah yang selanjutnya, berarti tempat dia bertugas...."

Sejauh ini tak ada yang aneh. Tak ada waktu curi-curi pandang. Atau sampai modus tak sengaja menyenggol tangan. Adrian jadi berfikir apakah dia terlalu curiga.

Karena jika dibandingkan dengan zamannya dulu. Belajar bersama hanyalah modus yang digunakan para pria. Mereka tak akan fokus pada buku. Yang ada hanya akan memperhatikan gadis yang disukai.

Tak bisa dipungkiri dia pun pernah berada di posisi itu. Diam-diam mengagumi teman sekelasnya. Dan selalu mencari kesempatan untuk menjadi dekat.

Yang pasti itu hanya masa lalu. Masa-masa remaja yang baru mengenal ketertarikan terhadap lawan jenis. Tentu tak bisa dibandingkan perasaan cintanya pada Ameera. Atau mungkin ada satu orang yang bisa dibandingkan.

Adrian menggeleng cepat, "Apa yang kamu pikirkan Rian," batinnya mencoba menghilangkan pikiran tak benar di otaknya.

...----------------...

".... Nah, itu aja sih yang perlu diperhatikan. Buat yang lainnya banyak-banyakin kerjain soal aja," ucap Jordi.

Dengan ucapannya itu, yang lain pun mulai menutup buku, dan membereskan segala alat tulis ke tempatnya.

"Kalau begitu aku pulang duluan ya. Makasih buat hari ini," kata Ameera berpamitan lebih dulu.

"Sama-sama," balas Jordi mewakili.

Yang lain hanya mengangguk mengiyakan. Jika hanya Ameera seorang diri. Menahannya untuk tinggal sebentar tak akan menjadi masalah.

Dengan persetujuan teman-temannya. Ameera menoleh pada Adrian, memberi isyarat lewat tatapan mata.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Keduanya lantas pergi meninggalkan tempat itu. Tanpa mereka tahu obrolan setelahnya.

Jordi masih dalam posturnya yang sebelumnya. Duduk tegak sempurna. Bahkan kakinya masih setia bersila. Sedangkan dua temanya yang lain langsung bergerak pindah posisi. Yang satu menyelonjorkan kaki. Yang satu lagi sudah tidur terlentang. Menguasai sisi dimana Ameera dan Adrian sebelumnya duduk.

"Itu tadi siapa sih? Kayaknya bukan mas nya Ameera, deh," Gerald yang semula masih terlentang. Memiringkan tubuhnya, dengan tangan menopang kepala. Dengan punggung bersandar pada tembok. Tatapannya menyapu kedua teman baiknya. "Dari awal dateng, tatapannya ke kita udah kayak mau nerkam aja. Kalau bukan karena Ameera, Sudah aku ajak berantem, sih."

Sean yang memang tak banyak bicara hanya diam tak peduli. Dia lebih memilih fokus pada ponselnya. Entah apa yang menarik di layar tipis itu.

"Tunangannya," jawab Jordi lempeng.

"Hah!"

Gerald seketika bangkit, menatap tak percaya pada mantan ketua kelasnya.

"TU-NA-NGAN, perlu pake toa, biar lebih jelas!?"

"Gak mungkin! Sejak kapan? Kok aku ga tau?" tanya Gerald menuntut.

Jordi memutar bola mata malas, "Lah situ siapa," batinnya mengejek.

Dia saja yang menjadi ketua kelas tak dikabari. Apalagi Gerald yang kemungkinan nomornya tak disimpan oleh Ameera. Jika bukan karena dia tak bisa belajar berdua saja dengan Ameera. Dan Sean yang terlalu pendiam. Pastilah Gerald tak akan bisa ada disini. Niatnya agar ada yang mencairkan suasana. Tapi siapa tahu Ameera malah mengajak tunangannya. Hancurlah rencananya itu.

"Sudah dari bulan lalu. Aku lupa kapan tepatnya," kata Jordi sedikit berbohong. Faktanya dia ingat dengan jelas hari itu.

Bagaimana tak ingat jika saat Ameera berkata akan membawa tunangannya. Dia langsung mencari kebenaran informasi. Seolah masih tak percaya, padahal si empu nya sendiri yang mengabari.

"Kok kita gak dikabarin? Di grup gak ada tuh kabar apa-apa?" tanya Gerald lagi. Rasanya dia masih tak percaya dengan apa yang telah didengar.

"Memang gak ada. Ameera hanya memberitahu kedua sahabatnya...." Seolah sudah menebak apa yang akan Gerald tanyakan lagi. Dia kembali melanjutkan. "Kamu pasti bertanya kenapa aku tahu!? Karena aku kan yang menghubunginya untuk belajar bersama."

Gerald mengatupkan bibir, bahunya lemas tak bertenaga. Nyawanya seperti sedang ditarik paksa keluar dari tubuh. Terlalu berlebihan memang. Tapi mengetahui dia telah kalah bahkan sebelum berperang. Benar-benar memukul mentalnya.

