Amira harus menelan pil pahit, ketika seorang kekasih yang selama ini dia sayangi harus bersanding dengan sahabatnya sendiri, dengan alasan cintanya sudah habis dengannya, bahkan selama satu tahun ini sang kekasih bertahan karena berpura-pura dan tanpa terpikir panjang lelaki yang bernama Arya itu mengakhiri begitu saja hubungannya dengan Amira di saat yang bersamaan Amira ingin memberi kejutan kalau dia tengah mengandung benih kekasihnya itu. Akankah Amira sanggup membawa pergi benih dari mantannya itu? nantikan kisah selanjutnya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Matahari sudah mulai bersinar terang, meskipun tadi subuh di guyur hujan, selesai beristirahat sejenak ibu muda tersebut mulai berangkat lagi mencari bahan dagangan ke para petani langganannya.
Seperti biasa si gembul Afifah sudah terlihat cantik dengan bedak bayi yang menempel di wajahnya, membuat siapa yang memandang selalu ingin mencubit pipi gembul nya.
"Anak Ibu yang cantik, siang ini kita jalan-jalan lagi ya Nak, kita cari bahan dagangan ya buat besok," ucap Amira pada bayinya itu.
Jarik sudah di lilitkan itu berarti ibu muda itu sudah siap berangkat dengan menggunakan motor yang sudah ada gerobak diatas sepedanya.
Panas terik matahari tak dirasa yang terpenting dirinya harus berusaha keras agar anak semata wayangnya tidak kekurangan makan.
"Anakku, kamu tahu gak, dulu waktu ibu kecil, ibu selalu nelan ludah ketika mau makanan yang ibu sukai, karena ibumu ini tinggal di panti Nak, kalau pingin makanan enak tunggu donatur turun tangan baru kita bisa makan enak, tapi untuk Afifah ibu usahakan ya Nak, makanya mulai sekarang kita berjuang dulu ya," ucap Amira sambil mengajak bicara putrinya dengan tangan yang masih memegang setir sepeda.
Setelah beberapa menit mengendara akhirnya Amira nyampe di tempat Mbah Sutrisno petani langganannya yang setiap harinya selalu ada saja sayuran yang di panen meskipun tidak semua jenis sayuran ada.
"Mbah," sapa Amira dengan begitu sopan.
"Oh, Mbak Mira, sini duduk dulu, itu kasian anaknya di ajak panas-panasan seperti ini," ajak Mbah Sutrisno yang mempersilahkan Amira duduk di pondoknya.
"Makasih, oh ya Mbah! Hari ini sayuran apa saja yang di panen?" tanya Amira.
"Ada kangkung saja Mbak Mira," sahut Mbah Sutrisno.
"Oh ya sudah nanti setelah panen diantar ya Mbah," pinta Amira.
"Baiklah Mbak," sahut Sutrisno.
Karena memang di petani pertamanya dia hanya mendapatkan satu macam, berarti ibu muda ini harus mendatangi para petani lain agar mendapatkan dagangan yang lebih banyak lagi.
Teriak matahari begitu menyengat, tapi ibu muda ini tidak gentar, dan memikirkan dengan keadaan bayi yang saat ini tengah iya gendong, beruntung dia selalu memberi baju panjang dan juga penutup kepala agar supaya kulit anaknya tidak terkena paparan sinar matahari secara langsung.
Sejenak, Amira tidak tega melihat wajah anaknya yang harus dia bawa kemana-mana demi sebuah pekerjaan, tapi inilah yang di namakan dengan perjuangan karena kita tidak tahu usaha mana yang akan membawa kita ke pintu kesuksesan.
"Sayang, kita lanjutkan perjalanan lagi ya, ibu mohon kau selalu kuat, dan gak boleh sakit ya Nak, kita ini di takdirkan untuk kuat agar bisa menghadapi kerasnya hidup," tekan Amira terhadap putri kecilnya itu.
Roda motor terus saja berputar, di pertengahan jalan, tiba-tiba saja, motor Amira mendadak oleng dan goyang-goyang sendiri, dan setelah di cermati sepertinya ban motornya sedang bocor.
"Astaga! Ini kenapa ya," gumam Amira sambil memberhentikan motornya.
