Salahkah seorang istri mencintai suaminya? Walau pernikahannya karena perjodohan kedua orang tua mereka berdua. Tentu tidaklah salah!
Aurelia, gadis desa yang baru saja menyelesaikan sekolah tingkat atasnya, dia langsung jatuh cinta pada calon suaminya Dhafi Basim, pria dari desa yang sama tapi sudah lama pindah dan tinggal di Ibu Kota. Namun, apa yang terjadi setelah mereka menikah, lalu Dhafi memboyong Aurelia untuk tinggal di Jakarta?
"Ampun .. Mas Dhafi, maafkan aku ... ini sakit," teriak Aurelia kesakitan saat tali pinggang suaminya menghujami seluruh tubuhnya.
"Dasar istri kampungan!" maki Dhafi.
Cinta membuat orang buta, begitulah Aurelia wanita yang polos. Berulang kali menerima siksaan dari suami, namun dia tetap bertahan. Tapi sampai kapankah dia bertahan? apalagi suaminya juga berkhianat dengan sepupunya sendiri. Mungkinkah ada sosok pria yang lain menolong Aurelia? Ataukah Aurelia berjuang sendiri membuat suaminya membalas cintanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tudingan Dhafi
Aurelia, istri yang hanya sah di atas kertas, namun tidak pernah dianggap sebagai istri sebagaimana mestinya, ternyata malam ini bisa membuat Dhafi begitu sangat emosi melihat rumahnya tidak ada Istri sahnya, karena selama ini Aurelia tidak pernah pergi dari rumah, kecuali ke warung sudah itu saja, untuk pergi yang lebih jauh pun bisa dikatakan tidak pernah. Namun, kalau dibilang emosi hampir tiap hari, tapi kali ini sangat berbeda, harga dirinya sebagai suami terasa diinjak oleh Aurelia. Hey kenapa harus marah! Kamu tidak pernah menganggap Aurelia sebagai istri, tapi sebagai pembantu yang mengurus rumahmu.
Sekitar jam 8 malam Aurelia tiba di rumahnya dengan ojek onlinenya, dia mendesah melihat mobil Dhafi sudah terparkir dengan rapinya, ini hari kedua bagi Aurelia melihat mobil suaminya ada di bawah jam 9 malam. Namun, wanita muda itu tersenyum kecut teringat jika di rumah ada sang pujaan hati suaminya, pantas saja cepat pulang ke rumah.
“Assalammualaikum,” ucap Aurelia ketika membuka pintu rumahnya.
“DARI MANA SAJA KAMU?” hardik Dhafi sudah pasang badan rupanya di ambang pintu. Ternyata saat suara motor ojek online berhenti di depan rumahnya, Dhafi yang kebetulan memang menunggu kepulangan istrinya walau tidak mengaku pada Faiza, mengintip dari balik jendela.
Wajah tampan pria itu sudah melukiskan kegarangannya yang selama ini menjadi makanan Aurelia sehari-hari, mungkin jika hari-hari sebelumnya dia akan sangat takut melihat wajah iblis itu, untuk saat ini Aurelia belajar untuk tidak takut dengan suami durjananya.
Jika dulu dia akan menundukkan kepalanya sangking takutnya, kini dia mendongakkan wajah dan memberanikan diri untuk membalas tatapannya.
“Mau kemana pun aku pergi bukankah Mas tidak peduli,” jawab Aurelia dengan tatapan datarnya.
Kedua tangan pria itu terkepal dengan eratnya setelah melihat sikap yang sangat berbeda.
“JAWAB PERTANYAAN KU DARI MANA KAMU, SAMPAI JAM SEGINI BARU PULANG!” teriak Dhafi, urat lehernya terlihat menegang.
“Kerja! Aku pergi kerja! Karena Mas tidak menafkahi aku lagi!” jawab Aurelia dengan lantangnya.
Semakin memerah wajah Dhafi mendengarnya, sementara Aurelia melangkahkan kakinya melewati suaminya.
“Oh hebat kamu bilang kerja ... pasti kamu kerja jual diri di luar sana, kan!” tuding Dhafi dengan napasnya mulai turun naik.
Aurelia yang baru saja melangkahkan kakinya, kembali mendongakkan wajah dan menatap tajam wajah garang suaminya, hatinya mulai bergemuruh dituding seperti itu.
“BENARKAN KAMU HABIS JUAL DIRI DI LUAR SANA! KAMU KERJA SEPERTI ITU KAN ... DASAR WANITA JALAANG!” hardik Dhafi tanpa berpikir lagi, jika kata-katanya sangatlah menyakitkan hati Aurelia.
PLAK!
Cukup sudah hati Aurelia disayat-sayat hampir setiap hari oleh pria yang dia cintai dan selalu mengharapkan cintanya terbalaskan. Netra wanita itu mulai berkaca-kaca, tangannya yang sempat melayang ke pipi Dhafi dengan sisa kekuatannya, ditariknya dengan pelan-pelan, pria itu sejenak mengusap pipinya.
“Terima kasih Mas atas tuduhannya. Iya aku habis jual diri di luar sana, PUAS MAS! KALAU AKU ADALAH WANITA JALAANG!” tantang Aurelia, kemudian dia kembali melangkahkan kakinya melewati Dhafi, namun apa yang terjadi ...
Pria itu mencekal pergelangan tangan Aurelia, lalu menyeret tubuh wanita itu menuju kamar Aurelia.
“MAS LEPASKAN ... TOLONG!” teriak Aurelia, lagi-lagi teriakan wanita itu membuat tubuhnya melayang karena sudah diangkat oleh salah satu tangan Dhafi.
Faiza yang kebetulan ada di kamar atas tidak terlalu mendengar kegaduhan yang terjadi di lantai bawah.