Ditengah kegalauan dua pengagum Ameera. Sean yang semula fokus pada ponselnya. Mengalihkan pandangannya pada dua teman baiknya.

Melihat tingkah mereka, Sean terkekeh kecil. Gerald tak usah ditanya, sudah seperti orang habis terkena bencana. Tapi menurutnya yang paling lucu adalah mantan ketua kelasnya itu. Sikapnya yang  berusaha mempertahankan wajah datar. Malah seperti sedang mengalami sembelit.

Karenanya dia tak lagi berminat memainkan ponsel. Menggoda kedua temannya sepertinya akan lebih menarik. Lagipula sang pujaan hati telah offline. 

"Dari awal dia cuma anggep kalian temen sekelas kan. Gak pernah lebih. Jadi gausah drama. Kalian udah kalah dari awal," kata Sean menusuk.

Harus dikatakan Sean punya jiwa psikopat. Kata-katanya seperti menaburkan garam di atas luka.

Sean memang introvert, tapi sekalinya ngomong, pasti selalu tepat sasaran. Memang fakta jika Ameera hanya menganggap Jordi dan Gerald adalah teman sekelas. Gadis itu benar-benar kebal dengan pendekatan mereka. Segala perkodean di tangkis olehnya.

Kadang bahkan Jordi menyesal dia sekelas dengan Ameera. Karena alasan itu dia harus mempertimbangkan keharmonisan kelas. Jika saja mereka beda kelas. Sudah pasti Jordi akan langsung menembaknya. 

"Gak-," kata Jordi  menggantung. Dia tak bisa membantah ucapan temanya itu. Dia hanya bisa membuang nafas ke samping.

"Apa, aku benar kan!?" tanya Sean meremehkan.

"Terserah kaulah Sean," balas Jordi. Dia terlalu malas mendebat. Atau lebih tepatnya, dia telah kalah telak. Sehingga terlalu malas untuk mendebat.

Anehnya meski kata-kata Sean selalu menyakitkan, Jordi tak bisa benar-benar marah padanya. Katakanlah dia masokis. Tapi keduanya telah berteman semenjak sd. Luar dan dalam saling mengetahui. Jadi tak ada yang namanya tersinggung atau sakit hati.

"Berdua,, Apa maksudnya?" tanya Gerald tersadar. Tatapannya bolak-balik dari Sean ke Jordi. Matanya membulat, baru menyadari apa yang telah terjadi. Dengan telapak tangan menutup mulut. Dia bergumam tak percaya. "Ketua kelas juga suka Ameera."

Tapi jelas baik Sean maupun Jordi memiliki pendengaran yang tajam.

Mendengar gumaman Gerald, hanya membuat Sean kembali terkekeh. Kekehan nya kini bahkan lebih panjang. Entah humornya yang rendah. Atau kejadian di depannya benar-benar lucu.

Jordi yang melihat tawa Sean, dibuat kembali memutar bola mata malas. Jika bukan karena mulut lemes pria itu. Tak akan ada yang tahu perihal perasaannya pada Ameera. Sekarang dengan Gerald mengetahuinya. Dipastikan besok seluruh kelas akan tahu.

"Apa yang lucu sih," kata Gerald dengan bodohnya.

Pria itu sepertinya tak sadar jika gumamnya telah didengar.

"Ehem, gak ada," balas Sean. Matanya melirik Jordi, seolah menggoda. "Ya kan, Jor."

"Ahh, kukira kalian mendengar gumamanku," kata Gerald dengan polos.

"Tertawa saja yang kencang gausah ditahan," cibir Jordi.

"Hahahaha," Sean benar-benar tak bisa menahan tawa. Air mata bahkan menggenang di pelupuk matanya. 

"Lebih baik kalian pulang sana," usir Jordi merasa semakin kesal.

1
cerry
Tanpa sadar seminggu gak up/Grievance//Hammer//Smug/
cerry: Hehehe/Blush/
Ig : moon.moon9921: emang kok, othornya sungguh annu /Grievance/
total 2 replies
cerry
Detail yg hampir terlupa/Toasted/. Adrian sdh pernah melihat Amy tanpa kerudung/Facepalm//Pray/
🍟Xiao Hanꪶꫝ୧⍤⃝🍌❤️⃟Wᵃf
tolong /Facepalm/... minum air putih dulu
🍟Xiao Hanꪶꫝ୧⍤⃝🍌❤️⃟Wᵃf: lagi cari hiburan /Facepalm/
cerry: Han kok ad disini 👀👀
total 2 replies
NurAzizah504
Hai, Kak. Ceritanya keren. Mau saling dukung ga, Kak?
cerry: Semangat berkaryanya/Determined/
NurAzizah504: Oalah, baiklah, Kak /Joyful//Good/
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!