seorang Alika Alexandra, jenius dari zaman modern. berpindah ke tubuh seorang putri yang di asingkan.
setelah bangun di tubuh putri Amelia anabela Allen itu dan mengetahui kisah tentang hidup sang gadis, ia bertekad untuk menjauh saja. melupakan tentang balas dendam. karena, balasan dendam terbaik nya, ialah hidup sukses dan baik tanpa pasongan dari orang lain.
lagi pula, tubuh ini adalah miliknya dan terserah dia mau bagaimana. tapi, perlu di garis bawahi, ia tidak akan mencari musuh, tapi kalau musuh datang, ia takkan lari.
lalu, bagaimana kisah nya nanti.? apakah ia akan berhasil dengan rencana hidupnya ? ikuti terus ya...🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nisa saumatgerat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. menawarkan balas Budi
Terlihat keduanya mulai menunjukkan reaksi akan sadar dari tidur panjang mereka. Tubuh mereka juga sudah mulai menampakkan proses kesembuhan yang signifikan. Tak lama satu persatu dari mereka mulai membuka mata dalam gentong besar itu.
"Ugh..." Salah satu putra Pak bujang mulai membuka matanya dan mengamati orang-orang yang ada di sekelilingnya itu. Ia menatap mereka satu persatu. Sementara Pak bujang sendiri tak kuasa menahan air matanya melihat mukjizat yang tidak pernah Ia bayangkan.
"Ayah..." Terdengar suara kecil dan hampir tak tertangkap oleh indra pendengaran Amelia dan juga Pak bujang. Hanya gerak mulutnya saja yang diperhatikan oleh keduanya, Amelia yang melihat itu semua tentu saja tersenyum puas. Ternyata pengalaman yang ia miliki di zaman modern sama sekali tak tertinggal dan berguna di tempat ini.
{Heh untung aku masih hebat} batin Amelia menyombongkan diri sendiri. Namun walaupun begitu Ia tetap tak menunjukkannya kepada Pak bujang dan keluarganya.
"Nona !!! Apakah benar putraku tadi memanggilku.?" Tanya Pak bujang. Iya berusaha meyakinkan dirinya. Karena seolah ini adalah mimpi untuknya.
Mengingat semua harta benda yang telah Pak bujang jual untuk mengupayakan pengobatan keluarganya, dan juga memanggil beberapa tabib untuk memeriksa keempat orang ini, namun semua usaha yang Pak bujang lakukan tak pernah kunjung ada hasilnya. Tapi lihatlah sekarang, hanya dengan berbekal jarum akupuntur dan beberapa herbal saja, putra-putranya yang dahulunya sudah tidak memiliki harapan hidup lagi, kini satu senyum kecil tercetak jelas di bibir pucat mereka itu.
"Tentu saja Pak bujang. Dan sebaiknya kita pindahkan mereka kembali, Pak bujang juga tolong menggantikan pakaian untuk mereka berikan pakaian yang hangat. Setelah itu berikan keempatnya makanan bubur ini." Ujar Amelia sambil mengeluarkan 4 mangkuk bubur yang beraroma begitu harum dan juga 4 pakaian hangat untuk orang sakit dan satu pakaian hangat lagi untuk Pak bujang.
Mengingat Pak bujang dan keluarganya tinggal di sebuah gubuk yang lebih bagus gubuk reot mereka di hutan.
Pak bujang yang melihat begitu mulianya hati nona ini yang belum ia tahu namanya sama sekali, mendadak langsung berlutut di hadapan Amelia. Tentu saja Amelia begitu kaget dan langsung angkat bicara.
"Apa yang pak bujang lakukan..!!!" Reflek Amelia dengan suara yang agak meninggi. Kemudian Amelia buru-buru menghampiri Pak bujang dan membantunya berdiri. Namun, pak bujang malah menolak untuk bangun dari sujudnya. Bahunya bergetar.
"Tidak Nona. Tolong jangan halangi saya untuk bersujud kepada anda. Hiks. Sungguh, saya sangat bersyukur dan berterima kasih, karena kedatangan nona, saya dapat memunculkan lagi harapan saya untuk berkumpul bersama dengan anak-anak saya dan juga istri saya. Hiks, terima kasih banyak Nona. Tolong terimalah kami sebagai pelayan anda, sebagai bentuk balas Budi kami." Ujar pak bujang dengan suara bergetar karena menahan Isak tangis nya.
Sang istri dan salah putra-putranya yang mendengar penuturan sang suami sekali Gus ayah itu, mereka pun ikut menitikkan air mata. Mereka juga menganggukkan kepala tanda menyetujui apa yang di sampaikan oleh sang kepala keluarga. Disana Amelia memutar bola matanya dengan malas. Jujur saja, hukum disini begitu kolot, namun terkesan positif. Tapi tetap saja, Amelia tidak menginginkannya.
"Huh.... Bangunlah pak bujang. Saya juga tidak akan memenuhi permintaan mu." Ujar Amelia sambil membantu pak bujang untuk bangun. Pak bujang pun menegakkan kepalanya dari posisi sujud nya, kini ia tengah bersimpuh.