Amira mulai melihat kearah bawah dan ternyata benar ban belakangnya bocor, sehingga membuat ibu muda itu mengelus dadanya.
"Ya Allah ini gimana, di sini tidak ada rumah hanya ada persawahan," ucap Amira sambil melihat wajah sang anak yang semakin terpapar sinar matahari.
Dengan terpaksa akhirnya Namira menuntun sepeda motornya sambil menggendong anaknya, bayangkan saja di bawa teriknya sinar matahari perempuan itu masih terlihat semangat tanpa mengenal lelah meskipun rasa haus sudah menghinggap di tenggorokannya.
"Oek ... Oek ....," suara tangis itu tiba-tiba terdengar, mungkin karena merasa panas dan gerah.
"Iya Sayang, sabar ya Nak, minum susu dulu, sebentar lagi sampai kok," ucap Amira sambil mengelus dada bayinya.
Sejenak Amira mulai meneruskan kembali perjalanannya, perempuan itu terus saja menuntun motornya sampai terlihat sebuah bengkel di area persawahan seperti ini.
"Ah itu dia, akhirnya di sini ada bengkel juga," gumam Amira, sambil menuntun sepeda motornya tadi.
"Permisi Pak, selamat siang," ucap Amira.
"Selamat siang Mbak, kenapa bannya?" tanya kang bengkel tersebut.
"Kayaknya bocor pak," sahut Amira.
"Ya sudah sini mbak biar aku lihat dulu, bocornya kurang angin apa kena paku," jelas kang bengkel tersebut.
Setelah di lihat-lihat ternyata ada paku yang menancap di ban Amira. "Mbak, ini ada pakunya, jadi harus di tambal ya," ucap Kang bengkel itu.
"Ya sudah Pak,"sahut Amira sambil menimang-nimang anaknya, yang mulai rewel mungkin sudah waktunya tidur hanya saja bayi itu harus ikut ibunya bekerja.
"Oek ... Oek ...," Afifah terus saja menangis.
"Cup ... Cup ... Cup Sayang," ucap ibunya, sambil menyodorkan botol susu di mulutnya.
"Mbak sepertinya anaknya ngantuk itu," celetuk kang bengkel.
"Iya Pak, makanya ini sedang di timang-timang biar cepat tidur," sahut Amira.
Setelah lima menit kemudian bayi gembul itu mulai terlelap di dekapan ibunya, dan dengan yang bersamaan kang bengkel pun selesai menambal ban tersebut.
"Mbak ini sudah selesai," ucap kang bengkel itu.
Segera Amira membayar dengan harga yang sudah di tentukan, setelah itu barulah dia melanjutkan perjalanan selanjutnya, untuk mendatangi petani berikutnya agar mendapatkan dagangan yang ia inginkan untuk nanti malam.
"Alhamdulillah, akhirnya nyampai juga," ucap Amira setelah berkeliling sampai sang anak mulai membuka kembali matanya.
Ternyata berangkat sedari siang sore baru kelar urusannya, kalau mengambil barang dari petani jauh seperti ini Amira langsung membawa barang jualannya pulang dengan jumlah yang cukup banyak, semua sayur di masukkan ke dalam karung berukuran besar dan kecil.
Karung berukuran besar di taruh di belakang yang langsung diikat dengan tali karet yang begitu kuat sedangkan karung yang berukuran kecil di taruh di depan, bayangkan saja sambil membawa beban berat perempuan itu masih mampu menyetir sepeda motor sambil menggendong anaknya, sungguh perjuangan yang sangat luar biasa.
"Alhamdulillah akhirnya kita dapat bahan untuk kita dagangan nanti," ucap Namira sambil menyetir sepedanya untuk di bawa pulang.
Siang Kakak .... Maaf sekali ya baru up.🙏🙏🙏🥰🥰🥰
regan tambah keren aja bisa menghalau keluarga arya yg sok kaya itu... paling gak buat aluna dipenjara thor. biar jatuh nama baik n harga diri keluarga arya n nadine
kayaknya pa regan jodohnya Amira 🤲
nama baik kok dipertahanin dengan cara jahat....kakek sableng