Karena kesalahpahaman, Mavra dan Enrique berpisah cukup lama. Namun, dengan bantuan saudara kembarnya, Mavra berhasil mengatur skema untuk menjebak Enrique. Pada Akhirnya Enrique masuk dalam jebakan Mavra si putri mafia.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Simak kisah mereka di sini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18. Pengakuan
Kyle dan Flyn datang tidak hanya sendirian. Mereka berdua datang bersama 4 orang rekan lainnya. Mereka terpaksa harus membawa rekan lainnya karena tugas berat memindahkan 11 mayat sekaligus.
Saat mereka memasuki rumah mewah itu, mereka merasa sedikit iba pada musuh tuan mudanya. Rumah sebesar ini pasti menghabiskan biaya ratusan ribu atau mungkin jutaan dollar, tapi atasannya dengan mudahnya berniat menghancurkan rumah ini.
Mavra tampak sibuk meletakkan sesuatu di setiap sudut ruangan. Dia juga memastikan seting waktunya pas, karena begitu dia mengaktifkan semuanya, mereka hanya punya waktu 5 menit untuk menjauh sejauh 300 meter dari rumah itu.
"Semua sudah selesai, Tuan."
"Segera pergi dari sini. Pastikan kalian merusak semua rekaman CCTV di sepanjang jalan menuju kemari."
"Tidak perlu cemas. Aku sudah meretasnya tadi," kata Mavra. Enrique memberi anggukan sebagai jawaban. Ke-enam anak buah Enrique semuanya langsung bergegas pergi dari tempat itu.
Mavra dan Enrique berjalan dengan santai. Mavra mengeluarkan sebuah remot kecil begitu mereka tiba di dekat mobil mereka yang terparkir.
Mavra menekan tombol merah dan meminta Enrique segera pergi dari sana. Saat mobil telah berbalik dan melaju menjauh, terdengar bunyi ledakan kencang dan bahkan mobil yang mereka kendarai sempat bergetar kacanya.
"Alat baru?" tanya Enrique. Mavra yang tadinya asyik menatap kepulan asap hitam dengan kobaran api besar yang membumbung dari rumah Beatrice, seketika menoleh.
"Ya, 6 bulan yang lalu aku berhasil menyempurnakannya."
Mavra melepaskan topengnya. Dia bernapas lega bisa membalaskan dendamnya. Saat mobil mereka tiba di basement apartemen Enrique, Fajar mulai menyingsing dari peraduannya.
Mavra rupanya sudah terlelap. Enrique tidak tega membangunkannya. Pria itu dengan hati-hati mengangkat Mavra keluar dari mobil.
Mavra sebenarnya langsung terjaga ketika Enrique menyentuhnya. Akan tetapi, dia memilih untuk tetap terpejam saat merasakan Enrique mengangkat tubuhnya.
Mavra benar-benar memanfaatkan kesempatan dengan baik. Dia bersandar lemah di dada Enrique yang keras.
Enrique tahu Mavra hanya berpura-pura. Meski posisi gadis itu bersandar, lehernya terlihat kaku. Pria itu hanya bisa tersenyum licik melihat akal-akalan Mavra. Dia semakin yakin, jika Mavra memang tidak pernah amnesia. Dia hanya sedang mengerjainya saja.
Enrique menjatuhkan Mavra dengan lembut di atas ranjangnya. Dengan telaten Enrique melepaskan sepatu dan Mantel Mavra. Sungguh jantung Mavra tiba-tiba berdebar kencang.
Sesuatu yang dingin dan lembut jelas-jelas menempel di bibirnya. Mavra bisa merasakan aroma mint khas. Dia merutuki perbuatan Enrique yang mencuri ciuman darinya. Enrique menggerakkan bibirnya dengan lembut. Sialnya lagi, Mavra sudah tidak dapat berpura-pura lebih lama lagi. Dia membuka matanya hingga netranya dan Enrique berbenturan.
Enrique tidak melepaskan ciumannya, dia justru memperdalamnya dengan mengangkat bagian kepala belakang Mavra. Mavra melingkarkan tangannya di leher Enrique dan membalas ciuman Enrique lebih gila lagi. Bibir keduanya terus berpagut sampai wajah Mavra memerah.
Saat ciuman keduanya terurai, Enrique mengusap bibir Mavra yang basah. Keduanya diam cukup lama hingga hanya detak jantung yang berbicara.
"Aku tahu kau tidak akan mungkin melupakanku, Mi Amor."
"Dari mana kepercayaan itu muncul."
"Sadar atau tidak, bahkan disaat kau marah, tatapanmu padaku tidak pernah berubah. Selalu sama."
"Kau terlalu percaya diri, Bung. Aku membalas ciumanmu hanya karena aku ingin membalasnya saja. Tidak ada alasan lainnya."
"Tapi jantungmu tidak bisa berbohong, Mi Amor. Kau juga bisa merasakan detak kita sama."
Mavra membuang pandangannya karena triknya sudah terungkap. Enrique membelai anak rambut Mavra yang jatuh di keningnya.
"Tidak apa-apa. Kau hanya perlu belajar akting lebih lama lagi. Kau bahkan melupakan siapa pelatihmu. Mana mungkin bisa murid menipu gurunya."
"Kau menyebalkan. Keluargaku bahkan tidak ada yang tahu, bagaimana bisa kau tahu?"
"Itu semua karenamu, tapi lain kali jangan lukai tanganmu lagi. Percayalah, melihatmu terluka membuat hatiku semakin sakit. Aku minta maaf karena sebelumnya aku tidak peka terhadapmu. Aku terlalu menganggap enteng perasaanmu hanya karena kita terus tumbuh bersama. Mulai sekarang aku akan menjadi versiku yang terbaik untuk melindungimu."
Mavra mengangguk, dia menatap garis wajah Enrique dengan sendu. "Berjanjilah untuk selalu terbuka padaku, Mon cheri. Hatiku sangat sakit saat kau tidak jujur padaku. Aku bukan lagi tahap menjajaki cinta, tapi aku sudah menanamkan itu sejak lama, sehingga cintaku begitu kuat mengakar di hatiku. Jika kau membohongiku sama saja kau merusak tanamanku."
"Maafkan aku, aku tidak berniat berbohong padamu, karena memang sejak awal aku tidak berniat menjemputnya, tapi dia tiba-tiba menghubungiku dan meminta bantuan padaku."
"Tapi kau tidak mengatakan saat kita bertemu, kau bahkan sempat mengantarku mencari tempat."
Enrique mengecup kening Mavra dan meminta maaf sekali lagi. Dia pun merutuki kebodohannya waktu itu, tapi kini semuanya tidak akan sama lagi. Enrique telah berjanji pada dirinya sendiri, ia akan memperlakukan Mavra sebaik mungkin agar kelak dia tidak mengecewakan.
(*Mon Cheri : Sayang*)
...----------------...