"Nona tidak perlu khawatir, kami akan bekerja dengan baik. Saya dan keluarga saya, akan mengabdi untuk nona. Apapun yang Nona mau dari kami, akan kami berikan." Ujar Pak bujang lagi sambil menghiba. Amelia kembali menggelengkan kepalanya.
"Tidak pak. Tapi, kalau pak bujang bersedia, aku ingin pak bujang dan keluarga tinggal dan bekerja dengan saya untuk menjaga tokoh. Kebetulan saya ingin membuat beberapa bisnis di kota ini. Tapi, kalau untuk menjadi pelayan, saya tidak bersedia. Karena saya bukan mencari budak, tapi keluarga, teman, sahabat atau pun saudara." Ujar Amelia dengan lembut dan penuh dengan senyum.
Mendengar penuturan Amelia, semua yang ada di sana langsung tertegun. Biasanya, orang hebat seperti ini, jika mereka menghiba, pasti akan lebih di manfaatkan. Tapi, ini bukan nya memanfaatkan mereka, gadis ini malah meminta sebaliknya. Pak bujang menatap Amelia dengan tatapan heran dan bingung. Bisakah seperti itu ? Mungkin itulah yang dipikirkan.
"Jika pak bujang bersedia. Pak bujang dan keluarga bisa tinggal bersama dengan saya. Tapi, aku harus membangun tempat itu dulu. Dan, oh ya. Untuk sementara, aku belum bisa mengobati istri pak bujang dengan salah satu putra mu. Aku harus segera kembali. Karena dua saudara ku juga sedang menunggu ku pulang." Ujar Amelia. Ia juga mengeluarkan empat botol porselin yang berisi air suci.minumkan saja ini dulu kepada
" Pak bujang. Sebaiknya minum kan air suci ini kepada ke empatnya. Nanti saya akan kembali lagi. Ingat, kalau pak bujang bersedia ikut dengan saya, tinggal lah dulu, kapan saya kembali, saya akan kesini lagi." Ujar Amelia.
Ia harus segera pergi.
Lagi pula, ini sudah malam dan harus kembali ke penginapan terlebih dahulu. Setelah itu, besok ia akan membangun kembali tempat itu. Padahal besok rencananya akan kembali ke hutan. Namun ia urungkan terlebih dahulu. Dia harus membangun rumah yang sudah ia beli tadi. Agar bangunan itu cepat selesai dan bisa mereka tempati.
"Kalau begitu, saya pamit kembali. Nanti jika sempat, saya akan kesini lagi untuk memeriksa yang lain." Setelah mengatakan itu dan mendapat persetujuan dari pak bujang. Amelia pun langsung bergegas kembali ke penginapan, dan memilih untuk menambah hari.
***
Sementara di sebuah gubuk reot di tengah hutan, Sisil dan ruby tengah cemas menanti kepulangan sang tuan. Bahkan mereka tak henti-hentinya berdoa untuk keselamatan Tuan mereka dan kembali dengan selamat. Dan perlu diketahui juga, keduanya ditemani oleh si hitam yang diutus Amelia untuk selalu mengawasi kedua pelayannya itu walau pun dalam ruang dimensi atau dalam kehampaan.
"Sisil, sudah dua hari Nona pergi meninggalkan kita. Aku benar-benar mengkhawatirkannya. Apalagi Nona tidak pernah pergi tanpa kita." Ujar Ruby yang merasa khawatir kepada Amalia. Sisil pun mendekat ke arah Rubi dan menenangkan ruby. Jujur saja Ia juga merasa khawatir kepada seorang.
"Tenang saja bi, Saya yakin Nona pasti baik-baik saja. Kita doakan saja agar Nona cepat kembali dengan selamat." Ujar Sisil menenangkan ruby. Tak ada yang dapat mereka lakukan selain saling menguatkan satu sama lain. Tentu saja demi kesetiaan mereka kepada Amelia, mereka tidak akan berlalu dari gubuk reot itu sampai kapanpun sampai akhirnya Amelia datang menjemput mereka. Walaupun sekiranya Amelia tidak kembali, mereka tetap akan disana, karena tak ada tempat untuk kembali.
***
Ke esok harinya Amelia pun bangun. Seperti biasa, ia akan tidur di ruang dimensi nya. Setelah bersih-bersih dan sarapan. Ia pun kembali melakukan rencana nya kembali. Amelia mendatang rumah dan lahan yang ia beli. Terlihat, lahannya begitu luas dan mampu membuat beberapa bangunan disana.
Sepertinya, pak bujang itu dahulu nya adalah orang kaya atau semacamnya.
Setelah memperkirakan apa yang akan ia lakukan, Amelia pun langsung memutuskan untuk pergi menemui tempat dimana orang biasanya akan menerima pekerjaan proyek dalam pembangunan rumah.
untuk terus berkembang menjadi yg terbaik
ada rendang di jaman kerajaan (cakeeep)
makin kacau meeen....😆😆😆
keluar segera dari hutan dan memulai hidup dan bisnis yg baru di daerah lain.
walau itupun kesalahan kita, tapi seharusnya sebagai ortu bisa bijaksana dalam menyikapi.
Kutunggu part 2 nya🤍