Ketika cinta hanya sebatas saling menguntungkan, apa masih bisa di sebut sebuah cinta?
Yulita, terpaksa menerima pernikahan dimana dia menjadi wanita kedua bagi suaminya, pernikahan yang hanya berlangsung hingga dia bisa memberikan keturunan untuk pasangan Chirs dan Corline.
Ingin menolak, tapi dia seolah di jual oleh Ayahnya sendiri. Ketika dengan suka rela sang Ayah menyerahkannya pada seorang pria beristri untuk menjadi wanita kedua.
Pernikahan tidak akan berjalan begitu sulit, jika saja Yulita tidak menyimpan harapan terlalu besar pada suaminya. Dia yang berharap bisa mendapatkan sedikit saja rasa peduli dan cinta dari suaminya.
Namun, pada akhirnya semuanya hanya angan semu yang tak akan pernah bisa terwujud. Selamanya dia hanya wanita kedua.
"Aku rela mengandung dan melahirkan anakmu, tapi apa tidak bisa sedikit saja kau peduli padaku?" -Yulita-
"Aku tidak akan pernah jatuh cinta padamu!" -Chris-
Dan ternyata, mencintai tetap menjadi luka bagi Yulita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perhatian Hanya Karena Anaknya
Berada di dalam ruangan suaminya saat ini, Yulita masih bingung. Belum lagi tentang Chris yang tiba-tiba ingin dipanggil Sayang. Hal itu masih membuat Yulita bingung dengan keadaan saat ini.
Mereka duduk di atas sofa sekarang, Yulita masih merasa heran karena entah kenapa Chris sangat menempel padanya. Sementara awalnya dia bilang ingin mengetahui tentang laporan akhir. Tapi dia sama sekali tidak membahas itu. Bahkan sudah hampir setengah jam dia berada di ruangan ini.
Chris masih menempel padanya, memeluknya dengan tangan yang mengelus perutnya. Entah ini bentuk manjanya, atau dia yang ingin dekat dengan calon bayinya. Yulita tidak tahu dengan sikap Chris yang terkadang berubah-ubah itu.
"Em, Tu-"
"Sudah aku tegaskan ya, kalau kamu masih memanggilku seperti itu. Maka aku bisa lebih tegaskan lagi"
Yulita terdiam, tangannya mencengkram celana panjang longgar yang dipakainya. Ternyata ucapan Chris di dalam lift tadi adalah nyata.
"Em, ini laporan akhirnya kenapa harus aku yang menyerahkan? Biasanya juga kepala tim saja. Aku hanya karyawan biasa"
"Itu hanya alasan saja"
Yulita mengerutkan keningnya, dia menoleh dan menatap suaminya yang sedang bersandar di sandaran sofa dengan nyaman. "Maksudnya kamu hanya membuat alasan itu agar aku kesini?"
Chris menoleh sambil tersenyum pada istrinya, masih dengan kepala yang bersandar di sofa. "Iya, aku kangen sama kamu. Lagian kamu seharusnya tidak bekerja, tapi kamu membantah ucapanku"
Yulita menghembuskan nafas pelan, dia ikut bersandar di sofa. Menatap langi-langit ruangan dengan tangan berada di perutnya.
"Kamu itu sudah membuat satu ruangan kaget tahu. Tiba-tiba datang ke devisi kita, terus minta laporan akhir harus aku yang menyerahkan lagi. Terus nanti gimana aku menjelaskan pada mereka? Apa yang harus aku katakan?"
Chris tersenyum, pertama kalinya dia melihat Yulita banyak bicara dengan santai seperti ini. Dan dia suka cara dia berbicara dengan santai, tanpa harus melihat takut pada Chris sebagai lawan bicaranya seperti sebelumnya. Tapi bukankah wajar jika Yulita takut padanya? Sikap dia di waktu itu, benar-benar menakutkan siapapun. Apalagi dengan kata-kata tajam dan kasar yang selalu keluar dari mulutnya.
"Kamu serahkan saja laporannya padaku, nanti aku lihat. Dan kamu bilang pada teman kerja kamu, kalau semuanya sudah selesai dan aman"
Yulita menoleh pada Chris, mereka saling menatap dengan tubuh yang sama-sama bersandar di sofa. "Boleh aku tanya sesuatu?"
"Apa?"
"Kenapa kamu berubah?"
Chris terdiam, mengerutkan keningnya dan menatap Yulita dengan bingung. "Maksudnya? Apa yang berubah dari aku?"
"Semuanya ... kamu sangat berubah. Kamu tahu, jika perubahan kamu yang seperti ini, membuat aku semakin terjebak"
Yulita langsung memalingkan wajahnya, dia segera bangun dari duduknya saat sadar hampir saja mengaatkan apa yang dia rasakan pada suaminya. Yulita tidak boleh mengatakan itu, karena sebenarnya dia tidak akan mendapatkan jawaban yang dia harapkan.
Ayolah Yuli, dia hanya menganggap kamu wanita kedua. Dan dia perhatian dan berubah sikap sama kamu, karena ada calon anaknya dalam kandungan kamu.
Chris menahan tangan Yulita yang ingin pergi dari hadapannya. "Tunggu! Kamu mau pergi kemana?"