“AAKH!” teriak Aurelia berusaha melepaskan dirinya dari tangan Dhafi.
BUGH!
Tubuh mungil wanita itu di hempaskannya ke atas ranjang, akan tetapi secepat kilat wanita itu langsung bangkit dari atas ranjang, dan segera keluar dari kamar sebelum Dhafi mengunci kamarnya, tanpa banyak berpikir wanita itu menuju dapur dan mencari benda tajam, dan ternyata Dhafi juga mengejarnya.
Dengan tatapan menyalak serta deru napasnya yang tidak teratur, Aurelia menodongkan pisau dapur ke arah Dhafi.
“Mas ingin menyiksaku lagi! Maka aku yang akan membunuhmu terlebih dahulu!” ancam Aurelia, walau hatinya tak mungkin melakukannya, dirinya juga tidak mau hidup dipenjara.
Pria itu terpaksa menghentikan langkah kakinya, dan tangannya yang terkepal menghantam tembok hingga tangannya terluka demi meluapkan emosinya yang sudah di ujung ubun-ubun.
Di saat keadaan tegang di dapur, Faiza turun ke bawah dan mencari Dhafi.
“Mas Dhafi, sayang,” panggil Faiza dengan suara mendayu-dayu.
Mendengar namanya dipanggil, pria itu menyugarkan rambutnya dengan mendesah kecewa. “Untuk kali ini kamu selamat tapi urusan kita belum selesai, Aurelia,” ucap Dhafi.
Wanita itu hanya menyunggingkan sudut bibirnya setelah melihat perubahan ekspresi wajah suaminya, bisa dilihat jika hal kekerasan ini jangan sampai terlihat oleh Faiza.
“Loh Mas ternyata ada di dapur,” ucap Faiza sembari menatap Dhafi dan Aurelia yang masih memegang pisau, lalu dia langsung menggamit lengan Dhafi dan merangkul dengan mesranya.
Sementara itu netra Aurelia terbelalak melihat pakaian minim sepupunya yang sangat tipis dan tembus pandang itu.
“Oh ternyata sudah ada yang pulang, buat apa kamu pegang pisau? Mau masak?” tanya Faiza dengan sinisnya.
Aurelia mendesis sembari menatap sinis suaminya. “Ya tadinya aku ingin potong daging, tapi kayaknya aku tidak berminat lagi!” jawab Aurelia sembari membanting pisau ke atas wastafel, kemudian menepuk kedua tangannya seolah habis membuang kotoran.
Wanita muda itu melangkahkan kakinya dan melirik tajam sosok Faiza tersebut dari bawah hingga ke atas. “Ternyata suamiku pesan seorang jalaang di rumah ini, padahal baru saja aku selesai jualan di luar sana, buat apa pakai pesan orang lain. Bukan begitukan Mas Dhafi, aku ini jalaang kan di luar sana! Tapi aku juga gak berminat melayani suami sendiri,” kata Aurelia pelan tapi penuh penekanan, lalu sengaja menyenggol bahu Faiza saat melewati mereka berdua. Hati Dhafi sudah mulai kembali memanas, namun sayangnya tidak bisa dia luapkan karena ada Faiza.
“Hey, jaga mulut kamu ya! Aku ini bukan jalaang ya! Aku ini wanita terhormat!” jawab Faiza dengan meninggikan suaranya.
“Jalaang yang sesungguhnya memang tidak akan pernah mengaku! Lihat saja gayanya memang pantas kok dibilang jalaang!” celetuk Aurelia. Faiza menggeram dan ingin rasanya menjambak rambut sepupunya itu, akan tetapi wanita itu menolehkan wajahnya dan menatap tajam ke dirinya.
Dia pun kembali memundurkan langkah kakinya dan mengambil pisau yang sempat dia taruh. “Buat jaga-jaga kalau saja nanti ada tikus masuk ke dalam kamar!” gumam Aurelia dengan senyuman devilnya, sembari menunjukkan pisau tersebut ke arah Dhafi dan Faiza.
Ya, langkah yang selanjutnya memiliki alat untuk melindungi dirinya sendiri dari amukan suaminya. Aurelia bergegas masuk ke dalam kamar dan buru-buru mengunci pintu kamarnya, lalu menepuk dadanya berulang kali, pikirannya sudah negatif melihat penampilan Faiza yang begitu menggoda, hubungan mereka pasti sudah lebih dari seorang kekasih pikir Aurelia, lagi-lagi air mata jatuh membasahi pipinya.
Dhafi yang masih belum puas mendapat jawaban dari Aurelia serta hati yang memanas hanya bisa menatap nanar pintu kamar wanita itu, sementara itu Faiza sudah mengalungkan kedua tangannya di atas leher Dhafi, dan bibirnya mulai mengecup rahang kokoh pria itu.
“Mas ke kamar yuk, Aurel juga sudah masuk ke dalam,” ajak Faiza dengan suaranya yang dibuat sexy.
Dhafi bergeming, netranya masih tertuju ke arah pintu kamar wanita itu, ingin rasanya dia mendobrak pintu tersebut jika tidak ada Faiza di rumahnya.
...----------------...
Malam semakin larut, Aurelia terbangun di waktu tengah malam karena terbiasa sholat malam, dengan langkah kakinya yang pelan dia pun keluar dari kamar menuju kamar mandi. Namun, entah kenapa netranya melirik anak tangga, dan hatinya seperti ada yang meminta untuk ke lantai atas.
Bersambung ...
Maaf ya hari ini agak slow up, saya sedang kurang enak badan. Buat kisah Deandra dan Aidan mohon dimaklumi kalau gak sempat up 🙏.Terima kasih
suka 🥰