"Aku harus kembali bekerja, jam kerja belum habis. Dan aku juga harus menyelesaikan pekerjaan"
Chris menghembuskan nafas pelan, dia menarik tangan Yulita hingga dia terjatuh atas pangkuannya. Chris langsung memeluknya erat. Sementara Yulita terdiam dengan perasaan tak menentu, jantungnya sudah berdegup kencang. Ini adalah pertama kalinya dia duduk di atas pangkuan suaminya.
Ini seperti dalam drama yang aku tonton, tapi bedanya kita hanya pasangan sementara. Aku hanya wanita kedua baginya.
Chris menghirup aroma tubuh Yulita di bahunya. Tangannya melingkar di perutnya, dia merasakan tubuh istrinya yang tegang saat ini. Tapi dia mengabaikan itu.
"Mau memperbaiki semuanya?"
Yulita menoleh pada suaminya, menatapnya dengan bingung. Dia tidak mengerti apa maksud ucapan Chris, karena dia tidak ingin terlalu berharap lebih atas ucapan Chris barusan.
Chris menatap mata istrinya dengan lekat, tangannya mengelus lembut pipinya yang memerah. "Bisakah kita memulai dan memperbaiki semuanya? Aku ingin memulai semuanya-"
Brak.. Pintu ruangan terbuka dengan tiba-tiba, membuat dua orang yang berada di dalam ruangan terkejut. Yulita langsung berdiri dengan cepat dari atas pangkuan suaminya, sampai lututnya terbentur meja karena dia terlalu terkejut. Meringis pelan, tapi rasa sakit di lututnya terkalahkan dengan melihat siapa yang masuk ke dalam ruangan.
"Ternyata memang benar ya, kalian disini sedang berduaan" ucap Corline sambil berjalan ke arah mereka.
Yulita menunduk dengan tangan saling bertaut, dia sangat gugup sekarang. Corline mendekat padanya, lalu menoleh dan menatap suaminya sendiri.
"Aku sudah mengizinkan kamu menikah lagi untuk memenuhi keinginan orang tua kamu mempunyai cucu. Tapi, aku sudah memberi syarat sama kamu, Chris. Jangan mengurangi kasih sayang dan perhatian kamu padaku. Tapi, ini apa? Aku seperti memergoki suamiku selingkuh di Kantornya"
Corline mengusap air matanya yang luruh begitu saja. "Kalian bahagia banget ya? Sebentar lagi akan mempunyai anak, dan mungkin aku akan tersingkirkan"
"Corline, dengarkan aku dulu. Kenapa kamu harus seperti ini"
"Apa? Wajar saja 'kan jika aku marah, jika aku sedih melihat kalian seperti ini?"
Yulita semakin menunduk, dia merasa sangat bersalah melihat Corline yang menangis. Karena mau bagaimana pun, dia adalah seorang istri pertama yang rela suaminya menikah lagi, dan tidak seharusnya Yulita menyimpan perasaan dan harapan lebih pada Chris yang sejak awal adalah milik Corline.
"Nona, maafkan aku" ucap Yulita, dia mencoba untuk membuat suasana tidak terlalu tegang. "Aku yang salah, jadi Nona jangan menyalahkan Tuan Chris. Aku tidak mau kalian bertengkar karena aku"
Corline mendekat pada Yulita, dia memegang kedua tangan Yulita dan menatap matanya dengan tatapan memelas. "Yul, tolong tinggalkan kami berdua. Aku perlu bicara dengan suamiku"
"I-iya Nona"
Yulita melirik sekilas pada Chris yang terlihat serba salah saat ini, lalu dia melangkah pergi keluar ruangan. Chris menatap punggung istri keduanya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Corline, untuk apa kamu datang kesini?"
"Karena aku ingin menemui suamiku yang tidak pulang semalaman. Tapi ternyata, kamu sedang bermesraan dengan dia. Jadi, salahku datang kesini"
Chris menghembuskan nafas kasar, dia bingung dengan situasi ini. Terlalu membuatnya serba salah. "Aku hanya memberikan perhatian padanya, dia sedang mengandung anakku. Dan dia butuh perhatian lebih dariku"
"Jika seperti itu, malam ini kamu harus pulang ke rumah. Karena aku juga butuh perhatian kamu"
Di balik pintu ruangan, perlahan Yulita menutupnya. Mendengar semua pertengkaran itu, membuat dadanya terasa sesak. Lagi-lagi, dia yang salah mengartikan. Dia yang terlalu berharap lebih.
Dia perhatian padaku, karena aku mengandung anaknya. Dan masih bisa-bisanya aku berharap jika dia ... benar-benar perhatian padaku.
Yulita melangkah pergi dari depan ruang kerja suaminya. Masuk ke dalam lift, dan tangisannya pecah disana. Terisak begitu keras, tangannya mengelus perutnya sendiri.
"Hanya kamu alasan Ayah kamu bisa dekat dengan Ibu. Tidak papa, Ibu tidak akan menyalahkan, karena kamu adalah anugerah untuk Ibu, Nak"
Bersambung
Kudu yak Yulita manggil sayang , sementara perasaan yng ada blm terungkap kan eeeaaaa 🤭🤭
Mungkin juga perasaan mu bersambut